Share

Bab 7. Kesepakatan

Penulis: Saraswati_5
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-20 17:48:44
Ayu mengerutkan kening, “Salah mengira ... maksud kamu apa?”

Ashraf menatapnya dengan ekspresi datar, tetapi ada sedikit cibir di ujung bibirnya. “Tentu saja karena sudah mengira saya sebagai gigolo dan memberikan uang yang tidak seberapa itu.”

Ayu menghela napas kesal, “Saya sudah minta maaf!”

Ashraf melangkah maju lagi, kali ini dengan sikap lebih tenang. “Lalu?”

Ayu menggigit bibirnya. Matanya menatap Ashraf tanpa tahu harus merasa marah, kecewa, atau … takut.

Entah sejak kapan, suara Ashraf yang awalnya menyebalkan kini berubah menjadi ancaman yang membingungkan hatinya.

"Oke, saya minta maaf untuk kesalahan malam itu. Saya akan memberikan uang lebih." Pada akhirnya, Ayu hanya bisa meminta maaf.

“Saya tidak butuh uang kamu,” Ashraf mengedikkan bahu, “Lagipula, saya punya lebih banyak uang dari kamu. Jadi, tidak berguna seberapa banyak uang yang kamu kasih.”

Ayu mendelik kesal. Ia tahu pria di hadapannya ini salah satu orang terkaya di dunia tetapi sikapnya terlalu sombong
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 22. Terpesona

    Malam harinya. Jam di dinding baru saja menunjukkan pukul tujuh kurang lima ketika suara bel pintu rumah berdentang.Ratna yang saat itu sedang memastikan semua makanan tersusun rapi di meja makan, langsung menoleh ke arah pintu depan. Galih yang duduk di ruang tamu pun ikut berdiri.“Sepertinya itu tamu kita,” ujar Galih pelan.Tidak lama, Bik Marni membukakan pintu. Tiga sosok berdiri di ambang: Raja, Winda serta Ashraf sendiri yang tampak rapi dalam setelan abu-abu gelap dengan dasi warna senada. Ia berdiri sedikit di belakang orang tuanya, ekspresinya tenang namun matanya terus melirik ke dalam rumah, seperti mencari seseorang.“Selamat malam,” sapa Winda sambil tersenyum hangat.“Selamat malam,” balas Ratna yang langsung menyambut mereka dengan ramah. “Silakan masuk. Wah, kalian datang lebih cepat nih.”“Kami memang sengaja datang lebih awal. Supaya bisa ngobrol-ngobrol dulu,” sahut Raja sambil berjabat tangan dengan Galih.Ashraf sendiri hanya mengangguk sopan ke arah Galih dan

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 21. Kejutan

    Sore itu langit mulai berubah jingga ketika mobil Ashraf perlahan berhenti di depan rumah Ayu.“Terima kasih,” ucap Ayu singkat sambil membuka pintu mobil.Ashraf tersenyum kecil. “Iya, sama-sama. Jangan lupa nanti malam ya, saya akan menjemput kamu.""Nggak usah, nanti saya sama Papa dan Mama aja," tolak Ayu. "Kenapa?"Ayu menggeleng. "Nggak apa-apa."Ashraf menatap Ayu sesaat, lalu mengangguk. "Baiklah, terserah kamu saja."Ayu tersenyum tipis. Setelahnya ia masuk ke dalam rumah tanpa mengatakan apapun. Melihat Ayu yang sudah masuk, Ashraf baru menghidupkan dan melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Ayu. Di dalam rumah, Ayu berjalan menuju kamarnya, tetapi tidak jadi saat mendengar suara dari arah dapur. "Lagi apa, Ma?" tanya Ayu ketika melihat mamanya yang sedang sibuk di sana. Ratna menoleh dan tersenyum ketika melihat putrinya di pintu dapur. "Mama sedang beresin sisa-sisa buat kue tadi.""Mama buat kue?" tanya Ayu sambil mendekat ke arah mamanya. "Iya. Tadi Mama b

