Qiyana terhuyung ke belakang ketika tembok di tempatnya bersandar tiba-tiba bergerak. Nyaris saja tubuhnya terjerembab kalau tidak buru-buru mencari pegangan. Wanita itu spontan memutar tubuhnya dan matanya langsung terbelalak saat melihat apa yang terjadi. Awalnya, Qiyana mengira terjadi gempa bumi di sini sampai tembok tempatnya bersandar bergetar. Tak disangka, ternyata ia malah dibuat terkejut dengan pemandangan yang kini tersaji di depan matanya. Tembok tempatnya bersandar tadi bergerak dan bergeser. Yang lebih mengejutkan lagi, rupanya ada sebuah ruangan gelap yang bmada di balik tembok tersebut. Selama beberapa saat, Qiyana masih menatap ke arah sana dengan tatapan tak percaya. Ia tidak menyangka ada ruangan tersembunyi di balik tembok ini. “Ruangan apa ini sebenarnya?” gumam Qiyana sembari mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Qiyana berusaha mencari orang yang mungkin saja bisa dirinya tanyai mengenai ruangan di balik tembok ini. Namun, tidak ada satu pun orang yang meli
Diamnya Kenzo membuat Qiyana ingin menarik pertanyaannya kembali. Namun, tentu saja ia tidak mungkin melakukan itu. Ketegangan semakin terlihat jelas di wajahnya, jantungnya pun sudah berdebar keras sejak tadi. Reaksi aneh yang Kenzo tunjukkan cukup mengejutkan Qiyana. Dari segala macam respon yang bisa lelaki itu berikan, Kenzo malah menertawakan dirinya. Bukan jenis tawa sinis atau mencemooh, melainkan tawa geli. Seolah-olah pertanyaannya yang sangat serius itu sebatas lelucon belaka. Padahal Qiyana sudah ketar-ketir sendiri setelah melontarkan pertanyaan seperti itu. Di saat Kenzo terlihat santai dan tidak sedikit pun memarahinya, ia malah memancing pertanyaan lain yang lebih buruk. “Kenapa kamu bertanya seperti itu?” tanya Kenzo yang sudah menghentikan tawanya. Lelaki itu kembali memasang wajah datar dan menatap Qiyana dengan sebelah alis terangkat. Qiyana gelagapan. Ia terlalu penasaran siapa sebenarnya lelaki yang telah menikahinya ini sampai tanpa sadar menanyakan perta
Sebuah pesan lagi datang dari nomor yang sama seperti sebelumnya. Kali ini berisi alamat sebuah café yang letaknya tidak jauh dari rumah ini. Qiyana berdecih sinis. Rupanya sang pengirim pesan bukan sedang mengajukan penawaran, melainkan memaksanya mengikuti yang dia inginkan. Qiyana masih menatap dua pesan tersebut tanpa berminat membalas. Membiarkan centang dua berubah menjadi centang biru. Seseorang di seberang sana pasti tahu kalau dirinya sudah membaca pesan ini. Tetapi, jangan harap Qiyana akan memberi balasan. Qiyana tidak menyangka manusia tak berperasaan ini masih berani mengirim pesan padanya. Bahkan, terkesan memaksanya untuk mengikuti yang orang itu inginkan. Memangnya siapa dia sampai Qiyana harus patuh?Seseorang itu memang pernah Qiyana anggap penting dalam hidupnya. Setidaknya begitu sebelum orang itu menusuknya dari belakang tanpa belas kasihan sama sekali. Sekeras apa pun orang itu memaksanya, ia tidak peduli. Paling-paling si pengirim pesan ini hanya ingin mena
Tubuh Qiyana mendadak kaku dengan sorot mata yang tertuju pada sebuah video yang ada di dalam ponsel Feli. Tampilan yang tersaji di depan matanya sangat mengerikan. Namun, manik matanya seakan terkunci dan tak bisa berpaling sama sekali. Feli menampilkan sebuah video berisi rekaman CCTV di suatu tempat. Entah di mana tempat itu, Qiyana juga tidak mengetahuinya. Namun, bukan itu yang menjadi fokusnya, melainkan seseorang yang sedang menghajar lawannya tanpa ampun padahal jelas-jelas sang lawan sudah terkapar. Kenzo Pradipta. Qiyana yakin seseorang yang memukuli lawannya tanpa ampun itu adalah lelaki yang berstatus sebagai suami kontraknya sekarang. Wanita itu bergidik ngeri menyaksikan bagaimana bengisnya Kenzo menghajar lelaki yang sudah tidak berdaya. Seringai penuh makna yang tersungging di wajah Feli semakin lebar melihat ekspresi tegang adik tirinya. Tak sia-sia ia jauh-jauh datang ke tempat ini untuk menemui Qiyana. “Melihat ekspresimu yang tegang begini, sepertinya kamu memang
