Share

Ternyata Arkan, Teman Lamaku

Author: Ririichan13
last update Last Updated: 2024-10-16 14:50:12

Andri terdiam untuk beberapa saat, ia seperti mengenali suara itu tapi entah dimana. Otaknya pun seakan buntu, hingga tak tau apa yang akan ia lakukan.

"Kenapa diem disitu? Masuk aja, anggep aja kamar sendiri," ucap lelaki itu lagi tanpa menoleh sedikit pun pada Andri.

Andri pun menghembuskan napasnya panjang, dan berusaha mencari sesuatu agar ada alasan untuk dia mendekat.

Beruntung, sebuah mobilan berada tepat didekat pintu. Andri pun segera mengambil mobil itu dan menghampiri lelakinya.

"Ini punyamu?" tanya Andri ramah, seraya menaruh mobilan itu dekat dengannya.

"Terimakasih," jawab lelaki itu singkat.

Andri hanya mengangguk dan setelah itu suasana pun kembali hening. Ia bingung harus bilang apa dan bagaimana, apalagi lelaki itu sepertinya sama sekali tak tergubris oleh kehadirannya.

"Gimana soal persiapan pernikahannya? Apa kamu suka? Atau, ada yang mau diganti?" tanya lelaki itu bertubi-tubi.

Andri tak langsung menjawab, ia masih diam dan menunduk, namun tangannya ikut memainkan sebuah lego dan menyusunnya.

"Mumpung masih ada waktu sampai esok, siapa tau ada konsep yang mau kamu ubah. Bicarakan saja," ucap Arkan kembali.

Andri menghembuskan napasnya pelan, lalu mencoba mengangkat kepalanya untuk melihat lelaki yang akan menjadi calon suaminya itu.

"Arkan, kenapa kamu ada disini? Maksud aku, apa kita akan tetap jadi menikah?" tanya Andri ambigu.

Mendengar ucapan Andri, Arkan pun segera menaruh mainannya, dan merubah posisi duduknya. Kini, posisi duduk mereka nampak berhadapan-hadapan.

"Kenapa? Apa kamu masih mau nikah sama Mas Agra?" tanya Arkan balik.

Andri menggeleng pelan, ia bingung, ia kalut, semuanya nampak terasa begitu cepat dan ia sama sekali tak diberi pilihan untuk memilih.

"Terus, kamu mau nikah sama siapa? Sama Om Nathan? Atau jangan-jangan, Kakek?" tanya Arkan sedikit sarkas.

"Arkan! Gak gitu konsepnya astaga," jawab Andri seraya memanyunkan bibirnya.

Arkan terkekeh sesaat lalu segera bangkit dari duduknya. Tak lama, ia kembali datang membawa dua kotak minuman kemasan dan beberapa cemilan.

"Minum dulu, siapa tau nervousmu sedikit berkurang abis ini," ucap Arkan seraya membuka minuman miliknya.

"Aman gak nih? Gak dicampur macem-macem kan?" tanya Andri sedikit khawatir.

"Ambil sendiri sana di kulkas kalau takut diapa-apain mah," gerutu Arkan sedikit kesal membuat Andri menjadi salah tingkah.

Andri pun mengambil minuman itu, dan langsung meminumnya. Tenggorokan yang tadinya terasa kering pun saat ini sudah lebih nyaman.

"Jadi, gimana soal persiapan pernikahannya? Ada yang mau diubah?" tanya Arkan kembali.

"Nggak ada," jawab Andri singkat.

Arkan mengangguk sesaat lalu tangannya kembali mengambil mainan lego dan mulai menyusunnya kembali.

"Arkan," panggil Andri lirih.

"Mas. Panggil aku, Mas, sekarang, Ndri. Kamu sebentar lagi akan jadi istri aku, jadi mulailah terbiasa memanggil aku dengan sebutan itu," ucap Arkan sedikit mengoreksi.

Andri pun menghembuskan napasnya kasar dan berdecak kesal.

"Mas Arkan, kamu belum jawab pertanyaan aku. Kenapa kamu bisa ada disini?" tanya Andri penasaran.

Arkan menghembuskan napasnya kasar lalu menaruh minumannya ditengah.

"Sama seperti kamu. Aku disini, karena Kakek berhutang budi dengan kedua orangtuaku. Ah, tepatnya, kecelakaan yang merenggut kedua orangtuaku. Setelah kedua orang tuaku meninggal, Kakek Gala mengadopsi ku sebagai salah satu cucunya," jelas Arkan kemudian.

