Share

8. Mulai Melawan

Penulis: NingrumAza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-22 14:54:39

Sesuai ucapan mereka kemarin, pagi-pagi sekali cecunguk berkepala plontos itu datang kembali. Namun berbeda dari sebelumnya, kini pria tambun yang belum aku ketahui namanya itu datang sendiri.

Wah, sepertinya akan sangat menyenangkan kali ini. Ya, walaupun akan jauh lebih seru kalau ada Misyka juga sebenarnya.

Tapi tak apalah, satu persatu, perlahan akan aku tumbangkan mereka yang berani mengusik ketentramanku.

"Selamat pagi, Pak Zein, Bu Salsa. Saya datang membawa berkas perjanjian damai yang akan menguntungkan kedua belah pihak. Silakan dipelajari lalu tanda tangan di bawahnya." Dia menyodorkan map merah pada Mas Zein.

Aku yang kebetulan sedang menyuapi Mas Zein sarapan, langsung menyambar map itu.

"Pegang, Mas," ucapku pada Mas Zein menyerahkan mangkuk berisi bubur. "Dihabiskan sendiri, ya. Aku mau ke sana sebentar," sambungku setelah mangkuk itu berpindah tangan.

Kemudian aku mengajak Pria tambun itu menuju sofa.

Setelah pria itu duduk, aku mengotak-atik sebentar handphone milikku.

Dan tanpa basa-basi lagi, aku memperlihatkan sebuah rekaman video syur dirinya dengan wanita yang aku yakin itu bukanlah istrinya.

video yang dikirim Santos--orang kepercayaanku tadi malam.

"Bagaimana? Apa masih ingin bermain-main dengan saya, Bapak pengacara yang terhormat?" ucapku.

Wajah pria itu menegang pucat dengan keringat besar muncul di dahi dan hidungnya.

"Dari mana Anda mendapatkan rekaman itu. Anda jangan coba-coba memfitnah saya, ya, Bu Salsa!" sentaknya mencoba menyangkal.

"Mudah bagiku mendapatkan semua informasi tentang cecunguk macam Anda. Tentu Anda sangat paham ketika uang sudah berbicara. Sekarang semua pilihan ada di tangan Anda. Mau lanjut berperang dengan saya, atau mundur dan karir Anda selamat!"

Berkali-kali dia mengelap keringat yang terus bercucuran di wajahnya.

"Silakan dipikirkan baik-baik. Saya mau lanjut menyuapi suami saya dulu, ya. Selamat pagi." Setelah mengatakan itu aku melenggang santai meninggalkan dia dengan kebingungannya.

Kita lihat saja apa yang akan terjadi selanjutnya.

Jangan pernah mengusik apapun di sekitarmu. Bahkan semut pun akan menggigit bila ketenangannya diusik.

****

"Apa yang sudah kamu lakukan terhadap Pak Burhan!"

"Burhan?"

"Jangan berlagak gak tahu kamu, ya. Pengacaraku yang tadi pagi mendatangimu, kenapa dia tiba-tiba mengundurkan diri mendampingiku. Pasti kamu sudah berbuat curang 'kan?" Jarinya mengacung tepat di mukaku.

Aku yang sedang makan siang di kantin rumah sakit dikejutkan oleh kedatangan Misyka yang entah dari mana munculnya.

Tidak ada angin tidak ada hujan, wanita itu marah-marah tidak jelas padaku.

Sudah mulai berani dia rupanya. Apa dia lupa siapa aku dan apa kedudukannya di kantor suamiku?

"Cepat katakan! Apa yang sudah kamu lakukan pada pengacaraku?" tekannya lagi.

Jujur, aku masih belum mengerti arah pembicaraannya kali ini.

"Pengacaramu yang mana, sih? Kan pengacaramu banyak," sahutku santai, sambil menyuapkan makanan ke mulut.

"Namanya Pak Burhan. Kamu jangan pura-pura bego deh!"

Sendok berisi makanan yang akan aku suapkan ke dalam mulut seketika berhenti di udara.