Qiyana yang sudah nyaris membuka pintu mobil Kenzo langsung menegang mendengar pertanyaan lelaki itu. Selama beberapa saat, ia bergeming di tempat sembari memikirkan alasan apa paling masuk akal untuk menjawab pertanyaan tersebut. Qiyana tidak menyangka Kenzo sampai menyusulnya kemari dan malah bertemu dengan Feli juga. Padahal ia sudah susah-susah menyembunyikan semuanya dari lelaki itu. Ia benar-benar menyesali keputusannya bertemu dengan kakak tirinya itu hari ini. Wanita itu kembali memutar tubuhnya setelah berhasil menemukan sebuah alasan di kepalanya. Entah alasan ini tepat atau tidak, yang terpenting ia sudah mencoba. Semoga saja jawabannya termasuk masuk akal dan Kenzo akan percaya. “Kak Feli?” sahut Qiyana dengan kening mengerut, berpura-pura bingung. “Memangnya dia ada di sini juga? Kapan? Aku tidak tahu dia ada di sini. Aku tidak melihatnya saat berada di dalam tadi. Mungkin karena aku terlalu fokus berbincang dengan teman lamaku itu.” Di balik ketenangan yang terpampang
Qiyana yang sedang mengunyah makanannya langsung tersedak mendengar kata-kata yang Nadira lontarkan. Wanita itu sampai terbatuk-batuk dengan mata berkaca-kaca dan memerah. Sontak saja itu membuat Nadira panik dan segera membantu mengusap punggung wanita itu seraya menyodorkan segelas air. Meskipun sudah merasa lebih baik, Qiyana belum berani membalas tatapan Nadira yang masih menatapnya dengan sorot khawatir. Wanita itu terlalu terkejut mendengar informasi yang Nadira sampaikan barusan. Waktu itu Qiyana memang ingin menanyakan pada Kenzo apa yang terjadi setelah dirinya pingsan. Dan juga bagaimana ceritanya hingga lelaki itu bisa membawanya pulang. Tetapi, akhirnya ia malah lupa. “Kamu kenapa sampai tersedak begini? Apa aku salah bicara?” tanya Nadira yang masih berdiri di samping Qiyana. Sebelah tangan wanita itu juga masih mengusap punggung Qiyana naik-turun. “Sudah merasa lebih baik?” Qiyana kembali mengangkat kepalanya setelah berhasil menyembunyikan keterkejutannya. Kemudina,
Qiyana spontan meronta, berusaha melepaskan diri. Namun, seseorang di belakangnya ini malah mengeratkan kunciannya. Tak sampai di sana, orang itu juga langsung menarik dirinya dari tempat tersebut. Tentu saja Qiyana semakin panik dan berusaha meronta lebih kuat. Tetapi, tenaganya kalah kuat dengan sosok lelaki yang entah kenapa tiba-tiba menariknya ini. “Jangan takut, ikutlah denganku,” bisik orang itu tepat di telinga Qiyana. Setelah mendengar suara yang cukup familiar itu, Qiyana tidak lagi berusaha meronta. Wanita itu diam dan menurut, mengikuti langkah lelaki yang membimbingnya terus melangkah mundur itu. Cukup mengejutkan karena ternyata orang itu membawanya kembali ke kamarnya. Qiyana langsung memutar tubuhnya setelah orang itu melepaskannya. Ternyata dugaannya tidak meleset, memang Kenzo yang tiba-tiba menyeretnya. Terlalu panik membuatnya tidak bisa berpikir jernih tadi. Bahkan, ia tidak menyadari aroma parfum familiar yang menusuk indta penciumannya. “Apa yang kamu lakukan
Qiyana nyaris menjatuhkan ponsel buang baru berhasil ia dapatkan setelah mendengar suara itu. Sontak saja, wanita itu langsung mengangkat kepala. Dan benar saja, suara yang cukup familiar itu memang milik ‘wanita spesial Kenzo'. Tanpa sadar Qiyana malah melangkah mundur. Namun, ia segera berhenti saat menyadari reaksinya terlalu berlebihan. Benar-benar mirip pencuri yang ketahuan oleh pemilik rumah. Padahal kenyataannya tidak seperti itu. Qiyana tak menyangka akan bertemu dengan wanita ini di sini. Ia mengira tamu Kenzo ini telah pulang sejak semalam. Jika dia masih berada di sini sekarang, kemungkinan besar wanita itu memang menginap semalam. Qiyana tidak tahu harus bagaimana. Seharusnya ia tidak boleh bertemu dengan wanita di hadapannya ini. Apalagi dengan keadaan yang tidak kemungkinan seperti ini. Kenzo sudah mewanti-wanti dirinya agar berhati-hati dan tidak berkeliaran. Namun, sekarang dirinya malah bertemu dengan wanita ini. Kenzo pasti marah padanya. “Kenapa tidak menjawab p