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 20. Kepergok Calon Mertua

    Ayu dan Ashraf saling menatap, dalam dan cukup lama. Mata Ayu masih menyimpan kemarahan, tapi juga ada kebingungan dan keraguan. Di hadapannya, Ashraf menatap dengan tatapan yang tidak biasa. Tatapannya tidak arogan dan tidak menggoda seperti sebelumnya, tapi tulus dan penuh penyesalan. Tidak ada kebohongan di sana, yang ada hanya kesungguhan. Untuk pertama kalinya, Ayu merasa hatinya bergeser sedikit. Sorot mata Ashraf bukan lagi sekadar permainan. Pria itu terlihat bersungguh-sungguh. Ia tidak sedang bermain-main. Ayu bisa melihat luka di balik ketenangannya, dan entah kenapa … itu justru membuat dadanya terasa sesak.“Ayu, saya mohon maafkan saya,” ucap Ashraf lagi, seakan tidak bosan mengulangi kata maaf pada Ayu. Namun, sebelum Ayu sempat membuka suara atau menarik tangannya dari genggaman Ashraf, suara pintu terbuka memecah momen hening itu.Ceklek.Ayu dan Ashraf spontan menoleh ke arah pintu. Di mana di sana berdiri dua orang pria paruh baya dengan tatapan kaget dan bingung

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 19. Pertengkaran

    Ayu menatap ke arah pintu ruangannya. Ia sedikit terkejut. Ia tidak menyangka kehadiran Ashraf siang itu. Begitu juga dengan Tania dan Nathan, mereka menoleh nyaris bersamaan ke arah pintu di belakang mereka. Keduanya sama-sama kaget, melihat orang yang sudah lama tidak mereka lihat kehadirannya di sana. Tanpa mengucap sepatah kata pun, Ashraf berjalan ke arah Ayu dengan langkah mantap. Di tangannya ada kantong kertas berisi makan siang. Dengan santai, ia mengusap puncak kepala Ayu dengan lembut lalu mencium pipi Ayu di depan Tania dan Nathan. “Halo, sayang. Aku bawain makan siang, nih. Pasti kamu belum makan 'kan?”Ayu membelalakkan matanya. Ia sangat terkejut dengan apa yang dilakukan Ashraf. Apalagi laki-laki itu melakukannya di depan Nathan dan Tania. Ashraf bersikap santai, seolah tidak peduli pada ekspresi terkejut Ayu. Ia juga tidak peduli dengan kedua orang yang duduk di seberang meja kerja Ayu. Ashraf meletakkan bungkusan makan siang di atas meja lalu menatapnya sambil b

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 18. Hilang

    Keesokan harinya, matahari sudah naik tinggi ketika Ayu turun ke ruang makan. Ia mengenakan blouse putih bersih dipadukan dengan jas hitam dan rok kerja pastel. Wajahnya terlihat segar. Namun, sorot matanya masih menyimpan sisa-sisa luka yang belum benar-benar sembuh. Di meja makan, sarapan telah tersaji rapi. Ratna sudah duduk di sana, ditemani oleh Galih yang sedang membaca koran. “Pagi, Ma, Pa,” sapa Ayu sambil menarik kursi. “Pagi, sayang,” jawab Ratna lembut, memperhatikan putrinya. Ayu duduk, menyendok nasi goreng yang masih mengepul di piringnya, tapi matanya sesekali melirik ke arah jam dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.15, lebih lambat dari kemarin. Kemarin, di jam seperti ini Ashraf sudah datang dan tengah sarapan dengan kedua orang tuanya. Tapi pagi ini … Ashraf tidak ada. Dan tidak ada kabar sama sekali. Galih melipat korannya dan menatap Ayu. “Oh iya, Ayu, Ashraf nggak bisa jemput kamu hari ini,” ucapnya singkat, seolah sudah membaca isi kepala putrinya.

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 17. Bimbang

    Suasana di dalam mobil terasa begitu menyesakkan. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Ashraf ataupun Ayu. Hanya deru pelan mesin mobil yang menemani keheningan yang menggantung berat. Ayu menatap ke luar jendela sepanjang perjalanan, membiarkan lampu-lampu kota yang mulai menyala melintas jadi pengalih dari luka yang baru saja tertoreh dalam. Ashraf, yang duduk di belakang kemudi, sesekali melirik Ayu, namun segera mengalihkan pandangannya kembali ke jalan. Ia bisa merasakan perubahan sikap Ayu yang sangat jelas menjadi dingin, menjauh, dan penuh dinding tidak terlihat. Tapi ia tak tahu harus berkata apa. Ia sadar telah melampaui batas. Mobil berhenti di depan rumah keluarga Ayu. Ayu segera membuka pintu tanpa menunggu Ashraf berbicara. Ia turun dan menutup pintu dengan pelan, namun langkahnya cepat, seperti ingin secepat mungkin menjauh dari pria itu. Namun saat ia baru berjalan beberapa meter, langkahnya terhenti ketika Ratna muncul dari samping rumah, membawa s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status