Beranda / Romansa / Dikhianati Tunangan, Dimanja Presdir Miliarder / Bab 5 Kehidupan Pribadinya Berantakan

Share

Bab 5 Kehidupan Pribadinya Berantakan

Penulis: Syakia
Ding.

Ponsel Milla bergetar. Dia melirik sekilas pesan dari sahabatnya, Joy Taruma, yang dikirim dari lantai atas.

[ Semua berjalan lancar, tenang saja. ]

Di Kota Huari, meski bisnis Keluarga Taruma bukan yang terbesar, mereka tetap menjadi sosok yang disegani karena kekuatan koneksi mereka. Terutama dalam menggunakan detektif pribadi yang cepat dan efisien. Dengan bantuan Joy malam ini, Milla merasa lebih percaya diri.

Setelah menyimpan ponselnya, Milla awalnya berniat duduk tenang di sudut pesta dan menunggu waktu yang tepat untuk melaksanakan rencananya. Namun, suara-suara yang semakin keras di sekitarnya mulai mengganggu perhatiannya.

"Kenapa Keluarga Samali harus menikahi Milla yang pincang?"

"Mudah ditebak. Keluarga Samali pasti ingin masuk ke industri medis, jadi mereka memanfaatkan dia!"

Komentar pedas dari orang-orang di sekitarnya membandingkan Milla yang telah terpuruk ini. Melihat wajah Milla yang pucat, Sunny merasa hatinya berbunga-bunga.

Sunny sengaja mengarahkan orang-orangnya untuk memancing opini negatif di grup sosialita. Dia berharap semakin banyak orang yang membicarakan Milla, semakin parah pula komentar mereka.

Milla mendengarkan semua itu dengan wajah tanpa ekspresi. Sesekali, dia melayangkan tatapan dingin ke arah kerumunan. Dia segera mengenali bahwa orang yang paling vokal adalah sahabat Sunny.

"Walaupun bisnis parfum Keluarga Jauhari sudah hancur, mereka masih punya industri medis. Setelah ayah Milla meninggal, ibunya menopang semuanya sendirian. Wanita itu pasti sosok yang kuat!"

"Seorang wanita tua menopang bisnis keluarga? Itu pasti karena menjual sesuatu ... kamu tahu sendiri apa maksudku ...," sindir sahabat Sunny.

Plak!

Sebelum dia menyelesaikan ucapannya, Milla melangkah maju dan memberikan tamparan keras di pipinya.

"Ah!"

"Apa yang kamu lakukan?!"

Diiringi jeritan histeris sahabat Sunny, Milla menatapnya dengan tajam. "Punya orang tua lengkap bukan berarti mereka bisa mendidik anaknya dengan benar. Sayang sekali, harus aku yang mendidikmu. Jaga mulutmu!"

Semua orang terdiam dan terkejut oleh keberanian Milla yang tidak biasanya. Sunny yang merasa terganggu, berusaha menenangkan situasi dengan menekan emosinya dan melangkah maju.

Sunny menarik sahabatnya menjauh, lalu berkata dengan nada manis, "Sudahlah, sudahlah. Hari ini pesta lajang kakakku. Kalian semua hargai aku sedikit, ya."

"Berapa harga dirimu?" Ucapan Milla yang mengejek, langsung memotong Sunny. Sunny terkejut, lalu menoleh dengan wajah kaget dan mata yang mulai berkaca-kaca. "Kak ... kenapa aneh sekali bicaramu hari ini?"

"Aneh ya?"

Milla mencibir. "Bagaimanapun, sama manusia baru aku bicara bahasa manusia."

Sunny tidak bisa membalas. Air matanya jatuh deras.

"Milla! Kenapa kamu bicara begitu sama Sunny?" Ryan yang baru saja mendekat langsung mendengar percakapan mereka. Dengan cepat, dia berdiri di sisi Sunny untuk melindunginya.

"Sakit hati, ya?" Milla langsung memandang Ryan dengan tatapan tajam.