Kuberikan tatapan tajam pada Misyka yang mengganggu selera makanku.

"Misyka, itu belum seberapa. Saya bahkan bisa melakukan lebih dari itu!" ucapku setelah meletakkan kembali sendok di piring.

"kalau menyerah yang kau inginkan, itu tidak akan terjadi, Bu Salsa."

"Terserah. Saya tidak peduli," sahutku mengedikkan bahu acuh, kemudian kembali menyendokkan makanan ke dalam mulut.

"Ngomong-ngomong, Pak Zein sangat gagah di atas ranjang ternyata, ya. Aku bahkan sampai kuwalahan mengimbanginya," seloroh Misyka.

Aku masih terus melanjutkan makan tanpa berniat menanggapi celotehan Misyka yang tak penting.

"Kau tahu, Bu Salsa? Hampir tiap hari Pak Zein memintaku untuk melayaninya di kantor. Katanya, aku adalah candu baginya. Bahkan di dalam mobil pun dia memintanya, sampai terjadilah kecelakaan itu."

Aku masih acuh, menyantap makanan dengan santai.

"Aku bisa pastikan, Pak Zein tidak pernah menyentuhmu lagi akhir-akhir ini 'kan? Itu karena dia sudah puas bermain denganku di kantor." Dia tak henti-hentinya membual.

Baiklah, sekarang giliranku bicara.

"Alhamdulillah ... Kenyang," ucapku, besendawa setelah menghabiskan makanan di meja.

Misyka terlihat menutup mulutnya seraya bergumam, "Jorok."

"Jadi, ada perlu apa kamu mendatangi saya, Misyka?" tanyaku bernada serius.

"Tidak ada. Aku hanya ingin menengok keadaan calon suamiku. Siapa tahu dia terlantar karena istri pertamanya sedang marah sebab ketahuan mempunyai hubungan spesial denganku."

Dih, ke-PD-an banget.

"Hari ini baru Pak Burhan yang mengundurkan diri dari tim advokatmu. Saya bisa memastikan sebentar lagi Pak Aldo juga akan melakukan hal yang sama seperti rekannya."

Air muka Misyka berubah masam. Tangannya terkepal di atas meja. "Apa yang sudah kamu lakukan?!"

"Bermain-barmain sedikit."

Bibir Misyka tersungging. Tangannya bersedekap dada dengan punggung yang ia sandarkan pada kursi.

"Apapun yang kamu lakukan, itu tidak bisa memungkiri bahwa Mas Zein mencintaiku. Dan sebentar lagi kami pasti akan menikah," ucapnya.

Apa? Kini dia menyebut suamiku dengan sebutan Mas. Tidak bisa dibiarkan. Tapi aku harus tetap tenang menghadapi ular ini.

"Saya tidak sebodoh yang kamu kira, Misyka."

Misyka kemudian merogoh tasnya lalu mengeluarkan benda pipih dari sana.

"Apa kau ingin melihat bagaimana ganasnya Mas Zein saat bermain denganku?" ujarnya sambil memainkan ponsel di tangannya, seolah menunjukkan bahwa ada sesuatu penting di situ.

Aku memicingkan mata. Sejurus kemudian tertawa kecil seraya menutup mulut, mengejeknya.

"Kau tidak percaya padaku? Baiklah. Siap-siap saja kau keguguran karena kaget!" sentaknya. Kemudian jari-jarinya bergerak menggulir benda berlayar itu.

Derttt.

Derttt.

Tak lama kemudian ponsel dalam tasku bergetar. Pasti itu pesan yang dikirim Misyka barusan.

"Sekarang lihatlah dengan jelas sejauh apa hubanganku dengan Mas Zein," pungkasnya. Setelah itu dia beranjak meninggalkanku di kantin.

Sejujurnya, ada sedikit rasa khawatir kalau-kalau video itu benar asli Mas Zein dan Misyka. Tapi untuk mengetahui kebenarannya, aku harus kuat.

Aku mengambil ponsel berniat menghubungi Santos untuk kembali melakukan penyelidikan pada Video yang baru saja Misyka kirim.

