Share

Diikuti

Penulis: Muthi Mozla
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-08 15:28:53

“Ketemu sebelum pertigaan, Bang. Tadi, sih, sama Usman juga. Tapi dia duluan. Mau ke rumah pak RT, ada keperluan katanya,” jawab Rey dengan tegas.

Dia tak ingin nilainya berkurang di depan calon iparnya.

“Hahaha.” Tiba-tiba Razaq tertawa.

“Kenapa, Bang? Ada yang lucukah?” tanya Rey keheranan.

“Pantesan tuh Ustaz muda bersungut-sungut. Gue dengerin sepanjang jalan dia ngoceh kagak jelas. Kayak orang lagi kesal. Ditanya juga kagak jawab apa-apa. Mungkin nggak nyadar ada gue di sini. Sekalian aja gue takutin. Eh dia ngibrit lari. Hahaha.” Razaq tertawa terpingkal-pingkal teringat kejadian saat Usman melewati rumahnya yang belum dinyalakan lampu terasnya.

“Ih dasar abang iseng. Kasian loh, Bang. Kalau dia ngompol di jalan gimana?” Farhana ikut tertawa.

Setelah itu, Razaq mempersilakan Rey duduk untuk berbincang-bincang. Sekadar mengobrol ngalor-ngidul sambil menikmati menikmat yang ternyata kiriman Rey, bukan pesanan Razaq. Rey terpaksa berbohong pada Usman demi melindungi perjalanan pulang Farhana dari gangguan Usman di balik topeng kealimannya.

Obrolan antara Razaq dan Rey ternyata saling menyambung.

“Gue kira elu anak begajulan karena tampilan elu yang urakan begini. Ternyata, elu bae juga, Rey.” Razaq mulai terlihat akrab dengan Rey. Kakak kembar Farhana yang satu ini sangat sulit dekat dan akrab dengan orang lain selain keluarganya. Meski terlihat begitu ramah dengan siapa pun. Tapi untuk bisa dekat, bisa dihitung dengan jari berapa orang yang bisa akrab dengan Razaq. Berbeda dengan Raziq yang terlihat sangar namun punya banyak sahabat.

Farhana berjalan menuju dapur untuk menyiapkan dua gelas kopi sebagai teman menikmati martabak. Untuk dirinya sendiri ia akan membuat seduhan cokelat. Gadis itu kembali menuju teras dengan membawa nampan berisi tiga camgkir minuman.

Saat ketiganya asyik bersenda gurau, Usman lewat di depan rumah. Melihat ada Rey yang terlihat begitu dekat dengan Razaq, pemuda itu berjalam cepat menuju arah pulang. Terlihat ustaz itu begitu dongkol. Ia sama sekali tak menjawab sapaan Razaq padanya tadi.

“Oh, iya. Elu udah tanya ke Mpok Romlah soal nasi uduk tadi pagi, Dek?” tanya Razaq. Farhana menggeleng.

“Gue rasa ada yang nggak beres sama tuh Ustaz.” Razaq mengelus dagunya yang berjenggot. Rupanya Razaq menduga hal yang sama dengan yang dipikirkan Farhana.

Ia teringat cerita Farhana soal isi chat Usman dengan Sintya, gadis pujaannya. Apa sebenarnya mau sang ustaz muda itu?

Tak terasa, waktu berlalu.

Reynold atau Reyhan sudah pulang. Bahkan, orang tua Farhana yang baru menjenguk saudara juga sudah kembali.

Hari demi hari dilalui.

Entah mengapa, Farhana semakin sering bertemu dengan Rey.

Seperti hari ini, ia ada janji untuk melakukan aksi sosial bersama pria itu.

Begutu berpamitan pada ibunya, suara mesin motor terdengar berhenti di halaman rumahnya yang luas.

“Assalamu’alaikum.” Reyhan mengucapkan salam.

Tak lama, terdengar sahutan salam dari dalam.

“Kayak kenal suaranya,” ujar hajah Husna, ibu Farhana, sambil melongok ke arah teras dari pintu dapur yang hanya ditutupi gorden.

“Itu Bang Rey, Bu. Hana sama Bang Rey mau santunan anak yatim di desa sebelah.”

“Apa? Sejak kapan elu akrab sama si preman kampung itu?”

