Share

Bab 8

“Papa dan Bunda kenapa sih pake acara menyetujui permintaan warga? Itu konyol banget asli! Apa Papa sama Bunda udah gak percaya Divya lagi?”

Nada suaraku sedikit meninggi, tapi bukan bermaksud untuk membentak dua orang tercintaku itu.

Hanya saja, diri ini sudah tak bisa menahan kekesalan yang sedari tadi meluap-luap.

Sehingga setelah Nizar pamit pulang, aku sengaja menemui mereka di kamarnya untuk meminta alasan kenapa menyetujui pernikahan konyol itu?

Bukannya membela di depan warga, malah membiarkan terjebak dalam dilema pernikahan yang tak kuharapkan.

Kini, Bunda turun dari ranjang dan menghampiriku yang tengah berdiri kaku di depan pintu.

“Eh... eh, datang-datang malah nyolot. Perasaan Bunda gak pernah ngajarin Divya bicara pake nada tinggi depan orang tua.”

Suara Bunda yang selembut sutera sampai dalam hati.

Sukses membuatku mati kutu.

“Maaf, Bun,” lirihku.

Mengangkat wajah, menata
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status