Share

13. Jebakan

"Jangan---Bu."

Terlambat. Bu Sukoca sudah terlebih dahulu memegang handphone miliknya.

"Aduh, Ibu gak bisa baca, Sya. Lupa pakai kaca mata." Bu Sukoco tertawa sambil memandang layar handphone di tangannya.

Mendengar itu, Syakila menghembuskan napas lega.

"Lagian, itu bukan dari seseorang yang mau nawarin endorse, Bu. Cuma orang gak penting," ujarnya.

"Kan siapa tahu aja, Sya. Ibu pengen lihat kamu sukses dan maju."

"Aamiin, Bu. Do'akan saja, ya."

"Apa Ibu promosikan akun kamu sama temen-temen arisan ibu aja ya, Sya? Temen-temen Ibu ada yang punya usaha tas, kosmetik, sendal, sepatu. Yang usaha berlian juga ada. Gimana?"

Syakila nampak tersenyum simpul. Ia sama sekali tidak tertarik dengan penawaran itu.

"Eeeh, malah senyum doang. Kamu setuju 'kan?" Ibu dari Devan itu kembali bertanya, sebab reaksi lawan bicaranya terkesan biasa saja.

Padahal orang tua itu berharap Syakila akan antusias seperti dirinya.

"Gak usah, Bu. Saya tidak begitu tertarik. Lagian, saya cuma iseng aja main toktok
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status