Kembalinya sang Prajurit Terbaik

Kembalinya sang Prajurit Terbaik

By:  White Phoenix  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings
33Chapters
2.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Barra Seno Dirgantara, seorang prajurit terbaik yang dimiliki oleh Negeri Darlan. Dalam tugasnya ternyata dia menemukan banyak kejanggalan saat terjadi demontrasi besar-besaran. Tidak disangka hal tersebut membuat Barra menjadi target untuk dilenyapkan. Hidupnya pun berubah setelah mengalami koma selama satu tahun. Saat terbangun, lelaki itu menemukan suatu kenyataan menyakitkan, sang ibu telah meninggal dunia karena kesedihan yang amat dalam. Barra hidup dengan menyimpan amarah dan dendam terhadap Militer Negara Darlan, hingga sosok besar menemukannya dan memberi penawaran untuknya, mengungkap suatu pengkhianatan dan konspirasi kejahatan. Kembalinya sang prajurit terbaik adalah titik balik Militer Negara Darlan, membuktikan kesetiaanya terhadap Negara. Barra kembali demi melindungi negara dan juga orang-orang yang peduli padanya. Cover by Habits Creative Follow IG Author: @whitephoenix2199

View More
Kembalinya sang Prajurit Terbaik Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Lollitha Meymei
Bagus ceritanya! lanjut kak, kayaknya Marissa jagoan juga deh.
2023-04-14 14:54:56
3
user avatar
Mangata
Wah ini ceritanya bener-bener kayak lagi di kalangan tentara. Gak sabar baca bab selanjutnya
2023-04-11 10:36:30
2
33 Chapters
BAB 1. AWAL TRAGEDI
“Anda mengetahui terlalu banyak hal, Komandan! Atasanku menginginkanmu mati!” Degh! Hegh! Hitam. *** Pagi ini hari Sabtu, di awal bulan September tahun 2020 terjadi demo besar-besaran mengelilingi area Departemen Kerakyatan Negeri Darlan. Lebih dari sepuluh ribu massa bergerak secara damai dari tugu kebangsaan hingga tepat berkumpul di tempat ini. Barra Seno Dirgantara, seorang perwira muda berusia 30 tahun, berpangkat Kapten bertindak sebagai Komandan Pengamanan Khusus hura-hara. Dengan mengenakan baju dinas khusus lengkap dengan, sosok tersebut memantau jalannya pengamanan dari radio genggam lapangannya. Matahari semakin merayap naik hingga mencapai puncaknya, peluh membanjiri siapapun yang saat itu berada di titik kumpul orasi penyeruaan suara rakyat digelar. Belum ada satupun perwakilan kabinet yang menindaklanjuti suara demonstran. “TURUNKAN HARGA BBM, TOLAK TENAGA KERJA ASING DAN NAIKAN UPAH KERJA PRIBUMI!” Demikian orasi yang menyeruakan hati rakyat. Sambutan antu
Read more
BAB 2. BERITA TERPAHIT
Perlahan tubuhnya yang masih terasa kaku bangkit dari posisi tidurnya. Barra memerlukan beberapa waktu hingga sedikit demi sedikit ingatannya membentuk suatu puzzle tertaut sati demi satu hingga akhirnya dia dapat menmegingat kejadian terakhir. “Bukannya seharusnya aku mati,” gumamnya ketika bayangan sosok penembaknya muncul. Ya malam itu, Barra terbangun saat menyadari seseorang masuk dalam kamar tahanannya. Kemudian mata lelaki itu tertuju pada tumpukkan surat kabar yang tertata rapi di atas nakas, samping tempat tidurnya. Tangannya terulur spontan meraih salah satunya yang berada paling atas. “Hah, 13 September 2021?” Barra terkejut saat membaca tanggal surat kabar tersebut. Barra tertegun selama itukah dia tidak sadarkan diri. Lantas siapakah yang sudah merawat dan menyiapkan semua ini. Jelas dirinya bukan berada dalam kamar perawatan rumah sakit, berarti ada yang membawa dan menyembunyikannya di tempat ini. Dia pun melangkah setelah melepas selang infus. “Apa ada orang
Read more
BAB 3. TAWARAN DARI SOSOK BESAR
