Share

9. Senjata Baru

"Salsa, Sayang. Malam ini biar Mama yang jagain Zein di sini. Kamu istirahatlah di rumah. Naura juga sepertinya merindukanmu, Nak," titah Mama Rita--mertuaku.

Habis Maghrib, tadi beliau datang bersama supirnya.

Semenjak mengetahui Mas Zein kecelakaan, mertuaku itu langsung meluncur dari kota tempat suamiku dilahirkan ke sini dan menginap di rumahku menemani Naura.

"Emangnya gak pa-pa, Ma?" tanyaku sungkan.

"Iya, gak pa-pa dong, Sayang. Kasihan calon cucu Mama di sini." Mama mertua yang sudah seperti Mama kandungku itu mengelus perut ku.

"Gimana, Mas?" tanyaku pada Mas Zein.

"Iya, Mama benar. Istirahatlah di rumah. Di sini kamu pasti kurang cukup istirahat," sahut suamiku.

"Ya sudah, mumpung belum terlalu malam, pulanglah bersama Jono. Besok baru ke sini lagi," titah Mama Rita lagi.

"Ya udah, deh, makasih ya, Ma." Aku memeluk mama mertuaku dengan sayang.

Barulah setelah itu aku pamit pada Mas Zein.

"Aku akan menghubungi Mas nanti. Takut Mas kangen," candaku.

"Genit." Mas Zein menoel hidungku.

"Biarin."

"Sudah, sana. Hati-hati di jalan, ya." Kemudian Mas Zein mengecup keningku sekilas.

Meskipun ujian sedang melanda rumah tanggaku. Sebisa mungkin aku tetap terlihat tenang di hadapan semua orang. Terhadap Mas Zein pun aku masih bersikap manja seperti biasanya.

Aku rasa bukan bucin, hanya saja aku merasa Mas Zein dijebak.

Ada dalang besar dibalik insiden ini.

Dan sudah menjadi tugasku sebagai istri mengungkap kebenarannya.

Aku yakin, Allah akan selalu membantuku.

Mobil yang dikendarai pak Jono supir Mama Rita ini melaju, membelah jalanan kota Surabaya, membawaku pulang ke rumah yang sudah aku tinggalkan beberapa hari.

Di tengah perjalanan pulang, aku tak sengaja melihat Misyka bergandengan mesra dengan seorang pria masuk ke dalam mini market.

Kalau tidak salah, pria itu si Aldo pengacara Misyka yang datang kemarin.

Hemmm, sepertinya akan semakin seru kalau aku berhasil merekam kejadian ini.

"Berhenti di sini, Pak. Saya mau ke mini market itu sebentar," perintahku pada pak Jono.

"Baik, Non."

Keluar dari mobil yang sudah terparkir, bergegas aku memasuki mini market itu dengan ponsel yang sudah on kamera.

Tempat yang tidak terlalu besar memudahkan aku menemukan mereka.

Berpura-pura memilih belanjaan, aku berjalan pelan di belakang mereka. Sengaja menguping sambil merekam pembicaraan mereka. Siapa tahu saja ada pembahasan penting yang menguntungkanku.

Dewi Fortuna memihakku kali ini. Mereka sama sekali tidak menyadari keberadaanku di belakang sini.

"Sayang, nanti kamu minum jamu ini ya, biar kuat," kata Misyka. Tubuh mereka saling menempel satu sama lain. Benar-benar sudah putus urat malunya. Bisa-bisanya mereka begitu di tempat umum.

"Siap, cantik. Apapun akan aku lakukan asal bisa menyenangkanmu, Baby," sahut si tua bangka Aldo.

Sudah tua, masih saja bertingkah. Kalau saja aku tak mempunyai urusan dengan kedua orang ini, pasti mereka sudah aku labrak sejak tadi. Aku paling tidak suka dengan pengkhianatan.

"Terima kasih, Sayang. Sekarang yuk kita beli pengaman dulu."

Lalu kedua pasangan haram itu berjalan menuju kasir.

Kenapa aku bilang haram? Karena menurut biodata kantor, Misyka masih berstatus gadis.

Aku memutuskan untuk mengakhiri rekaman. Sepertinya sudah cukup. Aku terlalu jijik mendengar obrolan mereka.

Aku menyeringai bahagia melihat hasil rekaman video yang sangat berguna untuk membidik Aldo tepat di kepalanya.

Kita lihat, apakah Misyka masih berani melawanku setelah kehilangan tim pembelanya?

****

Esok harinya ...