“Ah ibu mau tau aja deh. Udah ya, Hana buru-buru, Bu. Assalamu’alaikum. Sampein sama bapak ya, Bu.” Sebelum berjalan keluar, gadisitu sempat menitipkan pesan.

“Maaf, Bu Hajah. Saya mohon izin menemani Farhana ke desa sebelah,” ujar Reyhan sopan begitu melihat hajah Husna keluar dari balik tirai yang menjadi pembatas antara dapur dan ruang tengah. Dari raut wajah wanita itu, Reyhan tahu bila dirinya tidak disukai.

“Jangan berlama-lama. Sebelum magrib Farhana harus segera pulang. Habis magrib Hana harus privat ngaji sama.Ustaz Usman, calon mantu saya.”

Deg!

Bagai tersambar petir, mendengar ucapan ibunya membuat hati Farhana kaget luar biasa. Gadis itu menoleh ke arah ibunya.

“Farhana bukan Siti Nurbaya, Bu. Farhana juga nggak mau durhaka seperti Malin Kundang. Beri Farhana kesempatan memilih pasangan yang Farhana impikan.” Farhana hendak kembali beranjak ketika sang ibu berkata hal yang menyakitkan lagi.

“Kamu berharap bisa menikah dengan si Rey, preman kampungan ini, Hana? Rendah sekali selera anak perempuan ibu satu-satunya ini.” Hajah Husna memandang sinis Rey dari ujung kaki hingga ujung rambut.

“Apa yang bisa kamu berikan kepada anak saya jika kondisimu seperti ini? Tidak ada harapan.” Hajah Husna memelototi Rey tajam.

“Sudah, Bu. Waktu Hana tinggal sedikit. Hana harus tepat waktu tiba di desa sebelah. Maafkan Hana, Bu.” Dengan tatapan nanar, Hana berpamitan. Langkah gadis itu mendadak terasa berat. Sebenarnya ia tidak mau berdebat dengan ibunya sendiri. Seandainya ibujya tahu lelaki seperti apa yang diinginkannya untuk bisa menjadi menantunya itu ....

‘Semoga Bang Razaq mau bantu menjelaskan pada ibu,' ujar Farhana dalam hatinya penuh harap.

Di sepanjang jalan kedua muda-mudi ini tak ada obrolan. Farhana larut dalam pikirannya yang berkecamuk. Begitu pun Rey. Belum apa-apa sudah ditolak mentah-mentah. Ingin mundur rasanya. Tapi ia laki-laki, pantang mundur sebelum berperang.

Belum pernah ia bertemu gadis dengan mental kuat pendirian seperti Farhana. Saat gadis desa umumnya hanya mengandalkan orang tua, Farhana terlihat begitu mandiri. Meskipun gadis itu memiliki 2 kakak lelaki, tapi ia bukan gadis manja. Bahkan yang Rey dengar dari Mpok Romlah, Farhana adalah atlet taekwondo. Salah-salah tingkah, siap-siap semua jurusnya dikeluarkan untuk melindungi diri.

“Bang Rey, menurut abang, apakah anak gadis wajib menuruti pilihan orang tuanya?” tanya Farhana membuka percakapan. Rey mengintip melalui spion motor. Wajah gadis pujaannya terlihat murung. Ia jadi teringat mimpinya beberapa hari lalu. Saat dirinya belum sedekat ini dengan Farhana. Bahkan belum saling berkenalan. Rey hanya mengamati dari kejauhan tanpa Farhana sadari.

“Pada prinsipnya, setiap anak baik laki-laki maupun perempuan itu wajib mematuhi orang tuanya. Tapi, semua berlandaskan ketaatan kepada Allah dan rasulNya. Bukan karena keinginan nafsu belaka.”

Mendengar penuturan Rey, Farhana sedikit terhenyak. Tak menyangka lelaki urakan yang sedang memboncengnya ini bisa berkata sebijaksana itu. Farhana senyum-senyum sendiri.

“Terus menurut Abang, haruskah Hana menuruti keinginan ibu supaya mau dinikahi Usman?”

Cit!

Tiba-tiba Rey menghentikan laju motornya. Ia menoleh ke belakang.

“Ada apa, Bang?” tanya Farhana.

