Share

S2 - Bab 27

Penulis: Ririichan13
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-07 19:15:07

"Kenapa, Mas?" tanya Andri dengan polosnya.

Arkan mendengus kesal, lalu mengusap wajahnya dengan kasar.

"Dek, kamu lihat itu jam," ucapnya sambil menunjuk ke arah sudut kamar. "Ini udah hampir jam setengah sebelas malem, Dek. Dan kamu minta meluk Optimus Prime? Astagfirullah!"

Andri menunduk, lalu membelai pelan perutnya. "Tapi dedek yang minta, Mas. Kalau udah dia yang minta aku bisa apa?"

"Dede, dede, dede terus! Terus aja jadiin dede sebagai alasan keinginan kamu yang nggak masuk akal itu! Kamu nggak tau ini udah malem? Aku tuh capek, Andri, capek!" seru Arkan dengan sedikit frustasi.

Andri terdiam. Dadanya terasa sakit melihat Arkan yang memarahinya itu. Matanya mulai berkaca-kaca dan tak lama ia pun terisak.

Arkan yang berada disebelahnya, mengacak rambutnya frustasi, lalu mendesah pelan.

"Ya udah, ayo," ucapnya seraya bangkit dari tidurnya.

Andri menggeleng pelan. "Nggak usah, Mas. Aku tahu kamu pasti capek, kan?"

Arkan menggeleng. "Nggak, Dek. Maaf, tadi Mas cuma kelepasan emo
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 27

    "Kenapa, Mas?" tanya Andri dengan polosnya.Arkan mendengus kesal, lalu mengusap wajahnya dengan kasar."Dek, kamu lihat itu jam," ucapnya sambil menunjuk ke arah sudut kamar. "Ini udah hampir jam setengah sebelas malem, Dek. Dan kamu minta meluk Optimus Prime? Astagfirullah!"Andri menunduk, lalu membelai pelan perutnya. "Tapi dedek yang minta, Mas. Kalau udah dia yang minta aku bisa apa?""Dede, dede, dede terus! Terus aja jadiin dede sebagai alasan keinginan kamu yang nggak masuk akal itu! Kamu nggak tau ini udah malem? Aku tuh capek, Andri, capek!" seru Arkan dengan sedikit frustasi.Andri terdiam. Dadanya terasa sakit melihat Arkan yang memarahinya itu. Matanya mulai berkaca-kaca dan tak lama ia pun terisak.Arkan yang berada disebelahnya, mengacak rambutnya frustasi, lalu mendesah pelan."Ya udah, ayo," ucapnya seraya bangkit dari tidurnya.Andri menggeleng pelan. "Nggak usah, Mas. Aku tahu kamu pasti capek, kan?"Arkan menggeleng. "Nggak, Dek. Maaf, tadi Mas cuma kelepasan emo

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 26

    Dering alarm di ponsel Andri menggema di seluruh ruangan. Arkan menggeliat pelan, mencari keberadaan ponsel yang sedikit memekak telinga. Setelah menemukannya, ia bergegas untuk mematikannya.Kumandang adzan subuh pun mulai terdengar di mushola dekat rumah mereka. Arkan bergegas bangun, mengucek matanya dan melirik ke arah Andri yang masih nampak terlelap.Arkan mengecup pucuk kepalanya dengan lembut, lalu berbisik pelan, "cintanya aku, ayo bangun, udah shubuh."Andri menggeliat pelan, lalu perlahan membuka kelopak matanya."Cepet banget, Mas, udah subuh aja," gumam Andri, suaranya sedikit serak khas bangun tidur.Arkan hanya tersenyum lalu kembali mengecup pipi sang istri. "Bangun dulu, sholat subuh, baru tidur lagi kalau mau," ucapnya lembut.Andri hanya mengangguk, lalu segera bangun dari tidurnya. Keduanya pun bergegas untuk melakukan solat subuh berjamaah.Setelah selesai sholat subuh, Andri kembali ke ruang keluarga. Ia ngin melakukan senam hamil di pagi hari."Adek, senamnya ja