Andri pun hanya mengangguk paham dan mengerti.

"Mas, kita gak bener-bener nikah, kan? Maksud aku, kita hanya nikah diatas kertas aja, kan?" tanya Andri sedikit ragu.

"Apa mau kamu, Ndri?" tanya Arkan kembali yang langsung membuat Andri menjadi salah tingkah.

"A-aku mau kita bikin surat perjanjian, Mas," ucap Andri setelahnya.

Arkan kembali menoleh ke arah Andri, untuk sesaat pandangan keduanya pun nampak beradu, sampai akhirnya, Andri membuang wajahnya ke samping.

"Surat perjanjian? Boleh juga, kamu bisa bikinnya? Aku serahkan sama kamu," ucap Arkan kembali.

"Em, apa ada syarat dari kamu?" tanya Andri kembali.

Arkan mendongakkan kepalanya sebentar, menatap langit-langit kamarnya yang biru.

"Anak. Aku ingin anak dari kamu, Ndri, setelah itu kita bercerai. Kejar impian kamu sendiri, dan biarkan anak itu sama aku," ucap Arkan lirih.

"A-anak? Mas, aku tuh gak subur, gimana bisa mau punya anak? Argh, ini mah sama aja boong, bilang aja kamu gak mau pisah," gerutu Andri kesal dan hanya mendapat kekehan saja dari Arkan.

***

Lagi, Andri merobek sebuah kertas yang baru saja ia tulis beberapa kata dan langsung menaruhnya di tempat sampah.

Tempat sampah itu pun hampir penuh oleh kertas yang sama seperti yang Andri buang barusan.

"Huft, kenapa otakku jadi buntu gini? Biasanya kalau soal urusan nulis suka cepet dan sat set, tapi udah hampir satu jam satu poin aja belum ada yang ke tulis," gerutu Andri kesal.

Andri beranjak dari duduknya dan memilih untuk bersantai sebentar di balkon lantai 2. Keluarganya masih sibuk berada dilantai bawah, selain menyiapkan pesta pernikahan untuk esok, mereka pun tengah sibuk merencanakan pesta untuk Arsy bulan depan.

Andri menghembuskan napasnya kasar, tubuhnya berayun mengikuti irama ayunan yang ia duduki saat ini.

'Apa yang harus aku tulis? Setidaknya, harus bisa menguntungkan bagi aku maupun Mas Arkan,' lirih Andri pelan.

Saat ini, Andri benar-benar bingung harus menulis apa, selain poin yang diminta Arkan tadi.

Arkan bersedia mengganti permintaannya untuk memiliki anak asal Andri mau menemaninya menjalani proses terapi dan minum obat, sampai akhirnya Arkan dinyatakan benar-benar sembuh oleh dokter.

Tangan Andri bergerak lincah di layar smartphone-nya, mencari bagaimana contoh surat pra nikah yang menguntungkan bagi kedua belah pihak, hingga akhirnya, belaian lembut di pundaknya membuyarkan aktifitasnya.

"Lagi apa, Mbak?" tanya Ayah lembut lalu duduk disebelah Andri.

"Lagi santai, Yah. Ayah masih sibuk?" tanya Andri berusaha mengalihkan perhatiannya.

Revan menggeleng pelan lalu membelai lembut rambut sang anak.

"Ada apa, Mbak? Mau cerita sama ayah?" tanya Ayah kembali.

Andri menggigit bibirnya dan mengangguk pelan. Percuma ia menyembunyikan semuanya dari sang ayah, pasti akan ketahuan juga.

Daripada menyulut kemarahan ayah nantinya, Andri pun akhirnya memilih untuk bercerita saja, termasuk dengan rencana surat perjanjian yang akan ia buat bersama Arkan.

Ayah mendengarkan semuanya tanpa menyela sedikit pun, setelah Andri selesai bercerita, barulah ia mulai bersuara.

"Udah ceritanya?" tanya Ayah dan mendapat anggukan dari Andri.

Ayah mengulum senyumnya dan membelai lembut lengan Andri seolah memberinya sedikit semangat.

"Bukankah Arkan itu teman sekolahmu saat kecil, Mbak?" tanya Ayah kembali dan lagi-lagi mendapat anggukan dari Andri.

"Pikirkan semuanya baik-baik, Mbak. Ayah rasa, gak perlu kamu buat surat perjanjian seperti itu. Percaya sama Ayah, pelan namun pasti, terkadang cinta itu bisa datang dengan sendirinya. Yang ayah takut kan, andai suatu saat kalian saling mencintai, sementara disurat perjanjian kalian, sudah waktunya untuk berpisah, apa tak membuat kalian akan terluka?" tanya Ayah lembut.

