Share

Keputusan Kakek Gala

Penulis: Ririichan13
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-16 14:38:20

"A-Arkan? Kakek yang bener aja! Masa mau nikahin Andri ke dia sih?" tanya Agra seolah tak terima.

"Kenapa? Apa ada masalah dengannya? Kakek rasa itu pilihan yang tepat, karena hanya Arkan lah satu-satunya cucu kakek yang belum menikah," ucap Kakek Gala memberitahu.

"Tapi, Arkan itu bukan cucu kandung Kakek. Dia itu hanya sampah yang kakek pungut dan di jadikan cucu, untuk apa menganggap dia sebagai cucu, hah?! Apalagi, dia bocah idiot yang pasti nyusahin!" sentak Agra kesal.

"Tutup mulutmu, Agra! Kalau saja bukan karena kelakuanmu, sudah pasti Arkan tak akan menjadi yatim piatu dan berkebutuhan khusus seperti sekarang," ucap Om Nathan menambahkan.

"Tapi, Pa--," Om Nathan langsung melambaikan tangannya seolah tak ingin dibantah.

Agra menggelengkan kepalanya pelan. Wajahnya nampak kecewa berat dengan keputusan yang diberikan oleh sang kakek.

Ia pun segera beranjak dari duduknya, dan langsung menghampiri Andri disana. Ia memegang lembut lengan Andri dan membelainya.

"Ndri, aku mohon, mending kamu batalin aja kalau seperti ini. Arkan itu pria idiot yang kelakuannya seperti anak-anak. Kedewasaan dia hanya sebatas umur, tapi kelakuannya bahkan hampir mirip seperti anak umur 5 tahun. Gak cuma itu, dia juga gak kerja, jadi pasti akan nyusahin kamu kedepannya. Aku yakin, kamu pasti gak akan pernah bahagia sama dia," bujuk Agra kemudian.

Andri menghembuskan napasnya berat dan memejamkan matanya sebentar.

"Kalau emang kamu gak mau batalin, gak apa, tapi mending kamu nikah sama aku dibanding dengan si idiot itu. Aku janji, akan nerima kekurangan kamu, aku janji gak akan permasalahkan ketidakmampuan kamu dalam ngasih aku keturunan," rayu Agra kembali.

"Mas, kamu apa-apaan sih? Ngapain kamu mohon-mohon kek gitu sama dia? Lagian kamu kan juga udah mau jadi ayah," ucap Arsy tak suka.

"Diam kamu, Ar!" sentak Agra.

Andri menghela napasnya panjang, dan menggeleng pelan. Ia bingung dan juga kalut harus bagaimana.

Dia tak ingin menikah dengan Agra, namun ia juga tak ingin menikah dengan Arkan yang katanya adalah seorang idiot.

"Ndri, aku mohon pikirkan baik-baik semua ini," bujuk Agra kembali.

"Agra, sebaiknya kamu diam dan urus pernikahanmu sendiri dengan wanita mu ini. Andri, pernikahanmu akan tetap berjalan apapun yang terjadi. Tak usah dengarkan apapun ucapan Agra tentang Arkan kepadamu, dia hanya sedang menghasutmu," ucap Kakek Gala memperingatkan.

Andri hanya bisa diam dan mengangguk pasrah, karena ia benar-benar tak diberi pilihan sama sekali.

"Andri," lirih Ayah Revan lembut.

Andri memandang wajah teduh sang ayah dan tersenyum samar. Revan pun mengacak rambut sang anak dengan pelan lalu mengecupnya pelan.

"Insyaallah dia memang yang terbaik untukmu, Mbak," ucap Ayah Revan lembut.

Tak lama, Kakek Gala pun memanggil seorang ART dan meminta untuk mengantarkan Andri menemui lelakinya.

"Bi, tolong antarkan Andri ke kamar Arkan ya. Kasih mereka waktu untuk berdua, tapi jangan ditinggal. Tunggu mereka di luar, dan biarkan pintu kamar tetap terbuka," titah Kakek Gala kepada Bi Puji.

"Baik, Tuan. Mari Non Andri, ikut saya," ucap Bi Puji.

Andri menggenggam erat lengan sang Ayah seolah tak mau pergi. Namun, wajah sang ayah menyiratkan agar tetap menuruti permintaan sang kakek.

Andri pun menghembuskan napasnya pelan dan mengangguk. Ia pun segera bangkit dari duduknya dan segera mengikuti langkah Bi Puji yang telah melangkah lebih dahulu.

Kakek Gala pun ikut beranjak dari duduknya setelah Andri pergi, namun ditahan kembali oleh Agra.

"Kakek, lalu bagaimana dengan pernikahan Agra?" tanya Agra tak tahu malu.

"Nathan, urus pernikahan anakmu sendiri, jangan melibatkan aku. Aku hanya sanggup membiayai sebesar lima belas juta, sisanya bisa kau urus sendiri," ucap Kakek Gala ketus.

