Chapter: Bab 118Hening menyelimuti ruangan yang penuh debu setelah kepergian Sarah. Hanya suara batuk Ayu dan tarikan napas berat Ashraf yang terdengar. Ayu masih terisak, tubuhnya gemetar hebat, sementara Ashraf mengepalkan tinjunya hingga buku jarinya memutih.“Dia membawa Rio…” suara Ayu bergetar. “Anak itu… satu-satunya alasanku bertahan hidup… Sarah membawanya…”Ashraf mendekat, meraih bahu Ayu. “Tenang. Kita akan menemukannya.”Tatapan Ashraf tajam, seakan berjanji pada dirinya sendiri.Arya, yang sejak tadi diam, menatap keduanya dengan mata gelap. “Masalahnya, Sarah bukan sekadar musuh. Dia tahu semua langkah kita. Kalau kita terburu-buru, Rio bisa jadi taruhannya.”Ayu menoleh, matanya penuh amarah. “Kau selalu bicara logika, Arya. Tapi ini anakku! Aku tidak peduli jika aku harus menyerahkan nyawaku, asalkan Rio selamat!”Arya membalas tatapan Ayu, seolah ingin mengatakan sesuatu—namun menahannya.---Beberapa jam kemudian, sebuah pesan misterius tiba. Kertas tipis, ditinggalkan di depan pin
Terakhir Diperbarui: 2025-08-28
Chapter: Bab 117Suara tembakan masih bergema di ruangan sempit itu. Asap tipis mengepul, menyisakan bau mesiu yang menusuk hidung. Semua orang terdiam, waktu seakan berhenti.Ayu menahan napas, matanya terpaku pada sosok yang terjatuh di lantai. Darah merah mengalir, membasahi lantai dingin.Arya berteriak, "Tidak!!!" lalu segera merunduk, mendekati tubuh yang roboh.Ternyata, yang tertembak adalah Sarah.Peluru menembus bahunya, membuatnya meringis kesakitan. Wajah cantiknya kini berubah pucat, namun matanya masih menyalakan api kebencian."Reza… kau brengsek," desis Sarah dengan napas terengah.Reza tertawa pelan, suaranya dingin. "Kau pikir aku tidak tahu permainanmu, Sarah? Aku selalu satu langkah di depanmu."Ashraf berdiri tegak, pistolnya masih terarah pada dada Reza. Tubuhnya penuh luka, wajahnya pucat, tapi sorot matanya tajam seperti pisau."Sudah cukup, Reza," ucap Ashraf pelan, tapi penuh ancaman. "Lepaskan Ayu. Kau hanya akan menambah musuh jika terus memainkannya."Reza tersenyum sinis.
Terakhir Diperbarui: 2025-08-27
Chapter: Bab 116Tubuh Ayu terhempas ke tanah, darah hangat merembes membasahi bajunya. Nafasnya tersengal, matanya berkunang-kunang. Suara dunia di sekelilingnya terdengar samar, bercampur antara derap langkah, teriakan, dan desingan peluru yang entah dari mana datangnya.Dalam kabut kesadarannya, ia mendengar suara Arya."Ayu! Bertahanlah!" seru Arya, wajahnya panik. Ia berlari ke arah Ayu, berlutut, lalu menekan luka di dada Ayu dengan tangannya yang gemetar. "Kau tidak boleh meninggalkanku… aku tidak akan membiarkanmu pergi!"Namun, suara lain terdengar, dingin, menusuk hati. Sarah."Jangan sentuh dia, Arya." Suaranya tegas. "Biarkan saja. Itu mungkin jalan yang terbaik untuknya."Arya menoleh dengan mata yang berapi-api. "Diam, Sarah! Jangan bicara omong kosong!"Ayu ingin mengatakan sesuatu, ingin menjerit, ingin menolak semua pengkhianatan yang menjeratnya. Tapi suaranya hanya keluar lirih, nyaris tak terdengar. "Kenapa… kalian…"Kesadarannya meredup, seperti lilin yang hampir padam.---Gelap.
