Bagaimana ia harus mencari uang pengobatan untuk anak semata wayangnya?!
Pikiran-pikiran itu melayang di dalam kepalanya.
Reyhan yang benar-benar kalut tiba-tiba terkejut ketika menyalakan motornya.
Lampu satu-satunya kendaraan yang ia miliki menyinari sebuah kertas lusuh. Selebaran tertempel di tiang listrik dan membuatnya tak mengedipkan mata sama sekali.
Lowongan pekerjaan sebagai seorang suami bayaran, dengan bayaran dua miliar!
Matanya membelalak.
Haruskah ia mengambil kesempatan ini?!
Reyhan turun dari motornya, berjalan menghampiri selebaran yang sudah hampir usang diterpa hujan. Bagai mentari setelah badai, dia tersenyum, baiklah, tidak masalah hanya menjadi suami kontrak, yang penting dirinya bisa menyelamatkan nyawa sang anak.
Reyhan mencatat nomor itu di ponselnya, lalu segera menghubunginya dan berharap masalah bisa selesai malam ini.
“Hallo,” sapa wanita di seberang sana, suaranya sangat merdu dan seksi.
“Hallo, saya Reyhan, saya melihat selebaran suami kontrak di pinggir jalan. Apa benar ada pekerjaan semacam itu?”
“Tentu saja, semua yang tertera di selebaran itu benar adanya.”
Reyhan tertegun. Lalu, setelah terdiam sebentar, ia memberanikan diri untuk bertanya kembali.
“A…aku tertarik melamar. Jadi…”
“Baik, kebetulan sekali aku baru pulang kerja. Kita bertemu sekarang, aku kirim alamatnya via chat.”
Telpon ditutup. Reyhan masih tidak percaya ia melamar pekerjaan aneh itu. Tapi, mengingat nyawa Kaesha dipertaruhkan, ia tak ada pilihan lain!
Reyhan mengira wanita yang mencari suami kontrak ini adalah wanita paruh baya, atau nenek-nenek peyot mungkin. Tapi Reyhan tidak menyangka jika suara wanita itu terdengar muda dan energik.
Baginya, mana mungkin ada wanita muda yang repot-repot mencari suami bayaran dengan kompensasi yang fantastis.
Reyhan pergi menuju alamat yang diberikan wanita itu, sebuah cafe santai di Jakarta. Ada sebuah ruang pribadi di cafe ini, Reyhan datang dan dihampiri oleh seorang pelayan yang tentu memandang jijik padanya.
Melihat pria yang celingukan dengan pandangan bingung, pelayan itu pun berkata dengan sopan, namun tetap memandang rendah pada Reyhan yang berpakaian kumuh dan kotor, “Mencari Nona Elaine? Beliau sudah menunggu di dalam, mari saya antar.”
“Baik, terima kasih,” ucap Reyhan seraya membuang muka dari pelayan tersebut. Ia menyadari jika pelayan itu menatapnya dengan rendah dan hal itu membuatnya sedikit kesal.
Pelayan itu melakukan tugasnya untuk mengantar Reyhan menuju sebuah private room yang dipesan oleh wanita bernama Elaine.
Setelah tiba di depan ruangan, pelayan pun membukakan pintu untuk Reyhan. Pandangannya langsung tertuju pada sosok wanita cantik dengan badan berisi yang cukup menggoda. Dari wajahnya, mungkin usianya sekitar 30an.
Di saat yang sama, Elaine pun termangu menatap Reyhan. Wajahnya yang tampan dengan postur tubuh proporsional membuat wanita itu terperangah menatap pria tersebut.
Setelah saling tatap beberapa detik, Elaine pun memecah suasana, “Masuklah!”
“Elaine Aditama,” ucapnya sembari mengulurkan tangan, wajahnya cantik, berparas ayu khas wanita Indonesia.
“Reyhan Adipati Sunarya,” balasnya.
Mendengar kata ‘Sunarya’ Elaine menaikkan sudut alisnya, “Hei, jangan bilang kamu pewaris Sunarya Group itu.” Tawanya melengkung memecah kesunyian dalam ruangan.
Reyhan sedikit gugup, tentu saja apa yang dikatakan Elaine sangat benar.
“Bu ... bukan! Jika aku dan dia adalah orang yang sama, tidak mungkin aku berada di sini untuk bekerja sama dengan anda.”
