Qiyana dapat melihat keterkejutan yang sangat ketara dari wajah Kenzo. Namun, lelaki itu tidak memberi respon apa pun atas keputusan gila yang dirinya ambil. Kenzo langsung membimbingnya menuju mobil lelaki itu yang terparkir di pinggir jalan.
Qiyana tidak memiliki niatan sama sekali untuk meralat kata-kata yang baru saja meluncur dari mulutnya. Ia sadar betul seberapa gila keputusan yang dirinya ambil tanpa pikir panjang ini. Tetapi, jika cara ini bisa mempermudah dirinya mengambil kembali miliknya sekaligus membalas sakit hatinya, Qiyana akan melakukannya.“Aku serius dengan keputusanku,” ucap Qiyana setelah menerima sebotol air mineral yang Kenzo berikan. Wanita itu menghapus sisa-sisa lelehan air mata yang memenuhi wajahnya. Kemudian, membuka botol air mineral di tangannya dan meneguknya perlahan-lahan.“Apa kamu yakin? Kamu bisa memikirkan semuanya matang-matang, tidak perlu terburu-buru. Karena kalau kamu sudah mengambil keputusan, kamu tidak bisa mundur lagi,” tanya Kenzo memastikan.Qiyana mengangguk tanpa ragu. “Aku sangat yakin. Lebih cepat lebih baik, ‘kan? Tapi, sebelumnya aku ingin membuat beberapa perjanjian denganmu. Setelah tujuan aku dan kamu tercapai, maka hubungan ini juga akan selesai.”Qiyana ingin semua orang yang telah menusuknya dari belakang mendapatkan balasan setimpal secepatnya. Mereka harus merasakan kepedihan berkali-kali lipat dari yang dirinya rasakan sekarang. Qiyana ingin membuktikan kalau ia tidak selemah yang mereka pikirkan selama ini.Kedua sudut bibir Kenzo terangkat melihat keyakinan dari wajah Qiyana. “Aku senang akhirnya kamu mau bekerja sama denganku. Aku akan memberitahu pengacaraku untuk menemui kita. Kamu bisa mencantumkan apa pun dalam perjanjian itu. Selain itu, kita juga harus mengurus beberapa berkas dulu.”Kenzo langsung menyalakan mesin mobilnya setelah menelepon pengacaranya. Lelaki itu meminta pengacaranya menemui mereka di rumah lelaki itu sekarang juga. Sedangkan Qiyana masih meyakinkan dirinya sendiri jika keputusan yang ia ambil sudah benar.Kendaraan beroda empat itu melaju membelah jalanan yang tidak terlalu padat. Qiyana lebih banyak termenung di sepanjang perjalanan. Wanita itu hanya sesekali membuka suara saat Kenzo menanyakan sesuatu padanya.Qiyana menatap jendela di sampingnya dengan tatapan kosong. Masih sulit dipercaya, hidupnya berubah dan hancur lebur dalam sekejap. Semua yang semula menjadi miliknya kini sudah diakui oleh orang lain. Sedangkan dirinya dibuang begitu saja tanpa belas kasihan sama sekali. Bahkan, tanda tangannya pun dipalsukan demi kepentingan mereka sendiri.“Ayo turun! Pengacaraku sudah menunggu kita di dalam,” tutur Kenzo yang berhasil membuyarkan lamunan Qiyana.Qiyana dan Kenzo berjalan berdampingan memasuki rumah mewah Kenzo itu. Kedatangan mereka langsung disambut oleh pengacara lelaki itu yang memang telah menunggu keduanya di sana. Tanpa membuang waktu lagi, ketiganya langsung membahas kontrak pernikahan yang akan Kenzo dan Qiyana jalani.Ada beberapa poin penting dalam kontrak tersebut yang telah disepakati oleh keduanya. Kenzo sudah lebih dulu membubuhkan tanda tangannya di atas kertas berisi perjanjian mereka. Sementara Qiyana masih menatap kertas itu dengan perasaan campur aduk.