Share

Ijab Kabul

Author: Ririichan13
last update Last Updated: 2024-11-08 08:45:10

Arkan melangkah dengan tegap menghampiri Andri, wajahnya penuh keyakinan. Tanpa ragu, ia mengulurkan tangannya, yang langsung disambut Andri dengan senyum hangat dan penuh kebahagiaan.

"Cantik," bisik Arkan lembut, matanya menatap Andri dengan penuh kasih membuatnya menjadi salah tingkah.

"Sudah siap?" tanyanya lagi sambil mengalungkan lengan Andri kedalam tangannya, seolah memberi dukungan yang tenang namun kuat.

Andri hanya mengangguk, senyumnya pun tak pudar dari wajahnya.

"Mas," lirih Andri pelan sesaat sebelum keduanya kembali melangkah.

Arkan segera mengalihkan pandangannya kepada Andri, seolah bertanya mengapa?

"Terimakasih," bisik Andri lirih.

Hanya itu yang bisa Andri ucapkan untuk saat ini kepada lelakinya. Setelah itu, keduanya pun segera melangkah menuju meja tempat ijab kabul akan dilangsungkan yang berada tak jauh dari atas pelaminan.

Di sepanjang perjalanan menuju meja ijab kabul, bisik-bisik dari para tamu mulai terdengar, mengiringi langkah keduanya. Sayup-sayup, Andri mendengar jelas ucapan para tamu undangan itu.

"Kok mempelai prianya beda dengan yang di undangan?" seseorang berbisik penuh heran.

"Iya, kok mempelainya lebih muda dan gagah, ya?" timpal yang lain dengan nada yang sedikit kagum.

"Eh tunggu, bukannya itu lelaki masa kecil Andri? Itu loh, si Arkan yang suka ngerusuh dan suka bikin keributan?" seorang tamu lagi menambahkan, setengah terkekeh.

Dan banyak lagi bisikan-bisikan lain yang menambah kesan heran dan juga suatu kehangatan di hari bahagia itu. Seolah pernikahan mereka mampu membawa kehangatan di masa lalu dan juga harapan baru dalam satu langkah bersama.

"Gak usah dengerin mereka bilang apa, Dek," lirih Arkan pelan sambil merapatkan lengan Andri.

Andri hanya mengangguk sambil terus melangkah bersama lelakinya itu.

Panggilan baru yang Arkan sebutkan tadi membuat hatinya nampak meronta-ronta dan ingin berdisko ria rasanya.

Tak lama, keduanya tiba di depan meja ijab kabul. Dengan sopan, Arkan menarik kursi dan mempersilakan Andri duduk terlebih dahulu. Setelah memastikan Andri nyaman, barulah ia mengambil tempat di sebelahnya.

Di hadapan mereka, Pak Penghulu sudah siap memimpin prosesi akad. Di sebelahnya pun tampak Andre, saudara kembar Andri, yang duduk sebagai wali nikah mereka.

Keputusan ini sedikit mengejutkan para tamu yang datang, karena biasanya posisi wali diisi oleh sang ayah. Namun, Andre dan ayah mereka telah sepakat untuk bertukar peran hari itu, dengan Andre sebagai wali nikah, sementara ayah mereka menjadi saksi.

Pak Penghulu sempat ragu menerima permintaan ini, namun atas permohonan dari kedua mempelai, akhirnya ia mengizinkan perubahan tersebut. Suasana menjadi haru, penuh makna, dan seolah menambah keistimewaan dalam momen yang mereka impikan.

Andre sebenarnya masih merasa berat saat harus menikahkan Andri dengan Arkan. Meski Andri adalah saudara kembarnya, hubungannya dengan Arkan tak pernah benar-benar akur sejak dulu.

Ia masih tak rela, jika kakaknya itu menikah dengan lelaki yang dulu pernah ia hajar karena membully mereka terus. Namun, demi menghargai Kakek Gala dan juga Ayah, Andre pun menahan semua perasaan kesalnya.

"Bagaimana, Mas Andre? Sudah siap menikahkan saudari kembarnya?" tanya Pak Penghulu dengan ramah.

Andre hanya mengangguk, sedikit gugup namun mantap.

"Baik, kalau begitu, bagaimana dengan kedua mempelai? Sudah siap juga?" tanya Pak Penghulu kepada Andri dan Arkan.

"Insyaallah siap, Pak," jawab keduanya serempak dan penuh keyakinan.

"Baik, bismillahirrahmanirrahim. Mas Andre, nanti baca kalimat ini, dan Mas Arkan akan mengikuti. Jika lupa atau grogi, bisa di baca kertas yang sudah saya tulis ini," ucap Pak Penghulu memberikan arahan dengan tenang.

Andre mengangguk, menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan debar jantungnya yang terasa semakin kencang.

