Share

Berlian VS Emas Dahlia

Penulis: Lian Nai
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-16 20:58:00

.

.

Maya sudah bersiap dengan setelan blazer berwarna nude dengan kaos ketat berwarna putih sebagai dalamannya. Tak lupa, kalung berlian berbentuk bulat dengan aksen mungil melingkar indah di lehernya yang putih dan jenjang. Satu gelang dan satu cincin emas putih menambah kesan betapa mewah dan elegan tampilan Maya kali ini. 

"Mau pakai mobil apa motor?" tawar Abian. Maya yang sedang memoles bibir pun menoleh. "Mobil dong, Mas. Sekalian ke rumah Ibu sepulang dari Restoran nanti."

Abian mengangguk patuh. Dia memilih keluar dan memanaskan mesin mobil terlebih dahulu.

Setelah dirasa cukup, Maya membuka lemari tas-nya dan mengambil salah satu koleksi tas paling mahal miliknya. Tas kecil berwarna putih semakin menyempurnakan tampilan Maya siang ini.

"Wah, Mbak Maya sudah siap juga ternyata. Mau ikut gabung di mobilnya Bu Sur?" Bu RT menyapa Maya yang kebetulan hendak membuka pintu pagar. "Saya bareng Mas Abian saja, Bu," tolak Maya halus. "Sepulang nanti mau sekalian berkunjung ke rumah mertua," sambungnya.

Bu RT mengangguk paham. Dia berlalu bersama dua ibu-ibu lainnya menuju rumah Bu Sur. Sepertinya mereka sudah membuat janji untuk pergi bersama. 

"Cantik sekali ya Mbak Maya, mana kalungnya bersinar lagi. Tapi emas bukan ya, kok warnanya putih?"

"Eh, jangan salah, sekarang banyak kok emas putih. Lebih mahal malah," sahut Bu RT.

"Tapi kayanya itu kalung mainan deh, Bu RT. Aku nggak yakin Mbak Maya punya perhiasan mahal, apalagi kata Eti suaminya itu cuma tukang cuci piring di Restoran Mas Surya."

Sayup-sayup Maya mendengar obrolan tiga tetangganya yang baru saja berjalan melewati rumahnya.

"Bu RT, tunggu ...!!!"

Dahlia buru-buru mengunci pintu setelah menarik putranya keluar dengan kasar. "Cepat dong, nanti Mama ketinggalan ini," celetuknya tanpa kelembutan. 

Bu RT dan dua orang lainnya berhenti. Mereka menoleh dan mendapati Dahlia berlari-lari kecil sembari menggandeng tangan mungil di sisi kanan.

"Ck, mobil rental aja belagu!" sindirnya ketika melihat Abian mengeluarkan mobil dari dalam halaman yang diaplikasikan sebagai garasi terbuka. "Segitunya pengen dibilang kaya. Dasar madesu!"

Maya yang memang sedang berdiri di samping pagar yang terbuka pun menoleh serta menatap tajam pada sosok wanita yang mengenakan gamis berwarna hitam dipadukan dengan jilbab kuning menyala. Seperti biasa, jilbab segi empat yang seharusnya menjuntai ke depan itu dia singkap ke belakang menampakkan kalung panjang yang ia kenakan. Dua gelang menghiasai pergelangan tangan kanan dan kiri, tak lupa beberapa cincin juga bertengger rapi di jari-jari gemuk Dahlia.

"Segitunya pengen dibilang kaya, itu emas-emas udah lunas kan cicilannya?" sindir Maya tanpa menoleh ke arah Dahlia. Wanita itu menghentakkan kaki dan kembali berjalan mendekati Bu RT. "Gaya hasil ngutang, malu dong!" teriak Maya.

Abian hanya geleng-geleng melihat sikap istrinya yang berubah julid sementara Dahlia menoleh lagi sembari mengepalkan tangannya. Lagi-lagi wanita itu mencak-mencak dan menyeret putranya agar berjalan lebih cepat.

