Gedung Daya, tempat parkir.Sebuah mobil Audi berwarna perak berguncang hebat.Bagasi mobil terbuka sedikit ....Milla Jauhari bersembunyi di dalamnya, mendengar napas terengah-engah pria dan wanita di dalam mobil. Hatinya terasa remuk dan sakit.Tanpa memberi tahu tunangannya terlebih dahulu, dia menyelesaikan pekerjaan lebih awal untuk pulang ke negara asal malam ini. Dia menghias bagasi mobilnya dengan balon, mendandani dirinya seperti hadiah besar, dan masuk ke bagasi sambil membawa botol tequila edisi terbatas kesukaan tunangannya, meski dengan satu kaki yang terluka.Dengan penuh harap, dia menunggu hingga suara sensor mobil berbunyi. Namun, yang didengarnya justru sebuah pengkhianatan."Ryan, hari ini ulang tahunmu. Kamu nggak takut Milla nyari kamu?""Hmph, kasus hukum yang dia hadapi itu sangat merepotkan. Dia sekarang lagi di Parlis, sibuk sama urusannya sendiri. Mana mungkin dia datang ke sini?""Kalau begitu, aku harus bikin lebih banyak masalah lagi ya?" tanya wanita itu d
Tuan muda kedua Keluarga Mahendra, Yoan Mahendra, seorang penyanyi yang sukses beralih menjadi aktor. Meski reputasinya tidak terlalu baik, dia didukung modal besar dan menjadi bintang papan atas yang sedang naik daun!Belakangan ini, Ryan sangat berusaha keras untuk mengatur kerja sama antara Yoan dan Sunny. Tak disangka, Milla malah tidur dengan Yoan.Mata Milla yang indah berkilauan. Dia meraih ponsel di meja samping tempat tidur, lalu mengaktifkan kamera, dan mulai memotret dirinya bersama Yoan dengan penuh semangat ....Meskipun dia ditipu oleh Ryan, sekarang bukan saatnya untuk larut dalam kesedihan atau gegabah untuk menghadapi masalah. Dia harus menguatkan dirinya! Pria seperti Ryan tidak akan mengubah arah hidupnya. Sebaliknya, Milla justru harus mendapatkan keuntungan dari pria berengsek itu!Setelah memastikan apa yang diinginkannya sudah didapatkan, Milla menahan rasa tidak nyaman di tubuhnya sambil mengenakan pakaian dan meninggalkan sebuah catatan sebelum pergi.Seiring d
Setelah beberapa saat, Yoan selesai melayani para penggemarnya dan masuk ke ruang tunggu. Milla segera mendekatinya dan memulai percakapan, "Halo, namaku Milla.""Namanya Milla, ya?" Nada bicara Yoan terdengar agak tidak sabar. "Tanda tangan di mana?"Milla mengangkat alisnya sedikit dan menahan diri sebelum menjawab, "Boleh lihat aku dulu? Kamu kenal aku nggak?""Tss."Melihat tubuh ramping itu, Yoan menurunkan kacamata hitam yang menggantung di hidungnya. Matanya menelusuri Milla dari ujung kepala hingga kaki. "Nggak buruk. Penampilanmu dengan tongkat ini sangat unik, sukses menarik perhatianku. Kalau dipakai waktu malam ... seru nggak?"Yoan bahkan mengulurkan tangan untuk menyentuh tongkatnya, tetapi Milla mengayunkan tongkatnya dengan jijik dan mengenai tangan Yoan secara tidak sengaja."Ah!"Yoan mengangkat tangan ke mulutnya dan menjilat sedikit sambil menyeringai, "Karaktermu menarik. Aku suka!"Mata Milla memicing. Dia merasa bahwa sikap Yoan saat ini benar-benar berbeda dari