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 25

    Motor pun kembali melaju menuju tempat es krim pilihan Andri. Sesuai keinginannya tadi, ia meminta es krim berukuran jumbo dengan topping yang bervariasi.Arkan pun hanya bisa menghela napas pelan melihat apa yang diinginkan sang istri, karena sama sekali tak bisa menolak. Apalagi, Andri selalu beralasan bahwa itu adalah keinginan sang anak."Udah? Masih ada lagi yang mau dibeli nggak?" tanya Arkan berusaha selembut mungkin.Andri menggeleng tegas. "Nggak ada, Mas. Mas mau beli apa buat makan malem?" tanya Andri seraya naik ke motornya."Makan kebab tadi aja, Dek. Sayang kalau nggak di makan," jawab Arkan sambil melajukan kembali motornya.Andri terdiam sebentar, lalu memeluk tubuh suaminya dari belakang."Kalau nasi goreng atau kwetiau mau nggak, Mas?" tanya Andri mengalihkan perhatiannya.Arkan menggeleng pelan, sedikit aneh, semoga ia tak mengidam apa-apa lagi, batinnya."Ketoprak gimana?" tanya Andri kembali seolah tak putus asa."Nggak, Dek. Kenapa sih? Adek mau lagi?" tanya Arka

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 24

    Saat Arkan tengah memanaskan motornya, tiba-tiba suara Andri kembali menggema dari ambang pintu. "Mas, adek ikut!" serunya seraya menutup pintu dengan cepat. Arkan mengernyit heran. "Ikut? Katanya tadi males gerak? Kok tiba-tiba pingin ikut?" Andri menggeleng pelan lalu segera naik ke atas motornya. "Nggak tau, anakmu labil, Mas. Tadi males, sekarang malah semangat banget, jadi heran aku." Arkan hanya diam tak menanggapi ocehan Andri. Ia bergegas melajukan motornya dengan kecepatan pelan cenderung sedang. "Dek, kalau misalnya Mas kekencangan kasih tau ya," ucap Arkan hati-hati. Andri menggeleng pelan, lalu memeluk pinggang suaminya. "Kamu lelet banget jalannya, Mas, keburu ngidamku berubah lagi nanti ini." "Astagfirullah, itu perut apa otonom daerah? Kenapa bisa berubah secepat itu? Curiga keknya bayinya nggak cuma kembar dua," gumam Arkan lirih namun masih bisa terdengar oleh Andri di belakang. Andri hanya terkekeh pelan, seraya menyenderkan kepalanya di pundak sang

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 23

    Andri kembali menggigit donat itu, dan tiba-tiba ...Ia segera bangkit dan berlari kilat menuju kamar mandi.Hoek! Hoek!Tak lama, Arkan menyusulnya dengan langkah yang cukup panik. Ia pun bergegas memijat pelan tengkuk Andri agar lebih rileks dan nyaman.Setelah beberapa saat, perut Andri pun akhirnya sedikit lebih baik.Wajahnya kembali pucat, membuat Arkan merasa tak tega karenanya."Mual banget, Dek?" tanya Arkan sedikit khawatir.Andri mengangguk lemah. Tapi, belum ada satu menit, ia melangkah dengan santai menuju kulkas dan membukanya."Mas, rujak cingurnya nggak kamu makan kah?" tanya Andri dengan raut wajah yang berbinar seperti menemukan harta karun.Arkan menggeleng pelan. "Aku nggak doyan, Dek.""Kalau gitu Adek makan ya," ucapnya seraya membawa piring berisi rujak ke ruang tengah.Arkan hanya bisa melongo melihat kelakuan sang istri yang sedikit random itu. Bukan kah tadi dia habis mual karena makan donat? Kenapa sekarang jadi bahagia sekali melihat rujak cingur. Benar-ben

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 22

    Setelah hampir satu jam berkeliling mencari donat yang diminta Andri, Arkan pun kembali dengan sekotak donat empuk rasa vanila. Memang tak seperti yang diinginkan Andri tadi -donat rasa es krim vanila- tapi, apa bedanya? Toh sama-sama rasa vanila, pikir Arkan.Arkan membuka pintu dengan perlahan, sepi. Itu lah yang ia rasakan pertama kali."Adek, Mas pulang," ucapnya seraya menutup pintu dengan perlahan dan menguncinya.Hening, tak ada jawaban sama sekali. Arkan mengernyit heran, lalu segera melangkah ke ruang keluarga.Begitu tiba di ruangan itu, ia pun mendesah pelan. Andri sudah terlelap di sana sambil memeluk boneka teddy bear-nya dengan mulut yang sedikit terbuka. Bahkan, irama nafasnya terlihat begitu teratur, seolah tak ada drama 'ngidam' seperti yang tadi ia minta.Arkan menatap sekotak donat di tangannya, lalu menatap istrinya. Ia menghela napas panjang, seolah sedang menahan tawa dan rasa pasrah."Boleh gua timpuk nggak, sih, ni orang. Udah ngerjain, minta ngidam malem-malem