“Kenapa? Apa kamu ragu?” tanya Kenzo sembari menyentuh bahu Qiyana yang duduk di sampingnya.Qiyana tersentak, kemudian menggeleng. Helaan napas pelan lolos dari bibirnya sebelum ia mengambil pulpen di atas meja dan membubuhkan tanda tangannya pada surat perjanjian tersebut. “Sudah,” ucapnya dengan senyum tipis.“Ada beberapa berkas lagi yang harus diurus. Kalau semuanya sudah selesai besok, berarti kita bisa langsung menikah. Kamu memiliki waktu semalam untuk memikirkan ulang keputusanmu. Aku tidak akan memaksa kalau kamu tidak menginginkannya,” ujar Kenzo seraya bangkit dari tempat duduknya.Kenzo dan pengacara lelaki itu langsung berpamitan pergi tak lama setelahnya. Qiyana pun langsung kembali ke kamarnya, mengurung diri seharian penuh di dalam ruangan itu. Ia kembali menumpahkan air matanya di sana. Namun, tetap saja sesak yang bersarang di dadanya tak kunjung berkurang.Waktu terus bergulir dan tak terasa sekarang hari telah berganti. Qiyana tak menyangka semua berkas untuk keperluan pernikahan kontraknya dengan Kenzo telah selesai dibuat. Itu artinya ia dan Kenzo akan melangsungkan pernikahan tersebut hari ini juga.Kenzo memberitahu Qiyana mengenai pernikahan mereka yang akan dilaksanakan hari ini. Tak lama kemudian, datang beberapa orang yang membawa gaun pengantin juga penata rias. Qiyana didandani sedemikian rupa bak pengantin sungguhan. Padahal pernikahan ini hanya berdasarkan kontrak belaka.Tok! Tok! Tok!“Nyonya, apa Anda sudah siap? Tuan Kenzo dan yang lainnya sudah menunggu Anda di bawah.”Ketukan dan panggilan itu berhasil membuyarkan lamunan Qiyana. Tanpa membuang waktu lagi, ia bergegas bangkit dari posisinya dan melangkah keluar dari kamarnya. Sudah ada dua orang pelayan yang menunggu Qiyana di depan pintu. Kedua pelayan itu langsung membantunya melangkah menuju ruang tamu, tempat pernikahan tersebut akan dilaksanakan.Kenzo yang sudah menunggu Qiyana langsung mengembangkan senyumnya melihat kedatangan wanita itu. “Kamu sudah siap?” bisik Kenzo pada Qiyana yang telah duduk di sampingnya.Qiyana membalas senyum Kenzo dengan senyum kaku. Kemudian, mengangguk sekilas. Proses pernikahan tersebut langsung dilaksanakan tak lama setelahnya. Yang pernikahan sederhana itu hanya beberapa orang yang memang bekerja di sana.Tidak ada perayaan apa pun setelah pernikahan itu digelar. Semua orang yang tadinya berkumpul di ruang tamu juga sudah mulai membubarkan diri. Dalam sekejap status Qiyana sudah berubah menjadi istri Kenzo. Sayangnya, bukan cinta yang mendasari pernikahan ini, melainkan untuk membalaskan dendam.Pernikahan sederhana itu ditutup dengan sesi foto Kenzo dan Qiyana. Kenzo mengatakan foto-foto ini hanya sebagai kenang-kenangan untuk mereka saja. Padahal menurut Qiyana itu tidak perlu. Setelah semuanya selesai, wanita itu memilih langsung kembali ke kamarnya.“Kita hanya menikah kontrak, seharusnya kamu tidak perlu repot-repot memberikan gaun semewah ini untukku,” tutur Qiyana sembari melepaskan satu per satu aksesoris yang menghiasi kepalanya.Benar-benar tidak ada yang spesial dari momen sakral hari ini. Qiyana enggan mengenakan seluruh aksesoris yang melekat di tubuhnya terlalu lama. Ia merasa hampa, bahkan untuk memaksakan tersenyum juga dirinya tidak bisa.