Ryan tampak sedikit gugup, matanya beralih sejenak sebelum buru-buru mengganti nada bicaranya. "Aku cuma ... nggak mau kamu terbawa emosi. Sunny itu mendukungmu sepenuhnya."

Dasar pasangan busuk!

Milla memicingkan mata, menahan dorongan untuk membongkar semuanya saat itu juga. Dia tahu, belum waktunya untuk mengungkap wajah asli mereka.

Saat itu, lampu di aula pesta tiba-tiba redup dan layar besar di depan menyala, mulai menampilkan serangkaian foto Milla.

Suara pembawa acara terdengar lembut dan penuh emosi, "Lebih dari 800 hari yang telah berlalu adalah saksi cinta antara Pak Ryan dan Bu Milla."

'Ternyata ada sesi kejutan juga,' pikir Milla sambil menatap layar.

Ruangan menjadi sangat sunyi saat semua orang mulai memperhatikan foto-fotonya. Awalnya, foto-foto itu terlihat wajar, memperlihatkan sisi elegan dan anggunnya. Namun, semakin lama, foto-foto tersebut berubah menjadi sesuatu yang aneh.

Foto-foto berikutnya menunjukkan Milla tengah minum-minum dan bercanda dengan beberapa pria berbeda. Pria-pria dalam foto itu adalah tokoh-tokoh terkenal di dunia bisnis. Ruangan langsung dipenuhi suara bisikan, tawa sinis, dan komentar pedas.

"Wow, Keluarga Jauhari sampai menjual putrinya untuk bertahan hidup, ya?"

"Siapa sangka wanita bangsawan bisa punya dua sisi yang begitu bertolak belakang!"

"Sunny begitu polos dan bersih, sedangkan Milla begitu liar. Benar-benar kontras antara kakak dan adik!"

Beberapa anggota senior dewan direksi Grup Jauhari yang juga hadir di acara itu, tampak sangat marah. Mereka sedang bernegosiasi dengan beberapa mitra bisnis, dan sekarang para mitra mulai mundur.

"Sepertinya, Bu Milla nggak mewarisi integritas tinggi almarhum Pak Jauhari!" sindir salah satu rekan bisnis sambil beranjak pergi.

Sebagai satu-satunya putri almarhum ayahnya, Milla adalah pewaris tunggal Grup Jauhari. Reputasi buruknya langsung berdampak pada citra perusahaan.

Para anggota dewan mendekati Milla dengan wajah muram. Tangan mereka bersedekap, lalu salah satu dari mereka berkata dengan nada tegas, "Bu Milla, bagaimana Anda menjelaskan ini?"

"Kehidupan pribadi Anda sebenarnya bukan urusan kami, tapi kenapa foto-foto seperti ini muncul di saat penting seperti ini? Kerja sama kita dengan beberapa grup besar sekarang berada di ujung tanduk!"

Ekspresi kedua orang tua Ryan juga berubah menjadi tidak nyaman. Sebagai keluarga terpandang di Kota Huari, mereka tidak bisa menerima menantu dengan kehidupan pribadi yang penuh kontroversi.

Ibu Ryan maju dan menegur Milla dengan nada menyalahkan, "Milla, apa-apaan ini? Ryan bilang kamu wanita berbakat dan bermartabat. Beginikah caramu menunjukkan itu?"

Di sudut, Sunny hampir tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Dengan penuh kepuasan, dia ikut menambahkan bumbu. "Benar, Kak. Kenapa nggak periksa foto-fotonya dulu? Foto-foto seperti itu seharusnya disembunyikan, bukan dipamerkan."