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 21

    Jam sudah menunjukkan pukul 19.30 WIB, Sinta pun bergegas pamit undur diri. Tak mungkin ia berada terus di sana, itu sama saja dengan mengganggu waktu bosnya untuk bersama.Sinta melangkah keluar rumah Andri dengan perasaan yang sedikit berat. Ia pun melajukan motornya dengan kecepatan pelan sedikit sedang. Seolah sedang menikmati hembusan angin pada malam itu.Setelah menempuh perjalanan hampir empat puluh menit lamanya, akhirnya ia pun tiba di rumah kecilnya. Sebuah rumah minimalis type 21 sebagai kenang-kenangan dari mantan suaminya.Begitu Sinta masuk ke dalam, ruangan itu nampak gelap gulita. Hanya penerangan dari arah kamar mandi saja yang ada. Sinta percaya, bahwa lampu kamar mandi tidak boleh padam. Itu yang selama ini ia pegang teguh.Setelah menyalakan saklar lampu, ia pun segera menaruh tas dan berkasnya di atas meja, lalu duduk bersandar di sofa.Ia memejamkan matanya sebentar, sambil memegangi pelipisnya yang terasa berdenyut nyeri.'Kenapa harus dia? Kenapa harus Aldy ya

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 20

    "Cie, Sinta, punya fans juga ternyata dia," ledek Andri sambil tersenyum lebar.Sinta hanya menggeleng, lalu mengambil air putih dingin yang berada di depannya."Eh, es strawberry-nya nggak mau diminum kah? Kok malah ngambil air putih?" tanya Andri penasaran.Sinta menoleh perlahan, lalu mengambil es strawberry-nya dan menyerahkannya pada Andri. "Mbak mau? Kalau mau buat Mbak aja. Tapi suruh Mas Arkan cobain dulu, takutnya dia masukin yang aneh-aneh."Kedua suami istri itu nampak saling pandang, keduanya sedikit heran, apa yang sebenernya terjadi dengan asistennya itu?Namun, Sinta tetap tak bersuara. Arkan pun berinisiatif untuk meminum es strawberry-nya sedikit dan mencoba martabaknya. Namun, ia tidak menemukan keanehan apapun. Sepertinya, ada sesuatu yang Sinta tutupi dari mereka."Aman kok, Dek, kalau kamu mau mah," ucap Arkan lembut. "Mas mau mandi dulu, ya."Andri mengangguk. Arkan pun bergegas bangkit dari duduknya. Mungkin, Sinta sedikit canggung untuk bercerita karena ada dir

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 19

    Sinta langsung terbatuk mendengar ucapan itu. Ia menggeleng pelan lalu berjalan sedikit menjauh dari Andri sambil berdecak kesal."Duh, Bu bos ini ... kenapa seneng banget bikin envy sih? Nggak tau apa, kalau asistennya ini jomblo," gerutu Sinta.Andri hanya terkekeh pelan, lalu menutup telponnya. Wajahnya bersemu merah bagai kepiting rebus dan langsung ia tutupi dengan tangan."Maaf deh, Sin, habis lagi pingin dimanja," ucap Andri sambil sedikit cengengesan.Sinta berdecak, memilih memainkan ponselnya sambil menunggu seblak pesanannya jadi."Mbak Andri, pedes nggak nih seblaknya?" tanya sang penjual."Dikit aja pedesnya, Teh. Buat sarat aja. Kalau ada gula tambahin boleh teh, aku pingin yang manis pedes gitu. Terus, kuahnya dibikin nyemek gitu Teh," jawab Andri.Sang penjual sedikit mengerutkan alisnya. "Tumben, Mbak, nggak kek biasanya, pedes."Andri mengangguk mantap. "Iya, bawaan si bayik pinginnya yang pedes manis, Teh."Sang penjual sedikit terkejut mendengarnya. Dan tak lama, i

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status