“Tidak apa-apa. Kamu sangat cocok memakai gaun itu,” jawab Kenzo seraya menyandarkan punggungnya di dinding kamar Qiyana. “Boleh aku minta satu hal padamu?” Lelaki itu kembali bersuara.Qiyana menoleh sekilas dengan kening mengerut. “Apa?”Kenzo berdeham pelan. “Tolong rahasiakan pernikahan ini. Jangan salah paham dulu. Kita hanya menikah sementara, kurasa lebih tidak perlu banyak orang yang tahu.”Gerakan Qiyana yang sedang menghapus riasan di wajahnya terhenti sejenak. Kemudian, wanita itu mengangguk sekilas. “Aku mengerti. Kurasa memang lebih baik seperti itu.”Tanpa diminta, Qiyana sudah tahu kalau pernikahannya dengan Kenzo memang tidak perlu diketahui banyak orang. Kakak tiri dan mantan tunangannya akan semakin menertawakan dirinya jika mengetahui pernikahan ini.Qiyana tersentak saat mengingat sesuatu.“Aku juga ingin menanyakan sesuatu padamu. Setelah ini apa yang akan kita lakukan?” tanya wanita itu seraya memutar tubuhnya menghadap lelaki yang kini menyandang status sebagai suaminya.Qiyana merutuk dalam hati. Ia setuju bekerja sama dengan Kenzo. Namun, malah lupa menanyakan rencana apa yang akan mereka lakukan nantinya. Pikirannya terlalu kalut sampai-sampai ia melupakan hal sepenting ini.“Aku berencana membuat perusahaan itu bangkrut,” jawab Kenzo tanpa keraguan.Qiyana spontan bangkit dari tempat duduknya setelah mendengar jawaban Kenzo. Dari semua rencana yang dapat dilakukan, ia tidak Kenzo malah memilih rencana seperti ini. Sudah pasti, Qiyana tidak akan menyetujuinya. “Apa? Kamu ingin membuat perusahaan ayahku bangkrut? Kenapa kamu malah melakukan itu? Perusahaan itu ayahku bangun dari nol, kamu tidak boleh membuat perusahaan ayahku bangkrut. Aku yakin pasti ada—” “Tunggu dulu, Qiyana. Aku belum selesai bicara,” potong Kenzo cepat. Lelaki itu menegakkan tubuhnya dan melangkah mendekati Qiyana. “Jangan panik dulu. Maksudku begini, aku akan melakukan sesuatu yang membuat perusahaan itu kolaps. Kamu pasti mengerti kalau kebanyakan orang tidak akan mau menanam modal di perusahaan yang sudah kolaps. Bahkan, saham yang sudah ada juga akan mereka tarik lagi.” Kenzo menjelaskan rencananya pelan-pelan. “Ketika sudah tidak ada lagi yang bersedia membantu mereka, aku akan datang. Aku akan menanamkan saham di sana. Namun, tanpa mereka sadari aku a
Qiyana terlonjak hebat menyadari apa yang baru saja dirinya lakukan. Wajahnya langsung berubah pucat pasi dengan jantung yang berdetak dua kali lebih cepat. “Kenapa aku bodoh sekali?!” rutuknya dalam hati. Wanita itu mengedarkan pandangan ke sekitarnya, khawatir ada orang yang melihatnya di sini. Qiyana ingin segera pergi dari sana. Namun, ia tidak mungkin meninggalkan bekas kekacauan yang baru saja dirinya perbuat begitu saja. Buru-buru wanita itu membereskan serpihan guci yang berserakan di lantai. Ringisan pelan lolos dari bibirnya karena ujung telunjuknya tak sengaja terkena serpihan guci yang tajam. Mengabaikan nyeri dan darahnya yang mulai keluar, Qiyana tetap melanjutkan aktivitasnya secepat mungkin. Ia harus segera pergi dari sini. “Apa yang kamu lakukan di sini?”Suara bariton yang familiar itu membuat tubuh Qiyana menegang. Wanita itu sontak mengangkat kepalanya dan manik matanya langsung bertemu dengan sorot tajam Kenzo. Qiyana gelagapan hingga jemarinya tak sengaja
