"Uhuk, uhuk." Milla hampir tersedak. "Jangan asal ngomong.""Kalau nggak naksir kamu, kenapa perhatian banget?" Joy memandang dengan mata berbinar penuh rasa ingin tahu."Mungkin cuma balas budi," sahut Milla.Joy mengatupkan bibirnya, lalu berkata, "Kalau sudah bicara balas budi, ya cuma bisa balas dengan seluruh diri. Menurutku, Leon ini oke juga. Wajahnya nggak jelek. Di dunia parfum, kemampuannya nggak kalah sama Chris di dunia bisnis.""Gimana kalau kamu pertimbangkan dia saja? Cara paling cepat buat sembuhin luka hati, ya dengan cari yang baru.""Aku mau tidur." Milla mengabaikan omongan tidak jelas dari Joy di sebelahnya. Dari sudut matanya, dia melihat Leon yang duduk di seberang lorong. Kemudian, dia memejamkan mata. Leon juga sudah mematikan lampu baca dan alat bantu dengarnya pun sudah dilepas.....Beberapa jam kemudian, pesawat mendarat tepat waktu di Melasa. Leon dan asistennya membawa banyak koper. Mereka masih menunggu bagasi, sedangkan Milla dan Joy yang hanya membawa
Ini pertama kalinya Chris diusir oleh satpam dan itu terjadi di Kota Huari, wilayah kekuasaannya sendiri.Sejak menjadi asisten pribadi Chris, ini juga pengalaman pertama bagi Wilson. Dia merasa marah sekaligus malu, tetapi wajah bosnya tetap tanpa ekspresi, hanya menyisakan sedikit kesedihan."Pak Chris, departemen penjualan barusan kasih kabar. Shania ternyata tetap masuk kerja hari ini." Wilson memecah keheningan dengan hati-hati, tidak ingin bosnya tenggelam dalam suasana hati yang suram. "Perlu kami suruh dia mengundurkan diri?""Nggak perlu." Chris mendongak dan menatap dengan tajam. "Biarkan saja dia. Dia cuma umpan. Bisa dipakai untuk keperluan positif ataupun sebaliknya.""Baik, aku mengerti." Wilson segera mengangguk. "Lalu, soal Bu Milla?""Tambah orang untuk memantaunya. Laporkan setiap perkembangan, sekecil apa pun." Alis Chris kembali berkerut.Setengah jam kemudian, mobil Chris baru saja tiba di parkiran Grup Mahendra. Tiba-tiba, Wilson menerima telepon dan raut wajahnya
Baru saja Joy membuat heboh tanpa mempresentasikan apa pun soal kerja sama, sekarang Chris malah ingin pergi ke Grup Taruma untuk tanda tangan kontrak? Mata Wilson membelalak bingung.Chris selalu terkenal sebagai orang yang tegas. Bahkan kalau itu temannya Yoan atau permintaan pribadi dari Tessa, Chris tetap akan menilai secara objektif, tanpa memberi kelonggaran sedikit pun."Kamu nggak ngerti omonganku?" Chris bertanya dengan nada tidak senang."Ngerti." Wilson tak berani banyak bicara, langsung menyuruh staf menyiapkan kontrak dan ikut menemani Chris ke Grup Taruma.....Joy merasa puas karena telah melampiaskan emosinya di Grup Mahendra. Dalam perjalanan pulang ke kantornya, dia masih sempat mampir ke apotek untuk membelikan Milla obat demam. Saat dia kembali, Milla baru saja bangun tidur.Joy segera menyiapkan obat dan membawakannya. "Cepat diminum selagi hangat. Hari ini tetap istirahat di sini, kamu harus jaga kondisi tubuhmu yang lemah itu."Milla tersenyum lemah, lalu duduk d
"Aku capek. Malam ini aku mau tidur di tempatmu." Milla tidak banyak bicara, langsung masuk ke ruang dalam kantor Joy dan menyusup ke dalam selimut.Joy tak tega melihatnya sendirian. Akhirnya, dia juga ikut naik ke tempat tidur dan memeluknya. "Aku temani kamu tidur.""Kamu kerjain saja urusanmu, nggak usah urusin aku.""Urusan apaan? Semua rencana yang aku buat besok juga nggak guna lagi!" gerutu Joy dengan kesal.....Keesokan paginya, Milla terus bersin dan demam. Joy panik karena tahu Milla masuk angin akibat kehujanan semalam. Namun, dia tidak menemukan obat flu setelah mencari ke mana-mana."Tunggu ya, aku pergi beliin obat," ucap Joy."Nggak usah, aku mau tidur lagi. Kamu kerja saja," sahut Milla dengan suara mengantuk.Joy melihat jam. Acara tender Grup Mahendra sudah mulai. Melihat wajah Milla yang pucat pasi, Joy memutuskan untuk membuat Chris menyesal di depan semua orang hari ini!"Ya sudah, nanti aku balik bawa obat." Setelah itu, Joy keluar, merias wajah dengan penuh per
"Pak Yoan, tolong jangan pakai adegan drama murahan untuk menakut-nakuti Pak Chris." Wilson tak tahan lagi, jadi bangkit dan menyela. Milla hanya sedang sedih, tidak sampai kehilangan akal sehat dan bunuh diri, 'kan?Beberapa saat kemudian, Wilson menerima kabar lagi dan melapor, "Pak Chris, Bu Milla sudah selesai periksa jantung. Dia sudah keluar dari rumah sakit dan kembali ke pusat kota.""Kita pulang." Chris memberi perintah dengan dingin. Mobil segera melaju, meninggalkan Yoan berdiri di kegelapan malam sendirian, tampak lemah dan tak berdaya.....Namun, saat Chris tiba di Grand Amary, dia tidak melihat Milla. Setelah menunggu sebentar, dia menerima kabar bahwa mobil Milla tidak menuju rumah, tetapi malah berbelok ke arah Jalan Belo."Jalan Belo bukan arah rumah Keluarga Jauhari ...." Wilson bergumam pelan. Kemudian, dia mendengar Chris memerintah dengan suara tegas, "Cari tahu di mana rumah dan kantor Joy!"Tiga menit kemudian, Wilson buru-buru melapor, "Sudah ketemu, Pak. Arah
Milla berusaha menenangkan dirinya setelah masuk ke dalam mobil, tetapi emosinya masih tetap tidak terkendali. Dia secara refleks menyentuh sisi kiri dadanya, lalu tersenyum dingin saat merasakan detak jantung yang masih belum teratur.Dia berpikir apakah seleranya terhadap pria memang begitu buruk? Sebelumnya, dia mengira dia belum mengerti tentang cinta karena masih muda, sehingga bertemu dengan Ryan yang tukang selingkuh. Setelah menerima pelajaran pahit itu, dia tidak sengaja menikah dengan Chris.Dari yang awalnya waspada sampai akhirnya melewati begitu banyak hal bersama-sama, Milla akhirnya menemukan sisi Chris yang cerdas, tegas, dan penuh rasa keadilan. Dia juga melihat sisi lembut Chris yang tersembunyi, serta perasaan menghormati dan kagum yang tulus terhadapnya. Sejak saat itu, dia mulai menurunkan kewaspadaannya dan saling memahami serta mencintai dengan Chris.Namun, Milla tidak menyangka dirinya yang begitu sensitif malah tidak menyadari perasaan kagum dan hormat Chris t