“Iya ... iya, kamu benar juga.”
Seorang barista muncul dengan membawa dua cangkir kopi, meletakkannya di atas meja dan mengangguk pergi.
“Aku tidak tahu kesukaanmu, jadi aku asal pesan saja. Jika kamu tidak suka, bisa ganti.”
“Tidak apa-apa, aku suka semuanya.” Reyhan menjawab.
Elaine memandang pria di depannya dari ujung rambut hingga ujung kaki, selain pakaiannya yang kumuh karena keringat atau air hujan, Elaine tidak menemukan kekurangan apapun dari tubuh dan wajah pria ini.
Karena Reyhan tidak nyaman dipandang seperti ini, dia langsung berkata, “Nona Elaine, bisa kita mulai?”
“Wah, buru-buru sekali? Kamu belum mendengar syarat dariku bukan? Bagaimana kalau ternyata syarat ini sedikit memberatkan kamu?” ujar Elaine menyeriangi.
“Tidak masalah, tapi syarat dariku hanya Nona Elaine bisa membayar DP setengah dari harga yang dijanjikan, bagaimana?”
“Okay, asal kamu bisa diajak bekerjasama. Jangankan setengah, aku bisa memberikan kamu seluruh bayaran di muka.”
Reyhan terlihat sangat senang, tentu saja dengan uang 2 miliar dia bisa melunasi biaya pengobatan Kaesha, putrinya, dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka dalam waktu yang lama.
“Ini syarat yang aku ajukan!” Elaine menyodorkan selembar map berwarna merah pada pria itu.
Reyhan membukanya pelan, membaca satu persatu dari isinya.
Isinya adalah, pihak pria dan wanita tidak boleh melakukan kontak fisik tanpa seijin pihak wanita, kecuali ini sangat diperlukan dan mendesak.
Dan pihak pria hanya boleh bekerja jika pekerjaan itu dianggap layak bagi pihak wanita untuk dikerjakan.
Pihak pria juga tidak boleh memiliki hubungan lain dengan lawan jenis, ini bertujuan agar tidak mencoreng nama pihak wanita.
“Reyhan, ingat, kita hanya menikah di hadapan orang lain, tapi sebenarnya ini adalah hubungan kerja.”
Suara Elaine yang merdu memecah lamunan Reyhan, dia mengangguk sambil menutup map, tentu saja setelah membubuhkan tandatangannya di sana.
“Mulai sekarang, aku adalah majikannya dan kamu adalah karyawannya. Sederhana tapi kamu harus mengikuti semua perintahku.”
Reyhan tersenyum dan berkata, “Nona Elaine, aku sudah mengingat isi kontraknya. Aku pasti akan memainkan peran ‘suami kontrak’ ini dengan baik.”
“Jangan panggil aku Nona Elaine, panggil saja Elaine.”
Setelahnya, Elaine mengeluarkan tas hitam dari bawah meja, dia lalu memberikannya pada pria itu. “Ini sesuai dengan permintaanmu, aku akan tambahkan 500 juta lagi setelah kita menikah secara sah di depan pemuka agama.”
“Sekarang kamu boleh pergi, pernikahan akan diadakan lusa, aku akan menghubungimu kembali.” Kata Elaine dengan nada setengah mengusir.
Reyhan tentu saja tidak peduli dengan tatapan Elaine yang mengejek dan semacamnya, dia memang segera ingin pergi karena harus ke rumah sakit dan membayar semua biaya pengobatan Kaesha.
Reyhan tiba di rumah sakit paling terkenal di Jakarta, karena memang tempat ini paling dekat dengan kosannya. Wajar saja biaya pengobatan putrinya sangat mahal, karena fasilitas dan tempat yang ditawarkan rumah sakit ini tentu saja berbeda dari yang lain.
Reyhan langsung saja menghampiri staf administrasi tanpa pulang untuk sekedar mengganti pakaiannya yang sudah kotor dan kumuh.
“Saya ayah dari pasien bernama Kaesha Anindya Sunarya, saya ingin …”
“Oh, Tuan ingin membawa pulang pasien? Biaya pengobatannya memang besar, apalagi pasien harus menjalani operasi. Saya memang sedikit prihatin dengan pasien tidak mampu seperti kalian, lain kali bawa saja ke puskesmas atau gunakan layanan kesehatan gratis dari pemerintah,” ujar seorang staf wanita yang memotong ucapan Reyhan tadi.
