Share

Perkenalkan...

.

.

    

Maya membuka pintu dan bersedekap dada menatap Dahlia di depan pagar rumahnya.

"Keterlaluan kamu, Mbak Maya!" ucap Dahlia, "Sadar diri dong, Mbak ... kamu itu orang baru di sini, jangan bikin onar apalagi ngirim-ngirim rekaman CCTV di grup!"

Maya menaikkan satu alisnya. "Memang ada larangan kalau orang baru nggak boleh membela diri, Mbak Lia?"

Dahlia meradang. "Aku bisa laporkan ini ke polisi loh, Mbak Maya," ancamnya sambil tersenyum sinis. "Orang susah kayak kamu yakin bisa mengelak dari jerat hukum?"

Maya tertawa lebar. Dia mengibaskan tangan di udara dan memilih masuk ke dalam rumah meninggalkan Dahlia yang mengomel di depan rumahnya. Tak jarang wanita itu mengumpat dan menghina Maya dengan teriakan-teriakan lantang.

Ting ....

|Karena grup mulai tidak kondusif, saya selaku ketua RT untuk sementara mengaktifkan mode senyap dan hanya admin yang bisa berkirim pesan|

|Sekiranya Mbak Lia memang bersalah, tidak ada salahnya meminta maaf pada Mbak Maya|

|Karena dari pengamatan saya melalui rekaman yang Mbak Maya bagikan, Mbak Lia memang bersalah sudah memutar balikkan fakta dengan mengatakan pada semua orang kalau Mbak Maya berhutang uangnya padahal yang terjadi adalah sebaliknya. Minta maaf tidak membuat kita hina, Mbak Lia|

Tiga pesan Bu RT membuat Maya bersorak penuh kemenangan. Sekarang tidak ada yang bisa menyangkal pesan-pesan Bu RT karena grup sudah dibuat senyap.

"Rasain!" sorak Maya. Dia memungut ponsel di atas meja dan membawanya masuk ke dalam kamar tanpa peduli lagi suara Dahlia yang masih mengoceh di depan rumahnya. Kepalang malu, membuat keributan di depan rumah orang lain dengan mudah Dahlia lakukan demi nama baiknya agar tidak hancur.

Dahlia pulang sambil bersungut-sungut karena tidak mendapat respon yang baik dari Maya. Dia menghempaskan b o k o n g nya di sofa dengan perasaan kesal yang luar biasa. Ia pikir jika Maya adalah tetangga baru yang lemah dan gampang mengalah. Tapi ternyata Dahlia salah.

Ting ....

Dahlia buru-buru membaca pesan yang datang dari grup Perumahan Citra Kencana.

"K u r a n g a j a r memang kamu, Maya!" teriak Dahlia tanpa peduli putranya yang masih berusia lima tahun menatap heran padanya.

"Aahhh ... kulang ajal kamu, Boboiboy!" teriak bocah itu lantang. Dahlia terperanjat. Dia menarik tangan Diko-- putra semata wayangnya dan bertanya. "Ngomong apa kamu?"

"Kulang ajal, Ma," sahut Diko polos.

"Siapa yang ngajarin, hah?" bentaknya. Belum reda kesalahan yang ia terima dari sikap Maya, kini ia dibuat kesal dengan Diko karena berbicara kasar. "Siapa?" bentaknya lagi.

Kedua mata Diko menerawang ke atas. "Kulang ajal kamu, Maya!" ulangnya. "Diko niluin Mama, kan Mama tadi bilang gitu."

"Kulang ajal kamu, Boboiboy! Benal kan, Ma?"

Dahlia menepuk jidat sambil menggerutu. Dia memilih masuk ke dalam kamar dan menutup tubuhnya dengan selimut menunggu Sang Suami pulang.

***

Pagi ini Maya berencana masak banyak karena setiap Abian pulang, pria itu selalu mengajaknya berkunjung ke rumah mertua ipar-iparnya.

Berpikir jika ke pasar akan memakan waktu yang cukup lama, Maya memilih berbelanja di Tukang Sayur langganan seperti biasa.

"Dengar-dengar Bu Sur punya mobil baru ya? Baru datang kemarin sore, iya kan?" tanya Eti. "Tapi ... bekas," sahutnya lagi. Julid.