"Selamat pagi, Pak Aldo. Apa kabar?" sapaku pada pengacara Misyka.

Pagi ini aku sengaja mengundang dia untuk bertemu di sebuah kafe yang tidak terlalu jauh dari sekolah Naura, agar aku tidak perlu bolak-balik ke rumah setelah mengantar Naura sekolah.

"Tidak usah basa-basi. Cepat katakan! Apa maksud Anda mengirim video itu pada saya?" sahutnya berapi-api.

"Santai dong, Pak. Hari masih pagi. Kenapa Anda seperti kepanasan begitu?"

"Saya tidak punya banyak waktu untuk meladeni orang tidak penting seperti Anda. Saya orang sibuk. Banyak kasus yang harus saya tangani. Waktu saya sangat berharga, jadi cepat katakan maksud Anda mengundang saya kesini."

"Tidak mau ngopi dulu, Pak, supaya bisa lebih rileks ngobrolnya."

"Tidak perlu! Anda tahu? Saya adalah pengacara yang terkenal, sibuk. Buat apa saya ngopi dan mengobrol dengan Anda."

Aku mengangguk-anggukkan kepala. "Sama. Saya juga sibuk. Anda pasti tahu dong, bagaimana sibuknya pemilik perusahaan Alian Attack? Suami saya masih sakit. Jadi, untuk sementara waktu saya yang menggantikannya."

"Kalau begitu, apa yang Anda tunggu?"

"Tidak ada. Saya hanya bukan tipe yang terburu-buru dalam hal apapun. Saya orangnya santai, Pak Aldo."

Pria berperut buncit yang duduk di depan ku ini menyunggingkan senyum remeh padaku.

"Kalau Anda berharap saya akan mundur mendampingi bu Misyka menghadapi Pas Zein, Anda siap-siap gigit jari. Karena hal itu tidak akan terjadi. Saya bukan Burhan yang gentar oleh ancaman receh Anda itu. Anda tidak akan menang melawan saya. Meskipun uang Anda banyak, hal itu tidak akan berpengaruh pada saya."

'Waw! Teguh pendirian rupanya. Sepertinya pesona Misyka sangat kuat untuknya,' batinku.

"Mungkin saya tidak bisa mengalahkan Anda secara langsung. Tapi kalau Bu Clara, bagaimana? Apakah Anda juga meragukannya?"

Pria berumur itu terlihat kaget ketika aku menyebutkan nama istrinya. Benar, Clara adalah nama istri Aldo si tukang selingkuh ini.

Lagi-lagi, Santos sangat bisa diandalkan. Semua informasi tentang Aldo sudah aku kantongi. Termasuk keaslian Video yang berdurasi 30 detik yang dikirim Misyka kemarin. Semua palsu belaka.

"Jangan bawa-bawa keluarga saya dalam masalah ini!" sentaknya sambil menggebrak meja. Matanya melotot tajam padaku.

Aku sedikit terlonjak. Tetapi sebisa mungkin aku menunjukkan ketenangan di depannya.

"Santai dong, Pak Aldo. Saya hanya ingin mengajak istri Anda bermain-main kok. Tidak ada maksud lain."

Aldo bergeming. Diusapnya keringat di wajahnya menggunakan sapu tangan yang diambil dari saku celana.

Wajahnya mungkin bisa dibuat biasa saja, tapi gelagatnya tak bisa membohongiku kalau sebenarnya dia takut kalau skandalnya dengan Misyka tercium oleh keluarga besarnya.

"Begini saja, Bu Salsa. Saya punya banyak bukti tentang affair yang dilakukan oleh Pak Zein dan klien saya. Jika Anda menghapus video saya, maka saya berjanji tidak akan membongkar bukti itu pada siapapun termasuk ketika di pengadilan sekalipun. Bagaimana? Impas bukan." Pria yang pantas menjadi ayah Misyka itu mencoba bernegosiasi padaku.

Sayangnya, aku sama sekali tidak tertarik.

"Kalau saya tidak mau?''

"Maka kebejadan Pak Zein akan tersebar ke seluruh penjuru kota. Jika hal itu sampai terjadi, saya pastikan perusahaan Pak Zein akan gulung tikar."

Hmmm yakin sekali orang ini.

"Bagaimana kalau saya yang lebih dulu menyebarkan skandal Anda dengan klien Anda, Pak Aldo? Apa hal yang sama juga bisa terjadi dengan karier dan masa depan Anda?"

Seketika wajahnya berubah garang dengan mata melotot tajam padaku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status