***

Suasana Restoran terlihat cukup ramai. Seperti biasa. Memang selalu begini kondisi Restoran cabang milik Abian. Hanya saja, satu bulan belakangan Satria membodohinya dengan mengatakan bahwa Restoran begitu sepi, bahan-bahan banyak yang membusuk dan akibatnya Abian diminta mengirim dana tambahan untuk menutup biaya dapur.

Desain Restoran yang terbuat dari kaca transparan membuat siapapun yang ada di luar bisa melihat kondisi di dalamnya.

"Sepertinya Eti dan suaminya belum datang, Mas," ucap Maya ketika menatap kumpulan ibu-ibu yang berada di pintu masuk. "Lihat, mereka seperti sedang mau demo." Maya cekikikan melihat para tetangganya yang berdiri berjajar di depan Restoran. 

"Mas ingin dengar kebohongan apa yang akan Satria katakan nanti."

Maya mengangguk. Dia keluar dari dalam mobil dengan disaksikan semua tetangga julid-nya. Dahlia mencebik, Bu Sur mengipasi wajahnya dengan mengibaskan tangan di udara membuat gelangnya bergemerincing, sementara Ibu-ibu yang lain menatap heran ke arah Maya yang begitu ... cantik dan anggun.

"Cantik sekali sih, Mbak Maya," puji Bu Puji, sekretaris di Perumahan Citra Kencana. "Seperti wanita karir," sambungnya.

Maya menanggapi dengan tersenyum. "Terima kasih, Bu. Kenapa nunggu di depan, ayo masuk!" ajak Maya.

Semua tetangga bergeming. Mereka saling pandang lalu kemudian menatap bingung ke arah Maya. 

"Mbak Eti belum datang sepertinya, Mbak. Kita tunggu di depan saja, malu kalau sudah masuk tapi nggak pesan apa-apa," sahut Bu RT. "Lagipula kami kesini niatnya mau makan gratisan. Kalau Mbak Eti gagal datang, bisa tekor kita."

Ibu-ibu yang lain mengangguk menyetujui. "Mari masuk, ibu-ibu bisa makan sepuasnya di Restoran ini. Tidak perlu menunggu Satria dan istrinya. Mari!"

Suara Abian semakin membuat mereka ternganga. "Kalau Mbak Eti nggak jadi datang, emang situ mau bayarin? Yakin gaji cuci piring di sini cukup buat bayarin kita semua?" celetuk Dahlia pedas. 

"Seandainya uang Mas Abian tidak cukup, sepertinya kalung berlian ini bisa digunakan untuk membayar biaya makan kita semua. Beli semua emas yang ada di badan Mbak Lia saja cukup loh. Mau bukti?" sombong Maya sembari mengusap-usap kalung mungilnya.

Dahlia mencebik. "Kalung imitasi saja sombong!'

Maya hendak membuka mulut ingin menyangkal ucapan Dahlia, tapi genggaman tangan Abian membuat bibirnya kembali mengatup rapat.

Tiba-tiba dari arah belakang ....

"Aduh, ibu-ibu maaf ya kalau aku sama Mas Sat telat."

Maya dan Abian menoleh. Eti berjalan pongah melenggak-lenggok sementara Satria terpaku melihat siapa yang ada di depan matanya saat ini.

"P-- pak Abian?"