Bu Sur mencebik. "Bekas juga nggak masalah, asal nggak kredit," sindirnya. "Itu juga mobil hasil kerja keras Hesti sama suaminya. Beruntung anak dan menantuku sukses di luar kota. Daripada sok kaya hasil dari numpang uang suami, mending kerja bareng-bareng kayak Hesti dan Reyhan. Bangga aku sama mereka."

Eti melengos tidak suka. Kini fokusnya beralih pada sosok Maya yang terlihat sibuk memilih ikan segar.

"Eh, Mbak Maya nanti ikut kan makan-makan di Restoran Mas Satria? Jangan malu, aku udah maafin sikap kamu yang kemarin kok. Ya ... maklum lah ya, kemarin kamu pasti kalang kabut nyariin suami yang entah kemana. Kalau butuh apa-apa, atau butuh uang datang saja ke rumahku, Mbak Maya. Kasihan aku lihat kamu."

Maya mengabaikan semua ucapan Eti. Pagi-pagi yang sejuk sudah dibuat panas oleh ucapan wanita muda itu.

"Tau nggak ibu-ibu ... kemarin Mbak Maya ini kayak orang linglung. Aku sama Mas Sat hampir saja mengira dia kehilangan akal ...."

Maya seketika menoleh. Napasnya memburu mendengar Eti menyebutnya wanita yang kehilangan akal. "Apa maksud Mbak Eti?" tanya Maya terpancing emosi. "Mbak mengira saya gila?"

"Bukan begitu ... habis kamu datang-datang ke Restoran Mas Sat dan bicara ngaco disana. Sok-sok tanya pekerja lama dan pekerja baru. Siapa situ, hellow ...?!"

Bu RT yang merasa akan ada keributan segera mengusap punggung Maya dengan lembut seraya berbisik. "Semakin Mbak Maya jawab, semakin dia senang. Yuk luaskan lagi sabarnya."

Maya menghela napas kasar. "Restoran orang pakai ngaku-ngaku Restoran suaminya. Nggak tau malu!" gerutu Maya.

"Bilang apa tadi?" bentak Eti tidak terima. "Asal kamu tau, sebentar lagi Restoran itu akan jadi milik kami. Mas Sat sudah menandatangani surat-surat pembelian, tau nggak?!"

Maya mengedikkan bahu. Dia menyerahkan beberapa bahan untuk memasak pada Tukang Sayur dan menyudahi aktivitas panasnya pagi ini. Panas karena ucapan Eti Susilowati.

"Miskin aja belagu!" teriak Eti meluapkan rasa kesalnya. "Lihat aja, kalau suami kamu kembali bekerja lagi, akan kupecat dia!" 

Bu Sur dan Bu Hanum yang terkenal pandai meramu omongan terlihat tidak banyak bicara. Begitupun dengan ibu-ibu yang lain. Beberapa dari mereka mengasihani nasib Maya yang mendapat penilaian kurang hanya karena tidak memakai perhiasan. 

Maya meletakkan kresek hitam berisi bahan masakan dengan kasar di atas meja dapur. Pindah ke lingkungan baru ia pikir akan mendapat tetangga-tetangga baik seperti tetangganya di tempat Sang Mertua. Tapi harapan hanyalah tinggal harapan. Meskipun banyak tetangga yang juga baik, tetap saja beberapa dari mereka memiliki mulut yang tajam seperti Bu Sur, Bu Hanum, Eti dan Dahlia. Atau mungkin ada yang lebih julid lagi namun Maya masih belum menyadari.

"Kenapa, Sayang?" tanya Abian ketika melihat bahan belanjaan sang istri hampir berserakan di atas meja.

"Pokoknya setelah urusan suami Mbak Eti selaku kepala pelayan kamu yang baru itu selesai, aku mau kamu memperkenalkan aku di depan semua calon pekerja di Restoran baru kamu nanti. Aku nggak mau masalah seperti ini terulang lagi," ucap Maya bersungut-sungut.

"Siap, Bu!" sahut Abian membuat Maya mencebik dan mencubit pinggangnya kuat.

Jam menunjukkan pukul 09.00 WIB. Ponsel Maya tidak berhenti berdenting karena pagi tadi Bu RT sudah membuka kembali obrolan di grup Perumahan Citra Kencana.

|Jangan sampai telat, acara makan-makan kita diadakan jam 10.00 pagi ini ya|

Maya tersenyum sinis dan berteriak. "Mas, kita ke Restoran jam 10.00, buruan siap-siap!"

Bersambung

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Jee Esmael
Asikkkkkk.. Udah ga sabar pengen liat drama nih ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status