"Baik, Kek."

***

Andri terus melangkah mengikuti Bi Puji hingga akhirnya mereka tiba di lantai 3 rumah ini.

Sejak menapaki lantai ini, hatinya dibuat berdecak kagum, karena banyaknya mainan anak-anak yang berjejer rapi di dalam lemari kaca yang terletak di kanan kirinya.

Mainan itu berdiri dari berbagai jenis, ada hotweels, figura robot, dan mainan lainnya yang harganya pun bisa dibilang tak murahan.

Jelas Andri mengetahui ini, karena keponakannya pun memiliki lemari khusus mainan sendiri.

"Seperti mengenang masa lalu," lirih Andri pelan.

"Apa ini punya Arkan semua, Bi?" tanya Andri kepada sang ART.

"Benar, Non, ini semua koleksi milik Den Arkan," jawab Bi Puji

Tak lama, langkah Bi Puji pun berhenti di salah satu pintu yang berada disana.

Tok! Tok! Tok!

"Den, ada tamu buat Aden," ucap Bi Puji dari luar pintu.

"Masuk aja, Bi, pintunya gak dikunci," ucap orang itu dari dalam kamar.

Bi Puji pun mengangguk lalu mengalihkan pandangannya kepada Andri.

"Non, silahkan masuk, Den Arkan ada didalam," ucap Bi Puji dan hanya mendapat anggukan dari Andri.

"Bi, Bibi ada disini juga kan? Maksudnya gak jauh-jauh dari sini?" tanya Andri memastikan sebelum ia melangkah masuk ke dalam.

"Ada, Non. Bibi di sana nonton TV," ucap Bi Puji seraya menunjuk sebuah televisi besar ditengah lemari kaca.

Andri pun mengangguk dan mulai menghembuskan napasnya pelan, berusaha menetralkan degup jantungnya. Ia menggenggam erat gagang pintu kamar dan perlahan membukanya.

Saat pintu mulai terbuka, nampak seorang laki-laki berambut gondrong dan wajah yang brewok, tengah duduk di atas karpet bulu sambil memainkan beberapa buah lego di tangannya.

"Hai, Ndri, long time no see,"

Deg!

'Suara itu ....'

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 35

    "Kenapa emangnya, Mas?" tanya Andri pura-pura polos.Arkan mendesah pelan. "Bawa dua aja, ngidamnya udah absurd banget. Apalagi sepuluh, bisa mati mendadak aku," gerutunya.Andri terkekeh pelan mendengar itu. Ia pun segera mengeluarkan selembar uang berwarna merah dan menyerahkannya kepada Abang odong-odong tadi."Mang, kalau ada anak yang mau naik, angkut aja ya," ucapnya. "Kalau kurang, saya masih ada di sana, sambil makan pancong," ujarnya lagi seraya menunjuk tempat Arkan duduk.Abang odong-odong itu pun mengangguk paham. Setelah itu, Andri pun kembali melangkah ke tukang gerobak lainnya. Hari ini, ia ingin puas-puaskan nyemil apapun, mumpung kedua bayinya tak ada drama dan Arkan mau untuk di ajak jalan-jalan.Setelah membeli seporsi lumpia basah dan juga telur gulung, Andri pun kembali ke tempat Arkan berada.Arkan mengernyit heran melihat apa yang dibawa sang istri saat itu."Beli apaan lagi, Sayang?" tanya Arkan penasaran."Lumpia basah sama telur gulung. Mas mau?" tanya Andri

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 34

    Sore mulai menyapa. Seperti janji di pagi hari tadi, rencananya hari ini mereka akan berburu pancong di jembatan.Andri sudah bersiap semenjak kumandang adzan ashar tadi. Sementara Arkan, masih sibuk memindahkan beberapa mainannya ke ruang tamu."Mainan teross yang diurusin!" seru Andri sedikit kesal.Arkan mengernyit heran. "Bumil sensitif banget. Biasanya juga santuy markutuy kalau aku lagi ngurusin maenan. Kenapa sekarang jadi serba salah sih?"Andri mendengus sambil menyilangkan lengannya di dada. Arkan mendesah pelan. Ini tidak baik, pasti setelah ini akan ada drama yang panjang kali lebar lagi.Tak butuh waktu lama, selang beberapa menit kemudian, Arkan pun untuk bergegas mandi, dan memakai kaos santai serta celana pendeknya, setelah itu bergegas mengambil kunci motornya."Sudah siap, Ndoro Putri? Ayo kita jajan," ucap Arkan dengan penuh hormat.Andri mengulum senyumnya sebentar lalu mengangguk mantap.Ia pun segera meraih lengan sang suami dah berjalan ke luar rumah.Perjalanan