“Ini kantorku, kenapa kamu terkejut seperti itu?” tanya Kenzo yang telah memarkirkan mobilnya di area khusus untuk jajaran direksi di kantornya. “Ayo turun!” “Tunggu dulu! Bukannya kamu ingin pernikahan kita dirahasiakan dari semua orang? Kalau kamu membawaku ke kantormu, orang-orang pasti penasaran. Apa itu tidak akan membahayakan rencana kita? Kamu juga tidak mengatakan apa pun tadi. Harusnya kamu bilang kalau kamu ingin mengajakku ke kantormu,” sahut Qiyana agak kesal. Sejenak, Qiyana menyingkirkan ketakutan tak berdasar yang dirinya rasakan pada lelaki di sampingnya ini. Ia mulai kesal karena Kenzo selalu merencanakan sesuatu tanpa berkompromi dengannya terlebih dahulu. Kalau tahu lelaki itu akan mengajaknya ke kantor miliknya, lebih baik dirinya tidak perlu ikut. “Aku memang ingin memberitahumu. Tapi, kamu sengaja menghindariku sampai melewatkan waktu sarapanmu juga. Padahal aku sudah menunggumu nyaris satu jam. Bukankah aku yang lebih pantas marah?” balas Kenzo setengah menyin
“Kenapa kamu malah berhenti di sini? Ayo, aku sudah memesan meja untuk—” Kalimat yang Kenzo ucapkan terhenti saat menyadari ke mana arah pandang Qiyana berlabuh. Seulas senyum sinis tersungging di bibirnya, sebelum wajahnya kembali datar. “Ayo kita makan di tempat lain saja.”Qiyana yang masih terpaku melihat pemandangan di hadapannya tersentak saat Kenzo menariknya kembali keluar dari restoran itu. “Tidak perlu, kita makan siang di sini saja. Di mana meja yang sudah kamu pesan?”Qiyana mengalihkan pandangannya dari pemandangan menyakitkan itu dan langsung menggandeng Kenzo ke arah lain. Ia tidak ingin terlalu lama menatap sesuatu yang hanya membuatnya terlihat semakin menyedihkan. Dunia ini terasa begitu sempit. Di depan sana, tepatnya di tengah-tengah restoran ini Jovan dan Feli sedang makan bersama. Yang lebih menjijikkannya lagi, tanpa malu mereka bersikap mesra dan saling menyuapi satu sama lain. Benar-benar tidak tahu diri!Qiyana memang sangat membenci dua manusia biadab i
Qiyana tidak berhasil menemukan siapa dalang dari perekam video tersebut yang sebenarnya. Hanya selang beberapa menit sejak insiden tersebut terjadi dan video yang menampilkan dirinya menampar Feli sudah tersebar di mana-mana. Anehnya, hanya bagian saat Qiyana menampar Feli saja yang ada dalam video-video itu. Apa yang terjadi di sana sebelumnya tidak terlihat. Seolah-olah sengaja dipangkas menjadi seperti itu. Walaupun tidak mengetahui siapa yang merekam video tersebut, ia yakin ada campur tangan Feli di sana. “Ada apa? Kenapa wajahmu terlihat tegang seperti itu?” tanya Kenzo yang melirik sekilas ke arah Qiyana. Qiyana yang tersentak langsung menggeleng dan buru-buru mematikan ponselnya sebelum Kenzo semakin curiga. Ia tidak ingin lelaki itu mengetahui masalahnya kali ini. Lagipula semuanya bermula karena dirinya tidak bisa menahan emosi. “Tidak apa-apa. Mungkin aku hanya terkejut karena kejadian barusan. Maaf sudah membuatmu malu di sana. Harusnya kamu tidak perlu menghampiriku s
