Share

085.

last update Huling Na-update: 2025-04-30 12:14:53

“Naz... Ibu kangen sama bapak. Ayo kita jenguk bapak ya, Nak.” Pinta Rina.

Sudah sebulan Herman mendekam di Lapas, tetapi Rina dan Syahnaz tak pernah mengunjungi. Di karenakan tak ada biaya.

“Apa sih, Bu? Jangan kayak anak kecil deh! Biarkan saja Bapak di sana sampai waktunya keluar! Salah Bapak sendiri karena sudah ceroboh!” Tanpa perlu berpikir, Syahnaz langsung menolak dengan jelas permintaan Ibunya itu.

Rina terkejut mendengar jawaban Syahnaz yang tidak punya hati pada ayahnya sendiri.

“Kurang ajar kamu, Syahnaz!!” Umpat Rina kesal.

Bukannya kasihan dengan Ayahnya di penjara, Syahnaz malah justru menyalahkan Herman.

“Apa, Bu? Memang nyatanya begitu kan?”

Rina menggeleng, tak terima. “Pokoknya Ibu mau jenguk bapak kamu!” kekehnya keras kepala.

“Memangnya Ibu ada uang? Ke Lapas gak akan cukup kalau bawa uang hanya lima puluh ribu, belum lagi nanti pasti bapak minta makananlah, cemilan lah! Di lapas itu kalau bawa makanan juga harus banyak biar bisa di bagi sama penghuni lainnya. Me
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kahar Lahay
menarik ceritanya.
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    178.

    Galih masih tercengang setelah mendengar cerita Renita, “Jadi sebenernya yang ngejar itu Tante Indri? Bukan papa?” Tanya Galih memastikan. “Halah sama saja! Papa kamu aja yang bodoh! Sudah Mama peringatkan sejak dulu, masih aja bisa ketipu sama si janda itu. Entah apa yang di lakukan si janda itu sampai papamu akhirnya tergoda. Dasarnya bajingan ketemu wanita bajingan ya begitu.” Ungkap Renita, berusaha menahan kesal dalam dada, ia sudah berusaha untuk mengikhlaskan semuanya. “Ma...” Panggil Galih pelan, merasa sangat iba, ia menatap Ibunya dengan raut wajah yang sendu. “Mama gak apa-apa, Nak. Mama sudah ikhlas, sekarang biarkan Papamu menikmati hasil dari apa yang lakukan. Mama juga gak akan balas dendam pada mereka. Biarkan karma berjalan sesuai dengan ketentuan Tuhan. Mama sudah cukup puas dengan mengalihkan semua aset dan berpisah dari lelaki itu.” Ujar Renita seraya menyunggingkan senyum. Senyum yang menutupi segala kesakitannya. “Mama hebat! Galih sangat bangga sama Mama!” U

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    177.

    Indri mendadak berdiri dari kursinya, wajahnya memerah dengan amarah bercampur kepanikan. “Ini pasti salah, Dokter! Anda pasti salah memeriksa,” Ujar Indri dengan suara gemetar. Masih tak bisa menerima. Tanpa menunggu jawaban dari dokter, Indri menoleh ke arah Rian yang tampak bingung dan cemas. “Ayo, kita pulang saja, Rian! Tidak ada gunanya periksa di sini!” Indri segera melangkah keluar ruangan dengan terburu-buru, air mata mulai mengalir di pipinya. Hati Indri begitu kalut, tak sanggup menerima kenyataan pahit yang baru saja ia dengarkan. Sementara itu, Rian masih duduk terpaku, mencoba memahami situasi yang baru saja terjadi. Dengan berat hati, ia menatap ke dokter dengan serius. “Dok, saya mohon, tolong jelaskan bagaimana cara penyembuhan penyakit ini? Apa yang harus kami lakukan?” Tanya Rian dengan nada penuh harap. Dokter menghela napas sejenak lalu menjelaskan dengan tenang bahwa HIV memang belum bisa di sembuhkan sepenuhnya, tetapi dengan pengobatan yang tepat, pasien

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    176.