Terakhir Diperbarui: 2025-08-26
Chapter: Bab 114 Ayu terbangun di sebuah ruangan asing. Kepalanya terasa sakit, tubuhnya lemas. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi, tapi ingatannya masih kabur. "Di mana aku?" tanya Ayu, suaranya serak. Seorang wanita mendekat. Wajahnya lembut, tapi matanya menyimpan kesedihan. "Kau aman sekarang, Ayu," kata wanita itu. "Kau berada di tempat yang aman." "Siapa kau?" tanya Ayu, merasa curiga. "Namaku Sarah," jawab wanita itu. "Aku adalah teman Ashraf." Ayu terkejut. "Teman Ashraf? Tapi bagaimana-" "Aku tahu semuanya, Ayu," potong Sarah. "Tentang Reza, tentang masa lalu Ashraf, tentang semua yang terjadi." Ayu merasa bingung. "Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku di sini?" Sarah menarik napas dalam-dalam. "Kau mengalami kecelakaan, Ayu. Mobil itu sengaja menabrakmu." Ayu terkejut. "Sengaja? Siapa yang melakukannya?" Sarah menggeleng. "Aku tidak tahu pasti. Tapi aku tahu itu bukan orang baik." "Di mana Ashraf? Apa dia baik-baik saja?" tanya Ayu, merasa khawatir. Sarah terdiam sejenak.
Terakhir Diperbarui: 2025-08-25
Chapter: Bab 113Ayu memeluk foto itu erat-erat, air matanya membasahi kertas. Ancaman itu begitu nyata, begitu dekat. Rio, satu-satunya alasan ia bertahan, kini menjadi sasaran. Ia harus bertindak cepat, tapi bagaimana?Dengan tangan gemetar, Ayu meraih ponselnya dan menghubungi Ashraf. Nada sambung berdering panjang, tapi tak ada jawaban. Perasaan panik semakin mencengkeramnya. Ia harus bertemu Ashraf, sekarang juga.Ayu menitipkan Rio pada tetangga terdekat yang bisa dipercaya, Bu Ratih, dengan alasan ada urusan mendesak. Ia berjanji akan segera kembali. Dengan jantung berdebar, Ayu melajukan mobilnya menuju bengkel tempat Ashraf bekerja.Sesampainya di sana, Ayu melihat bengkel itu sepi. Beberapa mekanik terlihat sedang mengobrol di pojok, tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan Ashraf."Maaf, Mas Ashraf ada?" tanya Ayu pada salah seorang mekanik.Pria itu menggeleng. "Mas Ashraf tidak masuk hari ini, Mbak. Katanya ada urusan keluarga."Ayu merasa firasat buruk semakin kuat. "Apa Mas Ashraf bilang m
Terakhir Diperbarui: 2025-08-24
Chapter: Bab 112Ayu berdiri kaku, tubuhnya nyaris tak mampu menopang berat kepalanya yang dipenuhi pertanyaan. Suara asing pria di hadapannya masih terngiang di telinganya, penuh ancaman. Ashraf berdiri di samping pria itu, wajahnya pucat dan penuh rasa bersalah.“Siapa dia, Ashraf?” Ayu berbisik, suaranya bergetar.Pria itu melangkah maju. Sorot matanya tajam, penuh kuasa. “Namaku Reza. Aku bukan orang asing bagi Ashraf. Katakanlah… aku adalah masa lalunya yang tidak pernah dia ceritakan padamu.”Ayu menelan ludah, sulit bernapas. “Masa lalu? Apa maksudnya?”Ashraf menunduk, kedua tangannya mengepal. “Yu… aku pernah terlibat dengan hal-hal buruk sebelum aku bertemu kamu. Aku pikir semua itu sudah selesai. Tapi ternyata… masa laluku kembali menghantuiku.”“Hal-hal buruk?” Ayu hampir tidak sanggup mengucapkannya. “Apa maksudmu, Ashraf? Apa yang sudah kamu lakukan?”Reza menyeringai sinis. “Pria yang kau cintai ini dulu bekerja denganku. Kami terlibat dalam bisnis ilegal, Yu. Uang, kekuasaan, semuanya.