Bersambung 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Sujadi Mulyanto
makin panas
goodnovel comment avatar
Tak Taoh Koh
good wenak
goodnovel comment avatar
GAGAK AGUNG
ya bagus dan ok
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dikira Miskin Saat Menghadiri Hajatan Tetangga   Terungkap

    Tubuh Gading mematung. Lagi-lagi pertemuannya dengan Laura membawa kilas pedih pada masa lalu. "O-- oh, hai, Ra," sapa Gading kikuk. "Sama suami kamu lagi?"Laura bergeming sementara Hesty menatap heran ke arah suaminya. "Mas kenal suami Laura?" tanya Hesty menyelidik.Gading mengedikkan bahu. Dia menurunkan Seila dan menjawab. "Kapan hari kan Mas ketemu Laura sama suaminya. Gading, Mas!" Gading menjulurkan tangannya di depan Reyhan. "Reyhan, Mas," sahut mantan suami Hesty datar. "Kalau begitu kami pamit dulu. Permisi!"Reyhan berjalan sembari menggandeng tangan Mazaya sementara Laura mengekor di belakang mereka dengan air mata yang menganak sungai. "Mas ...." Panggil Hesty lirih. Gading menoleh. Wajahnya berubah sendu ketika bertemu Laura untuk yang kesekian kalinya. "Dia ... mantan suamiku," aku Hesty."Dia?"Hesty mengangguk. "Sepertinya dia baru keluar dari penjara. Entah bagaimana ceritanya, Mas Reyhan ... tidak mau membahas luka yang sudah aku ciptakan."Gading seketika men

  • Dikira Miskin Saat Menghadiri Hajatan Tetangga   Dipermainkan Takdir

    "D-- dia istri kamu, Mas?" tanya Hesty gagap. Kedua matanya memanas melihat Mazaya, gadis kecil yang begitu Reyhan lindungi ternyata putri dari wanita yang sudah ia hancurkan rumah tangganya. "D-- dia ...?"Reyhan terkekeh getir. Dia melepaskan genggaman tangannya pada Mazaya dan mempersilahkan wanita di sampingnya menggendong putri kecil yang beberapa menit lalu ia cari-cari."Kalau wanita seperti kamu saja bisa membuangku tanpa berpikir dua kali, apa kamu pikir ada wanita lain yang mau menerimaku sebagai suami, Hes?" tanya Reyhan perih. "Aku hanyalah pria kotor yang rela melakukan apa saja demi memenuhi gaya hidup istriku dan keluarganya. Tapi itu dulu ... sekarang, aku hanyalah seorang pria yang berjuang untuk keluarganya. Untuk Emak dan Bapakku di kampung. Apalagi setelah aku tahu bahwa putriku hidup dengan layak, sepertinya memang aku harus meredam ego. Demi masa depannya. Demi mentalnya. Jaga dia!"Reyhan melengos sembari mengusap sudut matanya yang berair. Sejenak kemudian, dia

  • Dikira Miskin Saat Menghadiri Hajatan Tetangga   Istri Reyhan?

    "Apa kabar, Hes?" Reyhan bertanya dengan nada dingin. Bertanya kabar mantan istrinya dengan air muka begitu tenang. "Putriku sudah sebesar ini ya? Boleh aku gendong?"Seila menggeleng kata tangan Reyhan terangkat ke udara. Gadis kecil itu berlari bersembunyi di belakang tubuh Bu Sur dan berceloteh gemas. "Kata Papa gak boleh! Jangan gendong Seila, Om," ucapnya cadel. Hati Reyhan berdenyut nyeri. Seila, bayi mungil yang dulu selalu nyaman berada dalam gendongannya kini menolak pelukan darinya dengan dalih dilarang oleh Papa. Papa siapa yang Seila maksud, batin Reyhan."Om cuma mau peluk. Boleh?"Seila menggeleng takut. Kedua mata Reyhan memanas dengan satu tangan yang kembali menggenggam erat jemari Mazaya. Gadis kecil yang usianya sepadan dengan Seila."M-- Mas sudah bebas?" tanya Hesty dengan suara bergetar. Ada perasaan bersalah yang teramat dalam untuk mantan suakmunya itu. Bagaimana dulu Hesty memilih bercerai karena Reyhan kedapatan tertangkap polisi sedang mengedarkan barang ha

  • Dikira Miskin Saat Menghadiri Hajatan Tetangga   Mengasuh anak dari wanita lain