Orang-orang terus berkumpul, menuding, mencemooh, dan mentertawakan Milla. Di tengah badai tuduhan itu, Milla menundukkan kepalanya sedikit dan bulu matanya yang panjang menutupi matanya. Tidak ada yang bisa melihat emosi yang tersembunyi di balik tatapannya yang dingin.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Beatrix Abineno
apa benar Milla seperti itu?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dikhianati Tunangan, Dimanja Presdir Miliarder   Bab 336 Kangen Kamu Hari Ini

    Di dalam mobil, Milla merasa dirinya semakin dekat dengan kebenaran. Di dadanya seperti ada api yang membara dan 20 menit terasa sangat panjang.Akhirnya, dia tiba di Grup Mahendra. Dia naik lift ke lantai paling atas. Saat melihatnya datang, Wilson lagi-lagi terkejut."Bu Milla, kenapa ke sini?""Chris ada di dalam?" tanya Milla sambil menatap pintu ruang rapat yang tertutup."Ya."Milla mengamati ekspresi Wilson. Meskipun terkejut, ekspresinya tak seperti orang yang berbohong."Oke, aku tunggu dia." Milla tak berbicara panjang, langsung melangkah ke ruang tamu di seberang dan duduk di sofa untuk menunggu.Wilson tak berani bersikap ceroboh. Dia segera menuangkan air untuk Milla, lalu melangkah masuk ke ruang rapat dengan hati-hati.Lima menit kemudian, pintu ruang rapat terbuka. Chris melangkah keluar dengan cepat, langsung menuju ke arah Milla.Melihatnya muncul, Milla merasa beban berat di dadanya akhirnya sirna. Selama Chris benar-benar berada di Grup Mahendra, maka semua kemungki

  • Dikhianati Tunangan, Dimanja Presdir Miliarder   Bab 335 Masuk Rumah Wanita

    Milla diam-diam menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan sesak di dadanya. "Itu hak dia.""Benar sekali." Bertrand mengangguk, lalu menyalakan mobil.Namun kebetulan sekali, mobil Chris berada di depan dan mobil Bertrand di belakang. Mereka terus searah sepanjang jalan.Hingga akhirnya mereka melihat sendiri mobil Chris berbelok masuk ke sebuah kompleks apartemen sederhana, barulah mobil mereka mengambil arah yang berbeda.Saat itu pula, Bertrand menerima telepon dan segera menepikan mobil ke sisi jalan. Dia tersenyum sambil berujar dengan tidak enak hati, "Aku angkat telepon sebentar di luar. Maaf, tunggu sebentar ya."Milla mengangguk.Bertrand keluar dari mobil untuk menjawab telepon. Milla pun menoleh ke arah gerbang kompleks di seberang jalan. Telepon Bertrand berlangsung cukup lama, tetapi Milla tak melihat mobil Chris keluar lagi.Itu berarti, dia masuk ke rumah perempuan itu ....Kalaupun Chris hanya bersikap sopan mengantar perempuan itu pulang, tak seharusnya dia tinggal

  • Dikhianati Tunangan, Dimanja Presdir Miliarder   Bab 334 Chris Sedang Berkencan

    Tak lama kemudian, pintu kantor terbuka. Bertrand masuk dan mengangguk sopan sambil berterima kasih kepada asisten yang membukakan pintu. Wajah asisten itu langsung memerah. Kemudian, dia buru-buru mundur dan keluar.Setelan jas hitam yang pas badan, dipadukan dengan sweter leher tinggi warna putih. Bertrand adalah pria yang paling memesona dengan balutan hitam putih yang pernah dilihat Milla, tidak ada tandingan. Aura elegannya alami dan menawan, tak heran membuat si asisten wanita tak mampu menahan pesonanya."Pak Bertrand, ada urusan apa datang selarut ini?" Milla tersenyum sambil menuangkan teh untuk Bertrand."Dari mana kamu tahu aku suka teh?" tanya Bertrand."Tebak saja." Milla tersenyum tipis. Orang yang kondisi tubuhnya tidak terlalu baik biasanya tidak terbiasa minum kopi, jadi dia menebak Bertrand lebih suka teh."Ehem ... terima kasih." Bertrand menutupi mulutnya dengan saputangan. "Tapi, nggak perlu repot-repot. Aku hanya mampir sebentar dan berniat mengajakmu makan malam.