"Om, jangan menyangkal! Aku baru saja ketemu calon tante, dan dia salah mengira aku sebagai kamu. Dia bahkan hampir ....""Ceritakan semua detail pertemuan kalian, sekarang juga," potong Chris dengan nada dingin, menghentikan ocehan Yoan."Uhuk, uhuk."Yoan langsung tersadar dan buru-buru menceritakan percakapannya dengan Milla barusan. Tentu saja, dia hanya menyampaikan bagian penting di akhir pembicaraan, dengan sengaja menghilangkan bagian awal di mana dia sempat menggoda Milla. Kalau sampai Chris tahu dia berani menggoda wanita pamannya ... membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduknya merinding."Selanjutnya, lakukan persis seperti yang aku katakana." Suara dingin Chris dari telepon terdengar tanpa emosi, tetapi cukup untuk membuat siapa pun merasakan tekanan berat.....Milla meninggalkan bandara dan langsung naik taksi menuju rumah sakit.Keluarga Jauhari memang memiliki latar belakang di industri medis. Meski posisi mereka agak melemah semenjak ayahnya meninggal, keluarga in
Ding.Ponsel Milla bergetar. Dia melirik sekilas pesan dari sahabatnya, Joy Taruma, yang dikirim dari lantai atas.[ Semua berjalan lancar, tenang saja. ]Di Kota Huari, meski bisnis Keluarga Taruma bukan yang terbesar, mereka tetap menjadi sosok yang disegani karena kekuatan koneksi mereka. Terutama dalam menggunakan detektif pribadi yang cepat dan efisien. Dengan bantuan Joy malam ini, Milla merasa lebih percaya diri.Setelah menyimpan ponselnya, Milla awalnya berniat duduk tenang di sudut pesta dan menunggu waktu yang tepat untuk melaksanakan rencananya. Namun, suara-suara yang semakin keras di sekitarnya mulai mengganggu perhatiannya."Kenapa Keluarga Samali harus menikahi Milla yang pincang?""Mudah ditebak. Keluarga Samali pasti ingin masuk ke industri medis, jadi mereka memanfaatkan dia!"Komentar pedas dari orang-orang di sekitarnya membandingkan Milla yang telah terpuruk ini. Melihat wajah Milla yang pucat, Sunny merasa hatinya berbunga-bunga.Sunny sengaja mengarahkan orang-o
Milla tahu, jika kerja sama antara Grup Jauhari dan beberapa perusahaan besar gagal malam ini, semua kesalahan pasti akan dilemparkan padanya.Belakangan ini, Donny, ayah kandung Sunny sekaligus paman ketiga Milla, telah bekerja sama dengan beberapa anggota dewan untuk terus menekan ibunya agar menyerahkan posisi ketua. Tampaknya, foto-foto ini adalah bagian dari rencana licik ayah dan anak itu untuk menjatuhkannya.Jika mereka berhasil, Milla tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya sendiri, terutama mengingat ibunya yang saat ini masih berjuang keras di luar negeri demi mempertahankan Grup Jauhari.Saat itu, Joy berlari masuk ke aula pesta dengan napas terengah-engah. Dia mendekati Milla dan berbicara dengan cemas, "Milla, aku sudah kirim orang untuk menguasai sistem belakang layar mereka. Begitu timku sampai, kita akan memutuskan tayangan ini.""Nggak perlu."Milla mengangkat matanya, tatapannya yang jernih dan penuh ketenangan fokus pada layar besar. Ada ketegasan yang tak tergoyah
Mendengar orang-orang di sekitarnya membicarakan bagaimana Milla menopang perusahaan Ryan seorang diri, meskipun tidak merasa nyaman, orang tua Ryan terpaksa tersenyum.Di sisi lain, para anggota senior dewan Grup Jauhari buru-buru menegosiasikan ulang kerja sama dengan mitra bisnis yang tadi sempat mundur. Wajah mereka kini penuh senyuman puas.Milla tetap tenang mengamati perubahan sikap semua orang dengan ekspresi datar. Namun, ada kilatan cerdik di matanya saat dia berkata dengan suara jernih, "Setiap taruhan harus dipenuhi. Selanjutnya, mari kita nikmati penampilan lagu dari Sunny."Suara Milla yang tegas langsung menghentikan keributan di aula. Barulah saat itu, semua orang menyadari bahwa masih ada taruhan yang belum ditepati. Sebagai seorang selebriti, Sunny menjadi pusat perhatian dan para tamu mulai bersorak, menginginkan dia menyanyi langsung."Aku ... suaraku lagi serak hari ini," Sunny mencoba menolak dengan panik sambil melambaikan tangannya."Seorang bintang yang pernah