"Apa ayah yakin, Mbak akan bahagia dengan Mas Arkan?" tanya Andri kembali seolah tak percaya.

"Yakin, Mbak. Ayah yakin, Mbak akan lebih bahagia sama Arkan dibanding sama Agra," jawab Ayah dengan senyum tulusnya.

Andri pun mengangguk dan mengucapkan terimakasih. Setelah itu, Ayah pun segera pamit, karena masih harus mengurus yang lain.

Seperginya Ayah, Andri mencoba untuk memantapkan kembali hatinya. Meyakinkan dirinya, bahwa ia pasti bisa melalui semuanya.

Setelah hatinya merasa lebih baik, ia pun segera beranjak dari duduknya, dan memilih untuk segera menemui Arkan.

Ia tak jadi membuat surat perjanjian yang terlihat konyol itu, dan memilih menjalani semuanya seperti air mengalir.

Namun, baru saja ia hendak mengetuk pintu kamar Arkan, pundaknya serasa ditepuk oleh seseorang, dan dalam sekejap bayangan, tubuhnya pun langsung ditarik paksa untuk menjauh, bahkan mulutnya pun langsung dibekap, agar ia tak bersuara.

Deg!

'Ya Tuhan, apa lagi ini?'

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 36

    Andri yang merajuk memilih untuk segera pulang meskipun saat itu pancongnya masih ada setengah.Arkan mendesah pelan, hanya bisa mengangguk dan mengikuti kemana langkah sang istri pergi.Namun ternyata, drama meraka tak hanya berakhir sampai di sana saja.Semenjak pulang dari jembatan hingga malam tiba, Andri mendadak diam seribu bahasa. Suasana rumah mendadak sunyi senyap, padahal biasanya ramai oleh suara TV dan ocehan sang istri.Arkan memijat pelan pelipisnya. Diamnya Andri, bukan berarti sebuah kedamaian. Kerena setelah ini, pasti akan ada drama yang lebihh besar lagi.Arkan bergegas ke dapur, lalu membuka kulkasnya. Setengah gelas es kopi masih tersedia di sana. Beberapa semangka beku dan juga sebungkus jamur enoki.'Hadehh, mana cemilan bumil abis pulak! Gimana cara naikin moodnya dia ya?' batin Arkan pilu.Arkan mencoba berpikir keras, bagaimana caranya kembali meluluhkan hati sang istri dari segala kesalahpahaman yang terjadi tadi.Akhirnya, Arkan ambil kertas, spidol, dan sa

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 35

    "Kenapa emangnya, Mas?" tanya Andri pura-pura polos.Arkan mendesah pelan. "Bawa dua aja, ngidamnya udah absurd banget. Apalagi sepuluh, bisa mati mendadak aku," gerutunya.Andri terkekeh pelan mendengar itu. Ia pun segera mengeluarkan selembar uang berwarna merah dan menyerahkannya kepada Abang odong-odong tadi."Mang, kalau ada anak yang mau naik, angkut aja ya," ucapnya. "Kalau kurang, saya masih ada di sana, sambil makan pancong," ujarnya lagi seraya menunjuk tempat Arkan duduk.Abang odong-odong itu pun mengangguk paham. Setelah itu, Andri pun kembali melangkah ke tukang gerobak lainnya. Hari ini, ia ingin puas-puaskan nyemil apapun, mumpung kedua bayinya tak ada drama dan Arkan mau untuk di ajak jalan-jalan.Setelah membeli seporsi lumpia basah dan juga telur gulung, Andri pun kembali ke tempat Arkan berada.Arkan mengernyit heran melihat apa yang dibawa sang istri saat itu."Beli apaan lagi, Sayang?" tanya Arkan penasaran."Lumpia basah sama telur gulung. Mas mau?" tanya Andri