"Iya, Bos. Ada yang bisa saya bantu?" sapa Santos melalui telpon.

"Tolong cari tahu kebenaran video yang akan saya kirim. Seperti biasa, saya tidak suka menunggu dan bertele-tele."

"Siap. Segera saya kerjakan setelah video itu saya terima."

"Terima kasih, Santos."

Setelah itu sambungan terputus.

Gegas aku mengirimkan video kiriman Misyka yang belum sempat aku tonton sama sekali itu pada Santos.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    48. Baby Ivana Keysha (Ending)

    "Ya sudah kalau Mas Zein keberatan. Aku akan memberikan bayi itu pada panti asuhan saja. Tapi, aku boleh mengunjunginya setiap waktu 'kan Mas?"Melihat wajah datar dan dingin suaminya, Salsa pada akhirnya memutuskan untuk mengaihkan pengasuhan bayi itu pada sebuah panti. Meski begitu ia akan tetap memantau perkembangan bayi itu. Ia tak ingin egois. Berusaha memaklumi jika suaminya berat menerima bayi wanita yang secara terang-terangan menghancurkan impiannya mempunyai banyak anak.Ya, rencana Zein mempunyai 5 atau 6 anak dari Salsa harus kandas karena ulah mereka yang membenci Zein. Dan melalui Misyka semua kebahagiaan yang dirasakan Zein dengan keluarga kecilnya menjadi porak-poranda."Sebaiknya kita istirahat saja dulu, Sayang. Mungkin suami kamu masih capek. Kamu juga sepertinya kelelahan, lihat matamu sudah seperti mata panda saja." Mama Rita mencoba mencairkan suasana. Sebagai orang yang paling tua dia lebih bijak.Mama Rita dapat melihat sebuah keinginan besar di dalam diri Sal

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    47. Izin Merawat Bayi Misyka

    "Tidak ...!!!"Tepat ketika Danu menekan pelatuk senjatanya, Risa berlari kencang memasang badan di depan Zein sehingga mau tidak mau timah panas itu menancap pada perutnya."Risaaa ...." Tangan Danu gemetar, senjatanya jatuh begitu saja saat mendapati kenyataan bahwa pelurunya justru mengenai anak kandungnya sendiri."Tidak. Tidak, tidak mungkin." Danu terus bergumam sembari matanya nanar memandang telapak tangan yang selalu mengasihi dan membelai anaknya, justru kini tangan itulah yang melukai buah hati tercintanya.Darah berceceran pada lantai keramik putih di mana kini Risa terkapar dalam pangkuan Zein dengan nafas tersengal."Zein. Maafkan ayahku," ucap Risa lemah.Satu tangannya memegangi luka dan satunya lagi menggapai-gapai wajah Zein."Bertahanlah, Ris. Bantuan akan segera datang." Zein berusaha menguatkan sembari menggenggam erat tangan Risa."Tidak Zein. Aku tidak kuat. Tapi, aku sudah cukup bahagia jika harus pergi dalam keadaan berada di pangkuanmu. Maafkan Aku yang tidak

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    47. Danu sang Dalangnya

    Di sisi lain, Zein saat ini tengah beradu kekuatan dengan beberapa anak buah yang berjaga di bangunan penyekapan Mama Rita.Dibantu oleh Bima, Santos dan anak buahnya, Zein berhasil menerobos masuk ruangan itu.Begitu pintu terbuka lebar, Zein dapat melihat dengan jelas mamanya kini tengah terikat pada kursi dengan mulut tersumpal lakban. Di sampingnya berdiri seorang pria yang begitu dia kenal memegang senjata api tengah menyeringai padanya."Selamat datang, Zein Mahardika yang terhormat. Apa kabar? Saya tidak menyangka loh Anda bisa sampai di sini," ucap Danu congkak."Katakan, apa maumu? brengsek!" sergah Zein."Ini yang aku tunggu. Kamu ingin tahu apa mauku? Baiklah akan ku beritahu."Zain hanya memberi tatapan menghunus. Dia ingin segera tahu apa maksud semua rencana ini. Apa tujuan dari rekan bisnisnya ingin menghancurkan dirinya beserta keluarganya."Tanda tangani kertas ini sekarang," perintah Danu sambil menyodorkan map hijau di tangannya."Apa itu?" tanya Zain.Danu melirik