“Bismillah, saya nikahkan dan kawinkan engkau, Arkana Alfarizi bin Devano Alfarizi, dengan saudari kembar saya, Andriyani Eka Devandra binti Revan Devandra, dengan mas kawin berupa seperangkat alat salat, satu set perhiasan seberat 13 gram, dan uang tunai sebesar tiga belas juta rupiah, dibayar tunai," ucap Andre dengan gugup.

Arkan menarik napas panjang sebelum mengucapkan kalimat yang akan mengikatnya dengan Andri selamanya. Suasana di ruangan itu berubah hening, seolah waktu berhenti saat Arkan bersiap menjawab.

"Saya terima nikah dan kawinya, Andriyani Eka Devandra binti Revan Devandra dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai," ucap Arkan dengan suara yang tenang namun mantap.

"Sah," seru para saksi dan hadirin yang berada disana.

"Alhamdulillah," ucap Penghulu dengan sedikit lega.

Sesaat setelah selesai dan hendak memberikan berkas-berkas, ada keheningan yang sedikit ganjil. Pak Penghulu tampak terdiam, memeriksa sesuatu pada dokumen di hadapannya.

Beberapa tamu mulai berbisik, dan Andre pun memandang Pak Penghulu dengan raut wajah bingung.

Pak Penghulu mengangkat pandangannya perlahan, matanya menatap Arkan dan Andri dengan sorot mata yang cukup serius.

"Maaf, sepertinya ... ada sesuatu yang salah," ujarnya, dengan nada yang penuh teka-teki.

Andri dan Arkan saling pandang, keduanya nampak kebingungan. Apa yang dimaksud Pak Penghulu disana?

"Ada apa, Pak Penghulu?" tanya Arkan, suaranya pelan tapi terdengar di keheningan itu. Ia menggenggam tangan Andri, mencoba memberikan ketenangan.

"Kenapa, berkas dan dokumen yang masuk di kantor kami, tak sama dengan yang baru saja di sebutkan? Apa, saya salah alamat atau kalian ingin memanipulasi berkas di kantor KUA?" tanya Penghulu itu dengan tatapan yang tajam.

Deg!

Jantung Andri seakan berhenti, ia lupa jika nama mempelai prianya memang berganti sehari sebelumnya. Namun, ia tak menyangka bahwa urusannya akan serumit ini.

Kini, ia bingung dan tak tau apa yang sebenernya terjadi. Ia pun meremas pelan lengan Arkan, seolah meminta bantuan harus menjawab apa.

"Biar saya yang jelaskan Pak Penghulu ...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 40

    Waktu berlalu begitu cepat. Begitupun dengan keadaan perut Andri yang sudah membesar.Kehamilan kembarnya membuat dirinya sedikit kesulitan dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari.Tak hanya karena faktor kehamilan, namun juga kelebihan berat badan yang ia alami.Andri mulai sedikit insecure setiap kali ia ke kantor Arkan. Dirinya terlihat begitu gemuk dan juga tak terawat. Sangat berbeda dengan Arkan yang entah mengapa aura ketampanannya baik berkali-kali lipat.Seperti pada hari itu, hari dimana Arkan mengajakmu ke kantor karena ada pertemuan dengan para pemegang saham.Andri sudah berusaha berdandan rapih, mengenakan tunik selutut dan celana leging khusus ibu hamil. Ditambah, dengan sendal kodok favoritnya. Rambutnya yang panjang, ia cepol kecil seperti yang biasa ia lakukan.Namun, begitu ia keluar dari mobil, perasaan insecure itu kembali datang."Duh, Mas, apa aku beneran harus ikut ke kantor hari ini?" tanya Andri sedikit ragu saat mereka berada di basement."Kenapa sih, Dek

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 39

    Malam masih larut, cahaya lampu jalanan nampak temaram. Angin dini hari mulai menusuk kulit begitu Arkan mengeluarkan sepeda listriknya.Dengan balutan hoodie santai dan sendal gunung, ia memacu sepedanya seperti prajurit tanpa medali.Semua ini, ia lakukan demi sepiring mie tek tek untuk istri tercintanya.“Udah masuk jam tiga lewat tiga puluh menit. Harusnya, Abang mie tektek udah lewat rumah, tapi sekarang kok nggak kedengaran bunyinya ya?" gumamnya, sambil menatap kiri kanan jalanan komplek.Arkan melajukan sepeda listriknya dengan pelan. Berharap, suara abang mie tektek segera terdengar.Namun nihil! Satu-satunya suara hanyalah gongongan anjing tetangga yang seperti ingin bilang: “Ngapain masih kelayapan malem-malem, Bang?"Setelah tiga kali keliling komplek, menelusuri setiap gang kecil sampai dikira mau ngerampok, akhirnya Arkan memilih untuk berhenti tepat di pos satpam."Pak Amir, bangun!" seru Arkan sedikit kencang sambil menggoyangkan tubuhnya.Satpam komplek yang bernama