“Maksud anda apa?” tanya Reyhan menegang, jelas-jelas dia membawa uang saat ini, bahkan apapun akan diberikan asal Kaesha bisa diselamatkan.
“Apa kurang jelas ucapan saya? Ini dokumen pemulangan pasien, untuk biaya pengobatan selama 5 jam juga sudah ada di sana. Jika anda tidak mampu juga membayar biaya rawat 5 jam terakhir, anda bisa tinggalkan KTP dan besok datang lagi,” ujarnya dengan ketus dan memandang rendah ke arah Reyhan.
Reyhan lalu terdiam, matanya nyalang karena penghinaan orang di depannya itu.
“Pasien ada di ruang perawatan sementara, silahkan tanda tangan!” ujar staf itu lagi dengan nada sinis penuh sorotan tajam.
Tiba-tiba …
Buuummmm!
Reyhan melempar sebuah tas hitam berisi setumpuk uang di atas meja administrasi. Wajahnya berkilat-kilat karena amarahnya memuncak!
“Ini uang 500 juta! Apa sudah cukup? Jika masih kurang, aku akan tambah lagi berapapun uangnya!”
Elaine merasa dia sudah berusaha adil pada kedua anaknya. Tapi entahlah namanya pemikiran orang dia tidak bisa menebak.Elaine mengerucutkan bibirnya, “Bagaimana bisa aku begitu menyayangi anak itu, aku memarahinya satu kali maka dia akan membalas 10 kali. Anak itu begitu pandai berbicara, dia pantas menjadi penerusmu.”“Abi ingin menjadi seorang pengacara, menegakkan keadilan.” Elaine tersenyum.Tahun ini Kaesha sudah berusia 17 tahun dan Abimanyu 11 tahun. Saat itu Reyhan datang ke kamar putrinya, dengan canggung berkata, “Bagaimana dengan sekolahmu?”“Papa.” Kaesha tidak lantas menjawab, lantaran kaget dengan sosok papanya yang masuk ke kamar. Perasaan campur aduk kini memenuhi seluruh ruangan.Reyhan tidak akan secanggung ini jika bertemu dengan Abimanyu atau sekedar mengobrol dengannya, mungkin karena Abimanyu adalah laki-laki sedangkan Kaesha adalah seorang putri yang sudah remaja. Sangat tidak baik jika dia memberikan kesan yang buruk.“Sekolah, baik Pa.”“Tahun depan kamu suda
Reyhan diberitahukan seperti itu, tidak kalah paniknya dengan Elaine. Dia berlari keluar dan memanggil sopir untuk menyiapkan mobil. Setibanya di rumah sakit, Elaine didorong menggunakan brangkar. Dokter dan perawat lalu masuk melihat kondisi Elaine. Dokter mencium cairan itu dan berkata dengan gugup, “Nyonya, jangan bergerak, cairan ketuban pecah. Aku akan segera perintahkan untuk mempersiapkan ruang persalinan dan dokter kandungan yang akan menanganimu.” Setelah mendengar itu, wajah Elaine menjadi pucat. Cairan ketuban pecah itu artinya anak akan segera lahir, tapi kandungannya baru berusia 7 bulan. “Dokter, tolong lakukan yang terbaik!” Elaine memegang perutnya dengan cemas dan bibirnya bergetar hebat. Reyhan pernah mendampingi Allesia melahirkan tapi dia tidak pernah menghadapi hal seperti ketuban pecah dan lain sebagainya. Karena dia merasakan ada keanehan, dia lalu bertanya pada dokter, “Apa yang terjadi, Dok?” “Istri anda akan dibawa ke ruang persalinan karena air ketubann
“Maaf Tuan, tiba-tiba ada seorang wanita yang muncul di depan mobil. Untung saja saya cepat menginjak rem, kalau tidak hasilnya akan parah sekali.” Supir sudah berkeringat dingin karenanya.“Turun dan lihat kondisinya. Jangan menunda waktu dan cepat bereskan.” Reyhan berbicara sembari melirik jam tangannya. Sama sekali tidak ada maksud untuk ikut turun dari mobil.Supir buru-buru mengangguk, mendorong pintunya dan turun dari mobil. Di depan mobil Mercedes hitam, seorang wanita duduk dengan sangat lemah. Kulit kakinya tergores membuat dia terus saja menangis kesakitan.Ketika perempuan itu mendengar ada orang yang mendekatinya, dia langsung menatapnya dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. Alhasil, rencananya gagal, yang keluar bukanlah CEO yang tadi bersamanya.“Nona, apakah tidak apa-apa?” Supir berjalan menghampirinya, lalu melihat perempuan itu dari ujung kaki ke ujung rambut. Ketika tidak menemukan luka serius pada tubuhnya, kecuali kaki yang tergores sedikit, supir itu ba