  • Dikhianati Tunangan, Dimanja Presdir Miliarder   Bab 333 Pak Chris Tidak Pilih-Pilih

    Mobil berhenti di pinggir jalan dan memercikkan genangan air. Shania yang kaget saat tetesan air itu mengenai betisnya pun langsung meloncat menjauh.Namun, pintu mobil terbuka dan terlihat orang yang keluar adalah Wilson. "Pak Chris menyuruhmu masuk ke mobil.""Pak Chris?" tanya Shania yang makin panik."Ayo masuk," desak Wilson.Shania tidak berani menolak pun membuka pintu belakang dan masuk ke dalam mobil, lalu duduk di samping Chris dengan gemetar. "Pak Chris, maaf, aku sudah basah kuyup. Nanti mobilmu akan kotor .... Sebaiknya aku turun saja ... kantor juga sudah dekat ....""Sudah waktunya pulang kerja, kenapa kamu kembali ke kantor?" tanya Chris sambil mengangkat kepala dan memberikan isyarat mata pada Wilson.Melihat isyarat itu, Wilson pun berbalik dan menyerahkan sebuah handuk pada Shania."Target penjualanku untuk minggu ini belum tercapai, pulang rumah pun merasa gelisah. Jadi, aku ingin lembur ...," jawab Shania sambil menundukkan kepala untuk berterima kasih pada Wilson.

  • Dikhianati Tunangan, Dimanja Presdir Miliarder   Bab 332 Dia Akhirnya Terjebak

    Setelah masuk ke dalam mobil, Chris menelepon Milla dan bertanya dengan nada muram, "Sudah pulang kerja?""Itu .... Maaf ya, malam ini aku mungkin akan pulang sangat larut," jawab Milla sambil meminta maaf."Sibuk apa lagi?" tanya Chris dengan lemas."Ada beberapa pesanan kerja sama tambahan dari pameran, aku harus segera mengurusnya malam ini. Aku harus segera siapkan kontraknya agar besok departemen penjualan bisa mengurusnya," jelas Milla."Nggak bisa kerjakan di rumah saja?" tanya Chris lagi. Entah mengapa, perasaan kesepian ini membuatnya sangat ingin bertemu dengan Milla."Aku lembur bersama rekan kerjaku, lebih mudah komunikasi kalah bertatap muka langsung," jawab Milla."Oh," balas Chris dengan singkat.Merasa suasana hati Chris yang berada di ujung telepon agak muram, Milla tersenyum dan menghibur, "Aku janji besok malam aku pasti akan pulang kerja tepat waktu.""Baiklah. Kebetulan aku juga ada beberapa urusan di perusahaan yang harus ditangani," kata Chris yang membantu Milla

  • Dikhianati Tunangan, Dimanja Presdir Miliarder   Bab 331 Pak Chris Maaf

    "Pak Khavin ... baik, namaku Shania, dua puluh tiga tahun. Aku biasanya suka baca buku ...," kata wanita itu yang mulai memperkenalkan dirinya dengan suara yang bergetar. Sebagian besar pengucapannya sudah cukup standar, tetapi ada beberapa kata yang masih jelas terdengar logat daerahnya.Zeno mengangkat tangannya dan menyela perkataan Shania. "Sudah cukup. Ingat apa yang aku katakan, besok kamu mulai bekerja di Grup Mahendra. Kamu akan segera bertemu dengan Chris, tapi jangan banyak bicara di hadapannya.""Baik ...," jawab Shania dengan sedih, lalu berhenti berbicara.Ekspresi Khavin juga terlihat meremehkan. Dia tidak khawatir lagi karena gadis dengan kualitas seperti ini tidak mungkin bisa menarik perhatian Chris lebih dari seminggu. Namun, dia teringat sesuatu dan bertanya dengan cemas, "Kalau Chris sudah bosan dengannya dan kembali mencari Milla lagi, apa yang harus kita lakukan?""Aku tahu sifatnya Milla, dia bukan orang yang membiarkan Chris mempermainkannya sesuka hati. Kalau C

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status