“Mobil yang di belakang itu sejak tadi mengikuti kita, Hana.” Farhana menoleh ke belakang. Ia terhenyak. Itu mobil ibunya. Dari kejauhan ia lihat ibunya duduk di sebelah sopir. Farhana lalu memicingkan mata untuk meneliti siapa sopir di sebelahnya. Kembali dirinya terkaget menyadari siapa lelaki di sebelah ibunya.

Dia Usman!

Mau apa mereka?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dikira Preman, Ternyata Cucu Kyai   Pesan Gaib

    Farhana merenungi kejadian janggal yang dialaminya saat di rumah Pak RT tadi. Reyhan yang menyadari jika istrinya tengah memikirkan sesuatu itu pun mencolek hidung bangirnya.“Isengnya mulai keluar lagi deh.” Farhana merengut manja.“Lagian dari tadi bukannya tidur atau melayani suami, ini malah melamun.”Farhana yang tengah berbaring pun mengubah posisinya. Ia bangkit dan duduk di samping suami sambil memeluk bantal.“Bang ... ada kejadian aneh dan janggal yang Hana rasakan tadi di rumah Pak RT. Tepatnya di kamar Sarah.“Janggal bagaimana?” Reyhan membetulkan posisi sandarannya. Ia bersiap menyimak cerita istrinya saat itu.Lalu Farhana pun menceritakan kronologi kejadian mistis yang dialaminya tadi dengan lengkap tanpa terlewat satu adegan pun.“Kamu yakin, Dik, apa yang dilihat tadi itu penampakan?”“Yakin atuh, Bang. Otakku masih jernih, kok. Bisa bedakan mana kejadian nyata dan tidak nyata.”“Iya, abang percaya apa yang diceritakan olehmu itu nyata. Tapi ... ada maksud d

  • Dikira Preman, Ternyata Cucu Kyai   Kematian Bu Ratna

    Area penemuan mayat Bu Ratna sudah diberi garis polisi. Polisi yang menyelidiki kasusnya menemukan banyak kejanggalan pada lokasi juga pada tubuh Bu Ratna. Pak RT dan Sarah langsung menuju lokasi setelah memastikan ke rumah sakit jika memang benar itu adalah mayat istri dan ibu mereka.Ayah dan anak itu masih menahan sakit, ketika mendapati mayat itu benar Bu Ratna. Tambah lagi ketika mereka tiba di lokasi di mana tubuh Bu Ratna ditemukan sudah membusuk.Ada rasa penyesalan mendalam di dalam hati Pak RT. Seandainya ia dari awal melaporkan hilangnya Bu Ratna, mungkin tidak akan seperti ini kejadiannya. Namun saat itu ia hanya mengira jika Bu Ratna kabur entah ke mana. Sayang, nasi telah menjadi bubur. Waktu tak dapat diputar kembali.Berita duka ini sudah sampai ke telinga warga. Mereka kembali bahu-membahu membantu Pak RT menyiapkan segala keperluan. Seperti saat berita kematian Usman menyebar beberapa hari lalu.Usman yang ikut ke lokasi bersama ayahnya, mendekati Sarah yang masi

  • Dikira Preman, Ternyata Cucu Kyai   Didatangi Polisi

    “Kudengar Usman sudah melamar Sarah saat masih di rumah sakit, Sin,” ujar Farhana saat saudara suaminya tengah membantu merapikan undangan pernikahan. Sekitar semingguan lagi resepsi Farhana dan Reyhan digelar, malam ini mereka akan menyebarkan undangan ke tetangga dan kerabat yang dekat. Untuk tamu undangan yang lokasinya sulit dijangkau, Farhana hanya mengirim undangan online melalui media sosialnya.“Iya, Hana. Alhamdulillah, aku senang sekali begitu mengetahui kabar itu langsung dari Sarah. Akhirnya mereka menikah juga.” Sintya tersenyum riang. Sama sekali tidak ada kecemburuan pada dirinya mengetahui berita itu.“Kamu nggak cemburu, Sin?” goda Farhana.“Apa?! Aku cemburu? Nggak lah, Hana.” Sintya menyikut lengan Farhana. “Lagian, aku sudah punya gebetan baru loh,” imbuh Sintya membuat Farhana menoleh cepat. Sepertinya kecurigaan Farhana akhir-akhir ini akan segera terjawab.“Siapa tuh? Kayaknya aku tahu deh,” ledek Farhana. Gadis itu melirik dengan tatapan meledek.“Apa aih?