Jack menatap tajam sosok gagah yang duduk di ujung, tersembunyi ketika awal dia masuk kabin tersebut. “Siapa yang Anda maksud?” tanya Jack. Sosok itu pun tersenyum, auranya sangat kuat terpancar dari wajah yang sudah berumur. Sorot mata Jack secara tidak langsung bertatapan dengan netra hitam milik lelaki itu. “Tentu saja kamu, Kapten Barra Seno Dirgantara. Apa Anda sudah melupakannya?” Kedua tangan yang tergantung mengepal secara refleks, menahan sakit yang kembali mendera. “Maaf, aku tidak mengenalnya. Mungkin Anda salah orang,” ucap Jack seraya memablikkan tubuhnya hendak keluar dari kamar kabin itu. “Tunggu! Aku datang menawarkan sesuatu, setidaknya sebagai warga negara yang baik sudah seyogyanya turut andil dalam menyelamatkan negeri ini, dari peng-khia-natan.” Degh. Langkah Jack terhenti. Masih tetap memebelakangi sosok yang berbicara dengannya, Jack menunggu kata-kata selanjutnya. Baginya kata terakhir yang sengaja dieja perlahan dimaksudkan untuk menarik perhatai
Read more
BAB 4. SIAP BERAKSI KEMBALI
“Apa maksud Anda, Kapt?” Danu kebingungan saat melihat rahang Barra mengeras dengan sorot mata diliputi amarah. “Di mana kamu berdinas sekarang?” “Siap, saya sekarang dialihkan ke detasemen kemarkasan daerah , Kapt.” Jack berdiam sejenak kemudian dia pun memberi intstruksi. “Tolong carikan aku nomor kontak Jenderal Ramses, atau prajurit wanita yang bernama Marissa. Setelah itu hubungi aku.” Jack mengeluarkan sebuah ponsel edisi lama hingga Danu terkejut ketika melihat alat komunikasi seorang atasan adalah tipe yang sekarang saja sudah tidak diproduksi lagi. Ingin tertawa tapi Danu menyadari penampilan Barra diluar prediksinya, dan dia tidak berani menanyakannya. Danu mengambil ponsel Barra dan memasukkan nomonya sendiri kemudian melakukan panggilan ke ponsel pribadinya. “Anda mengenal Jenderal Ramses, Kapt?” tanyanya seraya mengembalikan ponsel Barra. “Lekaslah kembali setelah memastikan istrimu dalam keadaan aman. Aku akan menghubungi setelah bertemu dengan Jenderal Ramse
Read more
BAB 5. HASRAT MELENYAPKAN
“Sayang, ada apa?” Ramses menghentikan sang istri ikut cam pur dalam pembicaraan penting mereka. “Opss maaf. Mama cuma mau ijin bawa Icha saja kok,” jawab Mella seraya melempar senyum manja pada suaminya. Namun jelas terlihat bahwa itu hanya sandiwara saja, bukankah mereka baru saja datang. Ramses sangat tahu isi pikiran sang istri. Barra menanggukkan kepalanya sopan pada istri sang jenderal, sementara Marissa hanya diam saja menunggu perintah lebih lanjut. “Ya sudah, Mama ke kamar saja deh, Icha besok sore saja temani Ibu ke salon ya, besok malam ada pertemuan dengan ibu ketua.” Mella pun berbalik keluar dari ruangan sambil melemparkan senyum penuh arti pada Barra. Sekali lagi, Barra memberi hormat. “Maaf ada sedikit iklan lewat. Kita lanjutkan lagi. Icha tutup pintunya,” ucap Ramses sekaligus memberi perintah pada Marissa. Suasana kembali menjadi serius saat Ramses menyalakan laptop dang menampilkan suatu data pada layar barco yang begerak otomatis turun saat hendak digu
Read more
BAB 6. SOSOK BERJAKET HITAM
Acara kemeriahan panggung prajurit masih berlangsung namun Barra meninggalkan tempat tersebut. Bahkan beberapa prajurit yang ingin berkenalan dengannya terpaksa diabaikan karena Ramses memanggilnya.Saat Barra tiba bersamaan dengan Marissa yang baru keluar dari ruangan Jenderal Bintang Tiga tersebut.“Selamat siang, Kapt. Anda ingin menghadap Bapak, Kapt?” tanya Marissa seraya tersenyum.Melihat senyuman prajurit wanita tersebut membuat Barra tidak suka.“Apakah selalu demikian kamu menggunakan kecantikanmu untuk menggoda laki-laki?” ujar Barra sarkas.Spontan senyum Marissa hilang dan berganti dengan raut wajah terkejut,“Hah? Apa maksud Anda, Kapt?”Alih-alih menjawab, Barra justru melewati tubuh Marissa dan mengetuk pintu ruangan Ramses. Lelaki gagah yang sialnya memiliki wajah sempurna itu mengabaikan tatapan Marissa. Wanita itu pun hanya menarik napas dan menggelengkan kepala.Selalu salah, batin wanita berusia 25 tahun itu.Tiba-tiba ponsel Marissa berbunyi. Tanda indica
Read more
BAB 7. BARRA DAN DANU DISERANG