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    46. Misyka Meninggal

    Salsa tak ingin peduli dengan apapun yang terjadi pada Misyka yang kini sudah dibawa ke rumah sakit oleh pihak hotel setempat. Tetapi bayangan bayi dalam perut perempuan itu terbayang-bayang dalam benak Salsa.Jika terjadi apa-apa dengan Misyka, bagaimana dengan nasib bayi itu. Bunda dari Naura itu berjalan bolak-balik tak tenang dalam kamarnya.Waktu sudah larut, Naura sudah tertidur lelap, tapi Zein belum juga pulang. Bukannya mengkhawatirkan Zain yang belum ada kabar, Salsa justru mengkhawatirkan keadaan Misyka dan bayinya. Hatinya merasa bersalah karena dialah yang menyebabkan semua itu terjadi.Tak bisa tenang, akhirnya Salsa memutuskan untuk menyusul Misyka ke rumah sakit. Dia meminta bantuan pada anak buah Santos untuk menjaga Naura. Beruntung salah satu dari orang kepercayaan Santos itu ada yang seorang wanita, sehingga Salsa mengizinkan penjaga wanita itu untuk masuk ke dalam kamar di mana Naura tengah tidur lelap.Diantar oleh anak buah Santos yang satunya lagi, Salsa menuj

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    45. Tragedi

    Pov authorMalam harinya Bu Clara memutuskan untuk bersedia bertemu dengan Salsa, setelah beberapa waktu lalu dirinya melihat foto suaminya dengan perempuan bergandeng mesra di sebuah minimarket, yang dikirim oleh Salsa.Derap langkah high heels istri dari pengacara Aldo itu menggema di lobby hotel tempat Salsa menginap, lalu menghubungi Salsa."Saya sudah di lobby Anda di mana?" ucapnya melalui ponsel."Baik, tunggu sebentar. Saya segera turun," sahut Salsa.Bergegas Ibu dari Naura itu memakai hijab instannya. Sebelumnya iya meyakinkan Naura terlebih dahulu untuk tetap di kamarnya selama ia belum kembali. Naura pun mengiyakan. di samping karena memang dia sudah mengantuk.Agar lebih aman Salsa mengunci kamar hotelnya dari luar. Lalu berjalan menemui Clara di bawah, tak lupa masker penutup wajahnya ia kenakan."Halo, Bu Clara." Salsa langsung menyapa saat melihat wanita persis seperti di foto profil nomor yang baru saja menghubunginya.Wanita yang lebih tua dari Salsa itu memicingkan

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    44. Bertemu Misyka

    Usai pelepasan, aku masih menempel pada dada bidang suamiku sebagai sandaran. Dan Mas Zein mengelus kepalaku dengan sayang."Mas," panggilku."Hmmm," sahutnya."Bagaimana keadaan Mama Rita sekarang? Semalam mama menemui beberapa orang yang membuat keributan, dan setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku membawa Naura pergi dan meninggalkan mama begitu saja." Aku mengencangkan pelukan pada Mas Zein sekedar menghilangkan rasa bersalah yang menghinggapi."Mas sedang berusaha mencari tahu, Sayang. Tenanglah, berdoa saja semoga Mama tidak kenapa-kenapa.""Kita lapor polisi saja Mas, supaya mama segera ditemukan.""Tidak semudah itu, Sayang. Kita harus menunggu 24 jam terlebih dahulu baru laporannya akan diterima. Bima dan orang-orangnya sudah mengetahui di mana Mama berada. Tinggal menunggu waktu yang tepat, Mas akan menjemput mama. Kamu tenang dan jangan banyak pikiran, ya.""Benarkah? Alhamdulillah kalau begitu. Memangnya apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa mereka membawa mama?"Ak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status