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 33

    Sekitar lima belas menit kemudian, Arkan bersiap. Ia mengambil kunci motornya lalu segera keluar rumah. Setelah itu, motor pun mulai melaju entah kemana.Dari jendela kamar, Andri melihat semuanya. Melihat bagaimana Arkan pergi dengan langkah yang terburu-buru dah wajahnya yang sedikit lelah.Namun, egonya masih tinggi. Masih menghantui perasaan ingin di mengerti.Arkan melajukan motornya hingga ujung komplek. Menuju warung seblak MaBin yang terpaksa harus buka lebih cepat."Assalamualaikum, MaBin," panggil Arkan dari luar pagar.Seseibu yang tengah berbelanja di warung sayur depan warung seblak nampak memperhatikan Arkan yang sudah pagi-pagi ke sana."Tumben Mas Arkan, pagi-pagi udah manggil Mama Bintang," ucap salah satu ibu-ibu disana."Iya, Bu. Andri pingin banget seblak pagi-pagi gini, makanya aku terpaksa ke sini deh," ucap Arkan lirih dan mendapat anggukan dari para ibu-ibu di sana."Bener-bener suami siaga ya Mas Arkan ini," puji ibu-ibu lain.Arkan hanya tersenyum tanpa berni

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 32

    Pagi mulai menyapa. Cahaya keemasan masuk ke celah gorden kamar yang tak tertutup sempurna. Hawa kamar masih terasa begitu sejuk karena AC yang menyala.Arkan bangun lebih dahulu. Menggeliat perlahan sambil melirik ke arah samping. Andri masih terlelap di sana, sambil memeluk bantalnya seolah tubuhnya sama sekali tak bergerak semalaman.Arkan bangkit perlahan, menarik selimutnya hingga naik ke bahu sang istri. Lalu, ia melirik ke arah kakinya. Bengkak di kakinya perlahan mulai kempes, semoga ini menjadi pertanda baik bagi sang istri.Ia mulai menjejakkan kakinya di lantai gang terasa dingin. Dengan perlahan, ia keluar dari kamar dan menuju dapur, berniat untuk membuat sarapan untuknya dan juga sang istri.Namun, baru saja ia selesai menyiapkan sarapannya dan baru duduk di kursi ruang keluarga. Suara Andri terdengar menggema dari arah kamar. Setengah berteriak, dan setengah merengek.“Mas…! Adek lapar. Pengen seblak yang super pedes. Sama semangka beku, ya? Yang kemarin kurang dingin.”

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 31

    Selesai makan malam, satu persatu keluarga mereka mulai berpamitan untuk pulang.Arkan mengantarkan mereka semua sampai garasi rumahnya. Setelah itu, barulah ia merapihkan motor dan juga mobilnya untuk masuk ke garasi."Mas Arkan, di dalem belum rapih semua gimana ya?" tanya Mbok Puji yang ternyata memang belum pulang juga dari sana."Biarin besok aja, Mbok sisanya. Udah malem ini, waktunya istirahat. Mbok juga besok nggak usah dateng terlalu pagi, nggak apa-apa kok. Paling Andri juga bangunnya siang," ucap Arkan."Baik, Mas. Terimakasih pengertiannya," ucap Mbok Puji dan mendapat anggukan dari Arkan.Setelah memastikan Mbok Puji pulang, Arkan pun segera mengunci pintu rumahnya, setelah itu ke kamar mandi sebentar untuk membersihkan dirinya sebelum akhirnya ia masuk ke dalam kamar.Begitu masuk ke dalam kamar, cahaya temaram dari lampu tidur, menyebar ke seluruh ruangan. Aroma harum minyak telon pun, samar tercium di udara. Membawa sejenak aroma ketenangan.Ia mengintip ke arah ranjan

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2- Bab 30

    "Insyaallah, Mas Arkan. Semoga, Mbak Andri sehat-sehat terus sampai lahiran nanti. Dan nggak ada drama yang membuat kepala pecah ya, Mas," ucap Pak Basuki tetangga samping rumah Arkan.Arkan hanya terkekeh pelan mendengar candaan itu."Bismillah semoga aja, Pak. Tapi keknya kalau hamil nggak ada drama kek ada yang kurang, Pak. Apalagi, kita udah nunggunya lama, terus pernah berdoa nggak apa kita riweh sama drama mereka asal Andri bisa segera hamil.""Dan sekarang beneran terkabul ya, Mas," ledek Pak Basuki kembali dan langsung mendapat tawaan dari Arkan.Setelah itu, satu persatu para tamu pun berpamitan pada Arkan dan keluarganya. Suasana pun kembali sepi, hanya menyisakan keluarga besar Arkan, Pak RT, Pak Ustadz serta dua orang sesepuh masjid yang dibawa oleh Pak Ustadz ke sana.Arkan pun menjamu empat orang tamu kebesarannya itu bersama dengan Oom Nathan dan juga Ayah Revan di sana.Suasana di antara mereka sedikit hening, sampai akhirnya Ayah Revan mulai bersuara."Pak Ustadz, pun

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status