Qiyana membuka matanya perlahan-lahan. Ringisan pelan lolos dari bibirnya karena pening tiba-tiba menyerang kepalanya. Wanita itu mengerjapkan matanya berulang kali. Keningnya mengerut saat menyadari kalau tempatnya berada saat ini bukanlah kamarnya yang ada di rumah Kenzo. Qiyana terlonjak hebat ketika merasakan pergerakan seseorang di belakangnya. Saat itu pula ia baru menyadari ada lengan kokoh yang memeluk perutnya dari belakang. Mengabaikan pening yang masih mendera, wanita itu langsung mengubah posisinya menjadi duduk. Tubuhnya berubah pucat pasi dan gemetar ketakutan. Qiyana masih belum berani menoleh ke belakang. Ia berusaha mengingat apa yang terjadi sebelumnya, namun dirinya tidak bisa mengingat apa pun. Wanita itu membekap mulutnya dengan kedua tangan setelah memberanikan diri melihat siapa yang berbaring di sampingnya. “Kenapa bisa sampai begini? Apa yang sudah aku lakukan?” lirih wanita itu dengan mata berkaca-kaca. Qiyana menyingkirkan tangan yang melingkari peru
Sebelah sudut bibir Qiyana terangkat membentuk senyum miris. Setelah menyentuhnya tanpa izin, kini ia malah mendapati Kenzo sedang bermesraan dengan wanita lain. Qiyana semakin meyakini kalau lelaki itu memang sama saja dengan lelaki lain di luar sana. Qiyana ingin beranjak pergi dari sana, mungkin lebih baik ia menitipkan berkas di tangannya pada sekretaris lelaki itu. Tetapi, kakinya tak bisa bergerak ke mana pun. Seolah-olah ada sesuatu yang menahannya agar tetap berdiri di sana. Kenzo dan perempuan itu memang hanya berpelukan, begitulah yang terlihat di depan mata Qiyana. Namun, entah apa yang sedang mereka lakukan sebelumnya. Mungkin malah sudah lebih dari yang terlihat saat ini. Kedatangan Qiyana menyebabkan Kenzo dan perempuan yang bersama lelaki itu terkejut. Sang perempuan langsung mengambil tasnya yang berada di atas sofa. “Sepertinya aku harus pergi. Sampai jumpa lagi, jangan lupa dengan janjimu!” Sebelum benar-benar pergi, perempuan itu mengecup pipi Kenzo sekilas.
Qiyana nyaris menjatuhkan ponsel di tangannya saat melihat video syur Jovan dan Feli yang tersebar luas di mana-mana. Baru melihat beberapa detik pertama saja, ia sudah mual dan jijik. Buru-buru wanita itu menekan ikon kembali sebelum benar-benar muntah hanya karena melihat video tersebut. Entah siapa yang menyebar dan dari mana asalnya video tersebut. Qiyana yang baru berani kembali berselancar dengan dunia maya sangat terkejut melihatnya. Dan secara tidak langsung, video ini juga berhasil membuat pemberitaan tentang perkelahian Qiyana dan Feli di restoran tempo hari terkikis. Qiyana perlu berterima kasih sebanyak-banyaknya pada orang yang menyebar video ini walaupun tindakan tersebut bilang dibilang keterlaluan. Bahkan, hanya menyebar video seperti itu saja tidak dibenarkan. Apalagi disebar luas di mana-mana seperti ini. “Apa mungkin Kenzo yang melakukannya?” gumam Qiyana menebak-nebak. Wanita itu langsung menggeleng. “Dia tidak mungkin repot-repot melakukannya. Apalagi dia ju