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 34

    Sore mulai menyapa. Seperti janji di pagi hari tadi, rencananya hari ini mereka akan berburu pancong di jembatan.Andri sudah bersiap semenjak kumandang adzan ashar tadi. Sementara Arkan, masih sibuk memindahkan beberapa mainannya ke ruang tamu."Mainan teross yang diurusin!" seru Andri sedikit kesal.Arkan mengernyit heran. "Bumil sensitif banget. Biasanya juga santuy markutuy kalau aku lagi ngurusin maenan. Kenapa sekarang jadi serba salah sih?"Andri mendengus sambil menyilangkan lengannya di dada. Arkan mendesah pelan. Ini tidak baik, pasti setelah ini akan ada drama yang panjang kali lebar lagi.Tak butuh waktu lama, selang beberapa menit kemudian, Arkan pun untuk bergegas mandi, dan memakai kaos santai serta celana pendeknya, setelah itu bergegas mengambil kunci motornya."Sudah siap, Ndoro Putri? Ayo kita jajan," ucap Arkan dengan penuh hormat.Andri mengulum senyumnya sebentar lalu mengangguk mantap.Ia pun segera meraih lengan sang suami dah berjalan ke luar rumah.Perjalanan

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 33

    Sekitar lima belas menit kemudian, Arkan bersiap. Ia mengambil kunci motornya lalu segera keluar rumah. Setelah itu, motor pun mulai melaju entah kemana.Dari jendela kamar, Andri melihat semuanya. Melihat bagaimana Arkan pergi dengan langkah yang terburu-buru dah wajahnya yang sedikit lelah.Namun, egonya masih tinggi. Masih menghantui perasaan ingin di mengerti.Arkan melajukan motornya hingga ujung komplek. Menuju warung seblak MaBin yang terpaksa harus buka lebih cepat."Assalamualaikum, MaBin," panggil Arkan dari luar pagar.Seseibu yang tengah berbelanja di warung sayur depan warung seblak nampak memperhatikan Arkan yang sudah pagi-pagi ke sana."Tumben Mas Arkan, pagi-pagi udah manggil Mama Bintang," ucap salah satu ibu-ibu disana."Iya, Bu. Andri pingin banget seblak pagi-pagi gini, makanya aku terpaksa ke sini deh," ucap Arkan lirih dan mendapat anggukan dari para ibu-ibu di sana."Bener-bener suami siaga ya Mas Arkan ini," puji ibu-ibu lain.Arkan hanya tersenyum tanpa berni

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 32

    Pagi mulai menyapa. Cahaya keemasan masuk ke celah gorden kamar yang tak tertutup sempurna. Hawa kamar masih terasa begitu sejuk karena AC yang menyala.Arkan bangun lebih dahulu. Menggeliat perlahan sambil melirik ke arah samping. Andri masih terlelap di sana, sambil memeluk bantalnya seolah tubuhnya sama sekali tak bergerak semalaman.Arkan bangkit perlahan, menarik selimutnya hingga naik ke bahu sang istri. Lalu, ia melirik ke arah kakinya. Bengkak di kakinya perlahan mulai kempes, semoga ini menjadi pertanda baik bagi sang istri.Ia mulai menjejakkan kakinya di lantai gang terasa dingin. Dengan perlahan, ia keluar dari kamar dan menuju dapur, berniat untuk membuat sarapan untuknya dan juga sang istri.Namun, baru saja ia selesai menyiapkan sarapannya dan baru duduk di kursi ruang keluarga. Suara Andri terdengar menggema dari arah kamar. Setengah berteriak, dan setengah merengek.“Mas…! Adek lapar. Pengen seblak yang super pedes. Sama semangka beku, ya? Yang kemarin kurang dingin.”

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 31

    Selesai makan malam, satu persatu keluarga mereka mulai berpamitan untuk pulang.Arkan mengantarkan mereka semua sampai garasi rumahnya. Setelah itu, barulah ia merapihkan motor dan juga mobilnya untuk masuk ke garasi."Mas Arkan, di dalem belum rapih semua gimana ya?" tanya Mbok Puji yang ternyata memang belum pulang juga dari sana."Biarin besok aja, Mbok sisanya. Udah malem ini, waktunya istirahat. Mbok juga besok nggak usah dateng terlalu pagi, nggak apa-apa kok. Paling Andri juga bangunnya siang," ucap Arkan."Baik, Mas. Terimakasih pengertiannya," ucap Mbok Puji dan mendapat anggukan dari Arkan.Setelah memastikan Mbok Puji pulang, Arkan pun segera mengunci pintu rumahnya, setelah itu ke kamar mandi sebentar untuk membersihkan dirinya sebelum akhirnya ia masuk ke dalam kamar.Begitu masuk ke dalam kamar, cahaya temaram dari lampu tidur, menyebar ke seluruh ruangan. Aroma harum minyak telon pun, samar tercium di udara. Membawa sejenak aroma ketenangan.Ia mengintip ke arah ranjan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status