Proses pengisian bahan bakar si pengendara berjaket hitam selesai. Dia segera menghidupkan motornya dan melaju pergi keluar dari area pom bensin.Demikian juga mobil dinas Barra mulai beranjak keluar dari area pengisian bahan bakar, dan kini melaju ke jalan utama. Namun tidak terlihat satu pun pengendara yang berjaket hitam itu.“Bang, mereka sudah tidak ada.”“Hmm.”Kembali Barra mengecek GPS, setelah melalui pertigaan tidak ada lagi fasilitas umum. Barra berpikir sejenak, perasaannya mengatakan akan terjadi sesuatu, sebelumnya dia pernah merasakan hal itu.“Kita ke mana, Bang?” tanya Danu.“Belok kanan.”“Yakin Bang?” Danu menoleh pada Barra.Jalan yang akan dilalui merupakan jalan sepi yang akan menuju ke pegunungan sehingga dalam jarak tertentu tidak akan ditemui perkampungan. Kiri kanan di penuhi dengan kebun kelapa yang sawit.“Ya, aku tahu.”Tekanan suara Barra penuh misteri. Danu hanya bergidik sendiri mendengarnya. Selama ini seniornya terlalu sulit ditebak ketika men
Read more
BAB 8. BARRA MENODONGKAN SENJATA
Mobil yang membawa istri dari Jenderal Ramses memasuki lobi utama Griya Anggrek, suatu gedung pertemuan bagi istri petinggi militer di Negara Darlan. Hanya orang yang memiliki kartu pengenal tertentu dapat masuk ke area gedung dengan pengamanan ketat.Marissa membuka jendela depan dan menunjukkan kartu pengenalnya sekaligus menyebutkan siapa yang berada bersamanya.“Nyonya Mella Ramses tiba di Griya,” lapor salah seorang penjaga gerbang.Setelah proses pemeriksaan mobil mewah berwarna hitam itu pun diijinkan masuk, hingga tiba di depan lobi utama dan Marissa dengan gerakan cepat turun dari kendaraan, membuka pintu penumpang.“Selamat datang Nyonya Ramses,” sapa seorang wanita dengan penampilan yang glamour. Mella tersenyum dan menerima uluran tangan wanita tersebut.“Ibu, ruangan ganti ada di sebelah kiri,” ujar Marissa pada Mella, mengingatkan.Rupanya ucapan Marissa tidak disukai oleh wanita yang menyambut Mella, dengan tatapan sinis wanita tersebut menatap tajam pada Marissa.
Read more
BAB 9. MARISSA DALAM BAHAYA
Waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Makan malam telah usai dan kini mereka semua berkumpul di ruang keluarga.Mella menangis mendengar cerita dari beberapa pelayan yang menghubunginya lewat telepon. Ramses tidak habis piker mengapa Barra begitu membenci Marissa hingga tega menodongkan senjata.“Barra ada apa ini?”Sebelumnya Ramses meminta beberepa pelayan bercerita, dan kemudian menyuruh para pelayan pergi meninggalkan ruangan tersebut. Yang tersisa adalah Ramses, Mella, Barra, Marissa, Danu dan Rangga.Suara televisi sudah dimatikan, keheningan menyelimuti saat mata Ramses memandang satu per satu anak muda yang sudah dianggap sebagai anaknya semua.“Jelaskan padaku alasanmu menodongkan senjata pada Marissa,” ujar Ramses berwibawa.Barra menarik napasnya sejenak, lalu melirik ke arah Marissa yang tertunduk.“Seminggu yang lalu, saya diserang oleh pengendara motor. Dan kemudian saya menyelidiki hal tersebut, dengan meminta rekaman CCTV jalan raya. Saya menemukan kenyataan jika
Read more
BAB 10. RENCANA MASING-MASING
Barra dan Danu menatap Ramses penuh pertanyaan, sementara lelaki di hadapan mereka justru terlihat tenang, padahal baru saja mengeluarkan pernyataan jika anak angkat kesayangan istrinya dalam bahaya.Sungguh aneh, pikir Barra dalam hati. Danu mengubah posisi duduknya.“Pak, apa kita bisa bergerak melindunginya? Maksud saya-” usul Danu yang penuh maksud terhenti saat melihat tangan sang jenderal.Senyum Ramses mengembang sempurna. Lelaki yang sudah lebih dari separuh abad mengenyam asam manis hidup tersebut hanya menepuk pahanya dengan telapak tangannya. Matanya menyapu kedua anak laki-laki harapannya secara bergantian.Waktu sudah hampir jam sembilan malam, sudah waktunya untuk istirahat malam. Lelaki itupun bangkit berdiri,“Sudah waktunya istirahat.”“Tapi, bagaimana dengan Marissa?” tanya Barra spontan.Ramses menaikkan salah satu alisnya seraya menatap pria muda gagah di depannya. Senyumnya kembali mengembang.“Biarlah aku yang mengurusnya. Kamu selesaikan tugasmu, bukankah
Read more
DMCA.com Protection Status