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 38

    Andri tersenyum kecil, matanya sedikit terpejam, sementara senyum di bibirnya tetap mengembang meski lelah menjalari tubuhnya.Drama yang mereka tonton mulai sedikit membosankan. Dari awal hingga beberapa menit ini, ceritanya sedikit tak jelas.Namun sayangnya, baru saja Andri hendak memejamkan matanya, ia merasakan sesuatu yang ..."Mas!" seru Andri seraya memegang lengan Arkan dengan erat."Hm, kenapa, Dek?" tanya Arkan sambil berusaha tetap membuka matanya.“Aku ngerasa, kayak ada ... yang gerak deh di perut," lirih Andri pelan.Arkan langsung membuka matanya lebar-lebar. “Gerak? Yang bener, Dek?”Andri mengangguk pelan. “Iya, Mas. Kaya ada gelembung sabun yang pecah gitu loh. Itu kan, alus banget ya. Nah, itu yang aku rasain, kek geli - geli gimana gitu."Arkan sontak langsung beranjak dari tidurnya. Lalu, mendekatkan wajahnya ke perut Andri, nyaris menempelkan pipi. “Halo Kesayangan, Ayah. Ini Junior satu atau Junior dua? Kalian ngetuk ya? Atau lagi main petak umpet?”Andri terke

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 37

    Keduanya pun lantas tertawa bersama saat mendengar itu."Lah, lagian kamu ada aja, Dek. Mana bisa makan aku idup-idup? Padahal aku imut-imut gini," ucap Arkan pura-pura.Andri memutar bola matanya malas. "Siapa bilang nggak bisa? Bisa kok," ucapnya santai seraya menunjuk arah sensitif milik Arkan.Refleks, Arkan menutupnya dengan bantal, lalu menjawil hidung sang istri pelan."Adek mau?" tanya Arkan lirih namun mendapat gelengan dari Andri."Nggak! Buruan pijetin kaki aku, Mas!" serunya.Arkan mendengus kasar, lalu segera merubah posisinya tepat di kaki Andri. Dengan perlahan, ia pun memijat pelan kaki sang istri di sana."Dek, makasih ya, udah berjuang sejauh ini. Pasti capek banget ya, Dek bawa dua juniornya aku? Aku minta maaf ya, Dek kalau misalnya aku sering bikin kamu marah dan emosi," lirih Arkan pelan. "Tapi aku janji, Dek. Aku akan selalu mijetin kamu dan lakuin apapun yang bisa buat kamu bahagia. Karena aku tau, jadi kamu itu berat banget pasti."Andri menggigit bibir bawahn

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 36

    Andri yang merajuk memilih untuk segera pulang meskipun saat itu pancongnya masih ada setengah.Arkan mendesah pelan, hanya bisa mengangguk dan mengikuti kemana langkah sang istri pergi.Namun ternyata, drama meraka tak hanya berakhir sampai di sana saja.Semenjak pulang dari jembatan hingga malam tiba, Andri mendadak diam seribu bahasa. Suasana rumah mendadak sunyi senyap, padahal biasanya ramai oleh suara TV dan ocehan sang istri.Arkan memijat pelan pelipisnya. Diamnya Andri, bukan berarti sebuah kedamaian. Kerena setelah ini, pasti akan ada drama yang lebihh besar lagi.Arkan bergegas ke dapur, lalu membuka kulkasnya. Setengah gelas es kopi masih tersedia di sana. Beberapa semangka beku dan juga sebungkus jamur enoki.'Hadehh, mana cemilan bumil abis pulak! Gimana cara naikin moodnya dia ya?' batin Arkan pilu.Arkan mencoba berpikir keras, bagaimana caranya kembali meluluhkan hati sang istri dari segala kesalahpahaman yang terjadi tadi.Akhirnya, Arkan ambil kertas, spidol, dan sa

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 35

    "Kenapa emangnya, Mas?" tanya Andri pura-pura polos.Arkan mendesah pelan. "Bawa dua aja, ngidamnya udah absurd banget. Apalagi sepuluh, bisa mati mendadak aku," gerutunya.Andri terkekeh pelan mendengar itu. Ia pun segera mengeluarkan selembar uang berwarna merah dan menyerahkannya kepada Abang odong-odong tadi."Mang, kalau ada anak yang mau naik, angkut aja ya," ucapnya. "Kalau kurang, saya masih ada di sana, sambil makan pancong," ujarnya lagi seraya menunjuk tempat Arkan duduk.Abang odong-odong itu pun mengangguk paham. Setelah itu, Andri pun kembali melangkah ke tukang gerobak lainnya. Hari ini, ia ingin puas-puaskan nyemil apapun, mumpung kedua bayinya tak ada drama dan Arkan mau untuk di ajak jalan-jalan.Setelah membeli seporsi lumpia basah dan juga telur gulung, Andri pun kembali ke tempat Arkan berada.Arkan mengernyit heran melihat apa yang dibawa sang istri saat itu."Beli apaan lagi, Sayang?" tanya Arkan penasaran."Lumpia basah sama telur gulung. Mas mau?" tanya Andri

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status