  • Dikira Preman, Ternyata Cucu Kyai   Mati Suri

    Jenazah Usman yang terbangun tiba-tiba membuat warga di dalam rumah Ustaz Arfan yang sedang melayat kaget dan ketakutan. Sebagiannya keluar sambil lari terbirit-birit. Mereka berlarian tunggang langgang tak tentu arah.Usman keheranan melihat ke sekitarnya sudah ramai orang. Lalu pemuda itu memerhatikan dirinya sendiri. Tubuhnya sudah dikafani. Hidungnya pun disumbat kapas. Noda darah pada kain berwarna putih di bagian dadanya mengeluarkan bau yang cukup menyengat hingga membuat pemuda itu muntah.Keluarga Usman dan beberapa warga yang masih tinggal dalam ruangan membantu melepaskan kafan dan memakaikan pemuda itu pakaian. Ummi Yumna menangis terharu, melihat keajaiban anaknya hidup kembali. Wanita itu bersujud syukur atas kehidupan kedua untuk putranya.Farhana dan Sintya yang penasaran melongok ke dalam rumah. Keduanya terperangah menyaksikan Usman yang tengah duduk dan dilepaskan kain kafannya. Setelah Usman beres dipakaikan baju dan sarung, kedua gadis itu masuk dan menghampiri.

  • Dikira Preman, Ternyata Cucu Kyai   Bangkit

    Berita kematian Usman sudah terdengar di seluruh penjuru. Pagi ini jenazahnya akan tiba di rumah duka dengan diantar ambulan. Desas-desus pun mencuat. Beberapa warga berbisik-bisik membicarakan kelakuan Usman semasa hidupnya.“Ela juga sering banget digangguin ustaz gadungan itu, Ibu-Ibu. Sering dichat, diajak jalan-jalan malam mingguan loh,” ujar Ela saat menjajakan jamu di depan warung Mpok Romlah.“Masak, sih, La? Bukannya Usman seleranya tinggi ya?” cibir Bu Eha, yang suaminya sering menggoda Ela di belakang dirinya. Bu Eha benci bukan main pada penjual jamu yang keganjenan itu. Apalagi kalau Ela sudah berlenggak-lenggok hingga membuat mata para bapak-bapak di kampung ini melotot. Bukan main kesalnya wanita itu hingga pernah suatu ketika kedua wanita itu bertengkar dan saling jambak.“Ih, Ela kan memang kesukaan para pria yang berselera tinggi, Bu Eha. Emangnya situ. Suaminya sendiri kepincut sama Ela, kan?” Gadis yang sudah tidak perawan itu balas menyindir.Sebelum terpancing

  • Dikira Preman, Ternyata Cucu Kyai   Kritis

    Pak RT kelimpungan. Sudah mencari ke seluruh penjuru kampung tapi tak juga menemukan putrinya. Pria itu begitu ketakutan, khawatir anak semata wayangnya itu berbuat nekat. Dalam kondisi seperti ini ia tak habis pikir pada sang istri yang sama sekali tidak peduli. Bahkan wanita itu kabur meninggalkan rumah dan keluarganya. Entah apa yang dipikirkan wanita itu. Pak RT merasa keluarganya selama ini begitu harmonis. Dirinya selalu menutup telinga dari perbincangan orang sekitar mengenai sikap istrinya di luar rumah.“Saya harus mencari kemana lagi, Kyai? Saya khawatir Sarah nekat melakukan hal membahayakan.” Pak RT mencoba meminta pendapat seseorang yang dianggapnya tetua itu. Berkali-kali ia mengusap wajahnya. Peluh mulai membanjiri. Air muka Kyai Subki begitu tenang dan teduh mendengarkan keluh kesah lelaki yang menjabat perangkat kampung itu.“Kita tetap akan melapor pada polisi. Tapi tenangkanlah dirimu, Roji. Dalam kondisi panik, kita tidak akan bisa berpikir jernih,” nasihat Kyai

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status