“Hallo, Nona Elaine. Aku Audi putri kedua dari Pak Walikota. Maaf dari tadi aku belum sempat menyapa.” Audi memegang tangan Elaine.“Tuan Reyhan, apa kabar?” Audi tidak lupa menyapa Reyhan, dibandingkan dengan Andin, Audi jauh lebih agresif dan terlihat berterus terang.“Nona Elaine, sekarang kamu sudah bergabung dengan wanita kelas atas. Mari aku perkenalkan teman-temanku. Kamu pasti bisa menyesuaikan diri dengan mereka.” Dengan cepat Audi menarik tangan Elaine agar menjauh dari Reyhan.Selang waktu berjalan, Reyhan sudah menghabiskan wine yang ada di gelas. Tiba-tiba seorang pelayan datang lagi menghampirinya, dan mengatakan bahwa Elaine sedang menunggunya di lantai atas dan meminta untuk ke sana.“Tunggu, untuk apa istri saya ke atas? Ini rumah pribadi, bukan hotel yang bisa dia masuk sesuka hati.”“Nona kedua mengatakan kalau Nyonya Elaine merasa tidak nyaman pada perutnya. Dia lalu membawa Nyonya Elaine beristirahat di kamarnya.”Reyhan merasa ini cukup masuk akal, tapi sebelum i
“Ceritanya sangat panjang, bahkan aku saja tidak tahu harus menceritakannya darimana.” “Ya Tuhan! Sungguh dia bahkan tidak mengundangku dalam pernikahan kalian. Apa dia sudah tidak menganggapku sebagai teman lagi?” Dania dari tadi begitu banyak pertanyaan dan Elaine tidak bisa menjawab semuanya. Dia dan Reyhan bisa dibilang memang sudah menikah, tapi pesta pernikahan dan acara lainnya bahkan belum diadakan sama sekali. “Apakah kalian menikah secara diam-diam?” Dania sungguh orang yang tidak bisa mengontrol ucapannya. “Bisa dibilang seperti itu, dan aku rasa itu juga cukup baik.” Dari ucapan Elaine, Dania bisa menyimpulkan bahwa wanita di hadapannya ini adalah wanita sederhana juga cantik. Reyhan menatap mereka dengan dingin, hatinya sudah dibakar oleh perasaan cemburu terhadap Dania yang jelas-jelas tidak sebanding dengan dirinya dilihat dari sisi manapun. Ketika Dania merasakan tatapan Reyhan, dia lalu berkata padanya, “Reyhan, kamu tidak mengundangku di hari pernikahanmu. Diam
Di dalam sebuah ruangan, ada boneka barbie besar seukuran dirinya. Boneka itu bisa bergerak dan memberi hormat, bagaikan robot tapi sangat mirip dengan manusia sungguhan.Hanya saja ketika tahu bahwa tangan Kaesha sedang memegang remote untuk menggerakkannya, Elaine tersenyum padanya.“Nyonya, apakah ada yang bisa dibantu?” Betapa terkejutnya Elaine, ternyata robot itu bisa berbicara.“Di mana kalian mendapatkan robot seperti ini?” tanya Elaine penasaran.“Robot barbie ini didatangkan langsung dari German oleh papa. Papa sudah memesannya selama satu tahun, dan bertepatan dengan hari ulang tahun Kaesha, robot itupun selesai dirakit. Jadi papa menjadikannya sebagai hadiah untuk Kaesha.”Elaine sungguh tercengang mendengarnya, apakah mereka benar-benar tidak memiliki tempat lagi untuk menyimpan uang. Hanya ulang tahun seorang anak kecil berusia 6 tahun, apakah perlu menghamburkan uang seperti ini?Apakah putranya nanti juga akan dimanjakan hingga ke atas langit ke tujuh seperti ini? Ya t