Pria di dalam kamar itu duduk di kursi roda. Tubuhnya tinggi tegap meskipun terlihat agak lemah. Wajahnya memancarkan ketampanan yang dingin dan penuh martabat. Meskipun memiliki tubuh yang cacat, aura kuatnya tetap terlihat jelas seperti seseorang yang tidak mudah ditaklukkan.Mata Milla sedikit memicing. Aura pria ini sangat mirip dengan pria yang dia temui di hotel Parlis malam itu.Bahkan lebih mirip daripada Yoan!Saat itu, seorang pengawal muncul dari kamar sebelah dan berkata kepadanya, "Pak Chris sengaja menunggumu di sini, Bu Milla."Pak Chris ....Orang ini adalah Chris, kepala Keluarga Mahendra yang misterius dan jarang terlihat. Kabarnya, dia memiliki sifat yang kejam dan telah tinggal di luar negeri selama bertahun-tahun. Yang paling mengejutkan lagi adalah, dia seorang penyandang disabilitas.Milla tidak terlalu terkejut dengan kehadiran Chris di kamarnya. Bagaimanapun, seluruh Kota Huari adalah wilayah kekuasaannya. Namun, yang membuatnya penasaran adalah wajah pria ini.
Hara berdiri di samping sambil menyilangkan tangan di dada. Baginya, Milla tidak mungkin bisa membuat kejutan apa pun. Dia telah membayar orang untuk meredam berita tentang Milla yang dibersihkan tuduhannya dan bahwa pelaku sebenarnya sudah menyerahkan diri. Jadi, mana mungkin bisa ditemukan lagi berita itu?Orang-orang di sekeliling juga belum memahami apa yang sedang dilakukan Milla.Di sisi lain, Bertrand memberi isyarat pada bawahannya untuk mendekat, lalu berbisik, "Bantu Milla cari jalan keluar. Aku nggak mau dia dipermalukan di depan komunitas bisnis Huari.""Baik." Bawahannya langsung menyanggupi, lalu bertanya, "Tapi, apakah Bapak sudah memikirkan bagaimana memperlakukannya ke depan?"Bertrand memicingkan mata dengan tenang. "Kakek ingin aku mendekatinya, maka aku akan mendekatinya. Selebihnya nggak perlu kupikirkan. Lagi pula, aku rasa bahkan kakek sendiri masih belum menentukan sikapnya.""Selama ini, dia sudah beberapa kali menyuruh orang menyelidikinya diam-diam. Suruh ora
Mendengar rencana Milla, Joy langsung tertawa cekikikan di telepon. "Kali ini Hara pasti bakal kena batunya lagi!""Itu harga yang harus dia bayar karena baru pulang ke Huari langsung berniat cari masalah denganku. Anggap saja ini paket sambutan dariku untuk dia," kata Milla dengan nada datar."Paket pelajaran dari Milla, pasti bakal heboh!" Joy masih tertawa saat menutup telepon.Milla menyimpan ponselnya, lalu pergi ke toilet untuk merapikan riasan dan memastikan dirinya kembali dalam kondisi prima sebelum keluar.Saat kembali ke ruang pesta, suasana sudah jauh lebih panas. Bahkan Hara yang sejak awal memilih bersikap rendah hati, kini mulai menonjolkan diri dan memancarkan pesona ke sekelilingnya.Itu semua karena seorang sosok penting telah tiba di pesta malam itu.Milla mengedipkan mata pelan saat memandang pria yang tampil bersih dan rapi itu. Tak disangka, Bertrand juga datang.Dari kejauhan, Bertrand tampak lebih kurus dan putih. Sesekali, dia mengangkat saputangan untuk menut