    Sebelum menemui istrinya di balkon kamar, Galih lebih dulu masuk ke kamar Ibunya. Ternyata Renita sudah tertidur pulas, wanita itu terlihat pucat, tak seperti biasanya. Galih menghampiri dan berdiri di samping ranjang, ‘Ma, lekas sehat ya, besok Mama harus melakukan tes!! Galih gak akan maafin Papa kalau sampai Mama tertular penyakit itu!’ Batin Galih. Ia tak akan bisa memaafkan perbuatan Wijaya yang berimbas hal fatal seperti ini. Galih kemudian membetulkan selimut Renita, kemudian mengecup kening Ibunya dengan penuh kasih sayang. Ia pun keluar dan menutup pintu dengan hati-hati. “Mama sudah tidur ya, Mas?” Tanya Aisyah. Mereka kini berada di balkon kamarnya yang ada di lantai atas. Galih mengangguk, “Iya, Sayang...” Jawabnya lembut. “Syukurlah, kasian Mama, Mas... Sepertinya Mama lagi banyak pikiran sampai akhirnya drop seperti itu,” Ujar Aisyah merasa iba pada Ibu mertuanya. “Mama masih sering nangis gak, sayang?” Tanya Galih, penasaran. Ingin tahu apa saja yang di lakukan I

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    175.

    Setelah dua hari di Bandung yang penuh dengan perasaan campur aduk, Galih memutuskan untuk kembali ke Jakarta. Galih tahu tugasnya belum selesai. Tapi tanggung jawab di kantor menanti, menumpuk dan harus segera di selesaikan. Galih keluar dari ruang rawat Wijaya. Di luar, ia bertemu dengan Dio yang duduk santai di sebuah kursi. Galih pun melangkah pasti, mendekati Dio. Begitu Galih menghampiri, Dio langsung menatapnya. “Dio, ada yang harus aku sampaikan. Ini penting!” Ucap Galih. “Ada apa, Bang? Serius banget,” tanya Dio. “Kamu harus jagain Papa di sini, ya. Aku harus kembali, banyak urusan kerjaan yang harus aku selesaikan!!” Jelas Galih. Dio memutar bola mata. Sebenarnya ia malas sekali menjaga Ayahnya di rumah sakit ini karena ia juga punya pekerjaan. “Ya,” Ucap Dio singkat, tidak ikhlas. “Ada hal lain yang mau aku sampaikan!” Ucap Galih lagi. Raut wajahnya makin serius. Dio mengernyitkan dahinya. “Ada apa lagi, Bang?” Tanyanya. “Tolong berhentilah bermain dengan banyak w

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    174.

    “Oke, sekarang Galih gak akan bahas kenapa Papa selingkuh. Karena mungkin Papa tidak akan bisa menjelaskannya. Sekarang gimana permasalahan Dio?” “Aku kenapa, Bang?” Tanya Dio tiba-tiba masuk. Matanya menatap Galih dengan bingung. Galih memejamkan mata sekejap seraya mengembuskan napas kasar. “Gak apa-apa, Dio. Papa hanya ingin kamu di sini bisa hidup mandiri biar gak merepotkan Mama kamu,” Sahut Wijaya cepat membuat Dio menghela napas. “lya, Pa. Ini Dio juga sedang fokus ngembangin akun Dio biar makin banyak followers dan banyak endorsan yang masuk.” Galih menatap Dio dengan iba. la berpikir bahwa Dio juga pasti akan terpukul jika tahu dirinya bukan anak kandung dari orang tuanya. Apalagi sejak dulu ia sangat di manja dan di perlakukan seperti anak kandung sendiri. Galih kemudian menemui dokter yang menangani Wijaya. Ia berbincang banyak mengenai penyakit yang di derita Ayahnya. Galih benar-benar terkejut dengan hasil yang di jelaskan dokter tadi. Ia pun keluar dari ruangan do

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    173.

    “Lihatlah Dio, kalau gak ada wanita yang mengurus tuh jadinya begini!! Baru satu bulan lho Papa di tinggalkan sama Mama, tapi Papa udah terlihat menyedihkan seperti ini.” Ungkap Galih, prihatin melihat penampilan Ayahnya yang tak terurus.Dio mengangguk,“Iya, Bang. Makanya sebagai anak kita harus bikin mereka bersatu lagi, Bang!!” Ucapnya penuh harap.Galih tersenyum kecut. “Gak gitu juga, Dio. Ini sebagai pelajaran kamu. Mumpung kamu belum menikah, jadilah lelaki yang bisa menghargai dan menjaga perasaan wanita!! Wanita kalau udah terlanjur sakit hati, dia gak akan mau lagi kembali!!” Jelasnya, memberi nasihat agar Dio sadar.Dio menghela napas panjang. Ucapan Galih sama halnya dengan ucapan yang di sampaikan temannya kemarin.“Iya, Bang,” Jawab Dio singkat.“Kita juga gak bisa maksa Mama buat nerima Papa lagi, Mama juga punya hak atas dirinya sendiri, Dio. Ini sudah jadi resikonya, makanya jangan main hati kalau tidak mau tersakiti!!” Ucap Galih lagi, membuat Dio kembali mengangguk

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status