    "Nanti siang aku mampir ke Restoran ya, Mas?"Hesty yang sedang menyuapi putrinya berbicara manja pada Gading. Sejak setahun yang lalu suaminya bekerja di Restoran milik Abian dan kehidupan Hesty perlahan-lahan mulai membaik. Gaji yang Abian tawarkan memang tidak kaleng-kaleng. Apalagi selama ini Restoran itu terkenal dengan hidangan yang lezat. Ada harga, ada rasa."Memangnya nanti siang mau kemana?" tanya Gading menelisik. "Jalan-jalan?"Hesty nyengir. Dia mengangguk ragu dan melirik Bu Sur yang juga tengah sarapan bersama mereka di ruang makan. "Boleh ya, Mas?""Boleh, sekalian ajak Ibu."Bu Sur mengangkat kepalanya. Matanya memanas. Untuk pertama kalinya dia merasakan kehangatan dari hubungan rumah tangga Hesty. Kegagalan di masa lalu membuat wanita muda itu banyak belajar bahwa menerima kekurangan pasangan jauh lebih baik daripada harus saling menuntut."Bapak gak sekalian, Ding?"Gading tertawa lebar. "Ki

  • Dikira Miskin Saat Menghadiri Hajatan Tetangga   Anak siapakah itu?

    "Apa kabar anak Ayah hari ini? Bunda nakal gak? Kamu menyusu dengan baik kan?" goda Abian sembari mengambil alih sang putra dari gendongan Ibunya. "Jelas dengan baik lah, kan Ayah sudah kehilangan jatah menyusu," sahut Ibu sarkas.Maya dan Abian mematung. Keduanya tergelak ketika menyadari ucapan Ibu terlalu frontal sore ini."Ibu apa-apaan sih, ada Bu Saroh tuh, gak baik bicara seperti itu. Bikin kita malu aja!" gerutu Abian yang dibalas tawa renyah oleh Ibu."Diskusi apa sama Maya, Ibu boleh tau?"Abian mengangguk. Mereka berjalan menuju ruang makan sementara Abimanyu ia serahkan pada Bu Saroh."Tolong ajak Abimanyu sebentar ya, Bu.""Dengan senang hati, sini anak manis," sahut Bu Saroh yang tersenyum lebar mendapatkan tubuh Abimanyu yang mungil dalam dekapan. "Jadi aku tadi mampir ke rumah Mbak Hesty, Bu," kata Abian bercerita. "Kebetulan kepala dapur di Restoran Cempaka resign, dia ikut istrinya pulang kampung dan cari kerja disana saja katanya. Aku pikir, daripada aku ambil ora

  • Dikira Miskin Saat Menghadiri Hajatan Tetangga   Belajar dari Kesalahan

    Satu minggu kemudian ....Abian pulang dengan membawa rasa rindu pada istri dan anaknya. Bahkan pria itu sekarang lebih sering berada di rumah dan menghandle Restoran dari rumah. "Baru pulang, Mas Gading?" Abian yang menutup pintu pagar sengaja menyapa Gading yang baru pulang dari bekerja. Mamang pergi mengantar Emak dan Bapak yang sudah kembali ke kampung, itu sebabnya sekarang Abian membawa mobil sendiri."Iya, Mas," sahut Gading sambil mengulas selarik senyum. Gading terlihat kelelahan mendorong gerobak yang sudah ia pisahkan dari motornya. Peluh membasahi bajunya yang nampak lusuh. Benar-benar ... kesalahan membuat Gading dan Hesty berubah banyak beberapa bulan belakangan. Abian merasa kasihan. Dulu, ia sengaja menolak memperkerjakan Gading karena memang kurang suka dengan gaya bicara tetangganya itu. Apalagi dulu Gading masih menjunjung tinggi sikap sombong dan pongah membuat Abian jengah dan enggan beruru

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status