"Anakku memang sudah dewasa," kata Mona sambil tersenyum puas mendengar ucapan Hara."Setelah melewati semua yang terjadi, tentu saja aku sudah jauh lebih matang," kata Hara dengan bangga sambil memutar-mutar ujung rambutnya."Selain itu, aku juga sudah cari tahu. Bertrand itu punya kebiasaan suka kebersihan sejak kecil, bahkan cenderung perfeksionis! Wanita seperti Milla yang pernah terseret kasus hukum, apa menurutmu dia masih terlihat bersih bagi Bertrand? Dia pasti bahkan ogah melihatnya! Jijik!"Mendengar hal itu, mata Mona langsung menajam dan buru-buru berkata, "Kalau begitu, Ibu harus mengeluarkan sedikit uang untuk menekan lagi catatan masa lalumu."Menyinggung tentang masa lalu Hara yang pernah dipenjara di luar negeri, Hara pun menggertakkan giginya penuh dendam, "Itu semua gara-gara Milla! Setiap kali aku dipermalukan, pasti ada hubungannya dengan dia!""Ibu tenang saja. Kali ini aku sudah siap dengan semua rencana. Aku akan perhitungkan semua dendam lama dan baru sekaligus
Milla mengendarai mobil Kenrick untuk mengantarnya pulang.Di dalam mobil, dia langsung memuji, "Baru berpisah beberapa lama saja, penilaianku terhadapmu sudah berubah!"Kenrick hanya melambaikan tangan dengan santai. "Di divisi medis baru di luar negeri, aku bukan cuma mengurus riset, tapi juga urusan bisnis. Lama-lama, ya belajar juga. Oh ya, bagaimana ceritanya kamu bisa kenal dengan Khavin? Dari cara bicara kalian, sepertinya banyak hal terjadi di perayaan Keluarga Angle waktu itu?""Jangan banyak tanya."Milla tidak langsung menjawab. "Aku berani bertaruh, kamu pasti lebih baik nggak tahu apa yang terjadi."Setelah jeda sejenak, dia bertanya dengan perhatian, "Bagaimana persiapan untuk lomba sepeda gunung?"Kenrick duduk lebih tegak dan menjelaskan, "Dari pihak Jauhari Medis, kita hanya bertugas menyediakan bantuan medis dasar dan baru bergerak kalau ada keadaan darurat. Jadi dari pihak kita, semuanya beres.""Tapi, aku lihat Keluarga Hutapea kerjanya amatiran dan Grup Domani juga
"Ibu sudah menyuruh orang melindungiku, mana mungkin aku nggak tahu?" Milla mengangkat wajah dan balik bertanya."Apalagi, Guru juga sudah bilang, aku punya bakat indra penciuman yang nggak kalah dengan Keluarga Yunandananda. Kalau ke depannya aku nggak bisa dimanfaatkan oleh mereka, cepat atau lambat aku akan dianggap sebagai musuh. Jadi wajar saja kalau harus berjaga-jaga lebih awal.""Oh ...."Nayla akhirnya bisa sedikit bernapas lega, takut putrinya yang cerdas ini menyadari sesuatu."Tapi perjalanan ke Keluarga Yunanda kemarin juga nggak sepenuhnya sia-sia. Selama di sana, aku bertemu beberapa produsen luar negeri di acara perayaan mereka. Beberapa hari ini, divisi parfum Jauhari sudah menandatangani dua kontrak besar berkat itu. Jadi, rasanya tetap sepadan," Milla berkata sambil mencoba mencairkan suasana."Dua kontrak itu mana bisa dibandingkan dengan keselamatanmu?" Nayla menghela napas. "Yang Ibu harapkan cuma kamu sehat dan selamat. Hidup sederhana pun nggak masalah."Milla t
Graham memanggil dokter ke rumah untuk melakukan pemeriksaan, lalu menyebarkan kabar bahwa dirinya sedang sakit.Karena sebelumnya dia memang sempat tersengat listrik di perayaan Keluarga Yunanda, tidak ada seorang pun yang meragukan kabar tersebut. Graham sekalian memilih menutup diri di rumah selama tujuh hari dan semua pelayan di rumah diperintahkan untuk menjaga mulut rapat-rapat.Tujuh hari kemudian.Chris mengantar Milla dan Graham ke bandara untuk pulang ke negara asal. Chris sendiri masih ada urusan lain di Melasa, sehingga dia perlu tinggal dua hari lagi.Setelah menukar tiket, Milla dan Graham duduk di ruang tunggu VIP sambil menunggu penerbangan. Tak disangka, mereka bertemu dengan keluarga Hara.Begitu melihat Milla, Hara langsung menunduk panik dan buru-buru mengeluarkan cermin rias untuk merapikan riasan.Setelah memastikan riasannya sempurna, dia sengaja berjalan santai melewati mereka, lalu berpura-pura kebetulan bertemu dan menyapa, "Wah, ini Milla, bukan? Kamu juga pe