Terakhir Diperbarui: 2025-08-24
Chapter: Bab 144. Terima KasihBab 144. Terima Kasih—oOo—Emily merasa seperti sedang berada di dalam mimpi saat melihat Raihan berdiri di tengah-tengah pesta yang diadakan oleh Axel. Pria itu tampak begitu tampan dengan jas yang dipakainya, menunjukkan postur tubuh yang atletis.Selama lima tahun ini, Raihan telah menjadi teman yang setia bagi Emily, selalu ada di sisinya baik dalam suka maupun duka. Walaupun sering kali Emily menolak perasaan Raihan karena Emily hanya menganggap Raihan sebagai seorang sahabat, tetapi pria itu tidak marah dan pergi meninggalkannya. Emily teringat saat mereka berdua merawat Devan, anaknya bersama Axel. Ketika dia sedih dan hampir putus asa karena menduga Axel berselingkuh dengan Chelsea. Raihan selalu ada untuk menghiburnya dan mendukungnya, membuatnya merasa tidak sendirian. "Raihan ...," gumam Emily pelan, tak mampu menyembunyikan perasaan terharu dan takjubnya. Emily menatap Raihan dengan mata yang mulai berkaca-kaca.Perlahan, Emily turun dari panggung dan berjalan menuju Rai
Terakhir Diperbarui: 2024-03-20
Chapter: Bab 143. Emily Valerie, Istri Saya. Bab 143. Emily Valerie, Istri Saya. —oOo—Emily menatap gedung megah di depannya, tempat acara pesta yang akan mereka datangi bersama Axel. Hatinya tiba-tiba tidak karuan, dia merasa akan ada sesuatu yang terjadi di dalam pesta tersebut. Namun, dia juga tidak tahu apa itu. "Ayo," ajak Axel sambil tersenyum. Dia mengulurkan tangannya untuk digandeng oleh Emily. Emily menghela napas. Dia kemudian melingkarkan tangannya di lengan kiri Axel, sementara tangan kanan Axel, dia gunakan untuk menggendong DevanSedangkan Devan yang berada di gendongan Axel terlihat begitu bahagia bisa diajak Axel ke acara ini.Begitu memasuki gedung, seketika semua mata tertuju pada Axel yang tampil gagah bersama Emily dan Devan. Para tamu yang hadir, terutama para wanita, tidak bisa menahan rasa penasaran mereka. Mereka saling bertanya-tanya di antara bisikan, "Siapa gerangan wanita bercadar yang bersama Axel? Dan siapa anak kecil yang digendongnya?" tanya salah satu tamu undangan. "Entahlah, aku juga baru p
Terakhir Diperbarui: 2024-03-19
Chapter: Bab 142. Kembali Ke MansionBab 142. Kembali Ke Mansion—oOo—Sudah dua hari Emily dan Axel berada di villa. Mereka semua menikmati kebersamaan mereka. Seperti saat ini, Emily dan Chrisa tengah menatap Devan yang tengah membakar ikan yang mereka pancing bersama Axel dan Maxime. Kebetulan kesehatan Tuan Del Piero sudah lebih baik, jadi mereka bisa di villa hingga beberapa hari. Senyum terpancar di bibir Emily kala melihat Devan yang terlihat bahagia bersama Axel. Devan terlihat sangat menikmati kebersamaannya dengan Papanya. "Mama!" Devan melambaikan tangannya pada Emily. Emily tersenyum lalu membalas lambaian tangan putranya. "Devan terlihat sangat bahagia ya?" ucap Chrisa yang terus menatap ke arah Devan. "Iya.""Setelah ini rencana kamu apa? Apa kamu dan Devan akan kembali ke Singapura?" tanya Chrisa menoleh dan menatap Emily. Emily mengembuskan napas berat. "Aku juga tidak tahu, Kak."Chrisa yang melihat Emily mengembuskan napas mengusap baju Emily. "Aku tahu lima tahun lalu kamu kecewa dengan Tuan Muda.