Baru saja sebuah pesta berakhir, di sisi lain, pesta lain pun segera dimulai. Milla merasa cukup lelah menghadapi semua ini. Apalagi, entah mengapa Graham dan Chris tidak ikut datang.Alfie memerintahkan orang untuk membawanya ke kamar agar bisa beristirahat, bahkan sudah menyiapkan beberapa set pakaian ganti untuknya. Namun, Milla yang suasana hatinya sedang kurang baik, hanya merapikan riasan seadanya lalu turun ke bawah.Paloh mendorong kursi roda Alfie sambil melapor, "Tuan, semuanya sudah diatur. Nanti Nona Milla pasti akan mencari Tuan Bertrand untuk berterima kasih secara pribadi. Saat itu, Tuan Bertrand akan membawanya ke ruang sebelah dan suasananya akan pas."Sudut bibir Alfie terangkat membentuk senyum samar, lalu memerintahkan, "Awasi Chris.""Dia tidak ikut datang, sepertinya ada urusan mendadak dan harus keluar pulau untuk menyelesaikannya," jawab Paloh.Alfie mengangguk, "Kalau begitu awasi pelabuhan, jangan biarkan dia kembali!""Baik!"Sementara itu, Milla turun ke lan
"Yang membawa orang untuk mengamankan barang bukti penting adalah Bertrand, sehingga membuktikan dugaanku nggak salah. Kalau nggak, hasil uji silikon karet pada pistol itu pasti sudah diubah. Aku benar-benar harus berterima kasih pada Bertrand," jelas Milla."Oh?"Alfie melirik Bertrand sejenak, lalu berkata, "Kamu memang melakukan hal yang sangat teliti!"Setelah berhenti sejenak, Alfie kembali menatap ke depan dan berkata, "Tapi, semua itu tetap sia-sia. Pelaku sebenarnya sudah menyerahkan diri dalam perjalanan kalian menuju kantor polisi. Sekalipun tanpa bukti uji itu, Milla tetap nggak bersalah!""Benar kata Kakek, uhuk uhuk."Bertrand mengangguk patuh, lalu berjalan pelan di belakang sambil mendorong kursi roda.Alfie menoleh ke arah Milla dan berkata, "Kalau soal berterima kasih, anak muda seperti kalian punya caranya sendiri, nanti saja dibicarakan. Sekarang kita pergi makan dulu.""Baik."Milla mengangguk dan Bertrand menatapnya sambil tersenyum.Seketika itu juga, Milla merasa
"Aku tahu ini bukan Kota Huari, juga bukan wilayahmu. Jadi, aku akan tetap mendampinginya," kata Chris melihat Graham mulai gelisah. Suaranya terdengar pelan, berusaha menenangkan."Kamu yang temani?" Graham menyeringai dingin. "Kamu pikir tubuhmu terbuat dari baja dan kulitmu nggak bisa ditembus peluru ya?"Di sekitar mereka mulai terdengar bisikan pelan dari para penonton dan suara batuk Bertrand juga sesekali terdengar.Milla melirik ke arah Chris, melihat keyakinan di matanya. Sepertinya dia memang sudah punya rencana. Perasaan Milla menjadi sedikit tenang.Dia pun maju dan menggandeng tangan Graham sambil membujuk, "Sudahlah, Guru. Ayo kita balik. Marah-marah juga nggak akan menyelesaikan apa-apa, 'kan?""Yang ditahan itu kamu! Bukan aku! Aku marah buat apa!" Graham pura-pura kesal dan menepis tangan Milla, lalu bertumpu pada tongkatnya dan masuk ke mobil.Begitu iring-iringan mobil kembali ke lokasi acara, mereka melihat Alfie sudah berdiri di sana bersama sejumlah orang untuk me