Terakhir Diperbarui: 2024-03-18
Chapter: Bab 141. Bikin AnakBab 141. Bikin Anak—oOo—"Bagaimana?" tanya Axel pada bodyguard yang membukakan pintu mobil untuknya. "Semuanya aman, Tuan Muda.""Bagus." Axel kemudian memberi kode pada bodyguard itu untuk pergi dari sana. Sementara Emily yang melihat Axel dengan bodyguard tadi menautkan alisnya dan betanya di dalam hati. "Apa yang Om Axel bicarakan pada bodyguard tadi? Kenapa bisik-bisik," gumam Emily pelan. Axel berbalik, menatap Emily. Dengan segera Axel bejalan mendekat ke arah istri kecilnya. "Ayo," ajak Axel sambil menggandeng tangan Annisa. "Tadi Om bicara apa sama dia?" Emily memberanikan diri untuk bertanya. Ya, lebih baik dia bertanya bukan? Daripada dia penasaran. "Bukan hal penting, sebaiknya sekarang kita ke sana.""Jika itu bukan hal penting, kenapa Mas bicara dengan dia. Bukannya bisa bicara sama Kak Maxime saja, ya?" Emily tidak mau kalah. Axel mengembuskan napa panjang. "Karena itu—""MAMA!!" Axel bernapas lega saat mendengar teriakan Devan. Karena teriakan itu, dia tidak per
Terakhir Diperbarui: 2024-03-16
Chapter: Bab 140. Menyusul DevanBab 140. Menyusul Devan —oOo— "Jadi gimana?" tanya Axel sambil menatap istri kecilnya. "Om denger sendiri tadi," jawab Emily membuat Axel memicingkan matanya. "Kamu bilang apa tadi?" Emily menutup mulutnya, menyadari akan kesalahannya tadi. Dia kemudian langsung mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya ke atas dan membentuk dua jarinya itu menyerupai huruf 'v'. "Maaf, Mas." Axel mendengkus. Ingin marah, tetapi dia tidak tega dan pada akhirnya membuat Axel memalingkan wajahnya ke arah lain. "Jadi sekarang kita mau makan di mana?" tanya Axel. "Terserah Mas aja, aku udah nggak berselera," ucap Emily sedih, pasalnya dia tidak bisa makan siang bersama Devan. Bukan karena Devan tidak ingin makan siang bersama dia, tetapi Emily yang tidak tega jika harus membuat Devan menunggu sekitar dua jam agar mereka bisa makan bersama, mengingat saat ini Devan berada di Villa yang berada di Puncak Bogor. Alhasil Emily menyuruh Devan untuk makan siang bersama Chrissa dan Maxime saja. Axel m
Terakhir Diperbarui: 2024-03-15
Chapter: Bab 139. Kegilaan AxelBab 139. Kegilaan Axel —oOo— Emily menatap Axel yang kini tengah mengemudikan mobilnya. Dia menatap Axel tidak percaya, tidak percaya dengan apa yang telah Axel lakukan. Dia mengingat kejadian beberapa saat yang lalu, di mana dia tengah menatap Marcel yang berada di taman. "Kenapa Om lakukan itu sama Kak Marcel?" tanya Emily saat sudah duduk di dalam mobil. Axel berbalik, memposisikan dirinya untuk berhadapan dengan Emily. Detik selanjutnya dia menatap manik mata Emily dengan lekat. "Karena ...." "Karena apa?" "Karena dia sudah berani ingin menyentuh sesuatu yang sudah menjadi milikku." Emily mengerutkan dahinya, dia merasa tidak paham dengan apa yang baru saja Axel katakan. Maksudnya apa coba? Menyentuh sesuatu yang sudah menjadi miliknya? "Maksud, Om, apa?" Axel menyentuh pipi Emily yang terhalang niqab dan mengusap lembut pipi istri kecilnya. "Dia sudah berani menyentuh kamu satu hari sebelum kamu ke mansion." Emily melebarkan kedua matanya, dia tidak menyangka jika Axel
Terakhir Diperbarui: 2024-03-14