แชร์

03. Membantu Zavy

ผู้เขียน: mic.assekop
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2023-11-23 10:49:35

“Ya, perjanjian.”

Perlahan, Zavy kembali menoleh dengan pandangan penuh curiga. “Malam ini kau harus tidur dulu. Besok pagi baru kita bicarakan lagi.” Dia pikir, Vinna belum bisa mengontrol omongannya.

BMW putih itu pun terus melaju pelan di jalanan yang sangat sepi. Karena jarak memang tidak jauh lagi, akhirnya mereka sampai lebih cepat. Zavy memapah Vinna agar bisa berjalan dari halaman menuju rumah.

Di dalam rumah, Zavy memberikan segelas susu dan segelas air putih kepada Vinna sebelum dia memasuki kamar. “Maaf kamar satu itu tidak pernah terpakai, jadi kotor dan berdebu. Silakan kau tidur di kamarku saja. Biar aku tidur di sini, di ruang tamu.”

“Biar aku saja yang tidur di sini, Zavy.”

“Presdir mana mungkin pernah tidur di sofa. Cepat habiskan minuman mu, lalu tidurlah. Kamar mandi ada di dalam sana.”

***

Pagi harinya, ketika matahari sudah tampak dan nyaris tinggi, Vinna pun terbangun. Dia duduk di atas kasur, mengumpulkan nyawanya. Sembari mengucek matanya, dia mengawas sekeliling kamar tidur Zavy. Terlihat bersih dan rapi. Sebagaimana seorang mahasiswa, di meja belajar dan rak buku di sana setidaknya terdapat seratus buku bacaan.

Di dinding ada poster pemain bola, tulisan kata-kata bijak, dan tidak ada foto wanita di dalam sini. Itu berarti bisa jadi Zavy tidak punya pacar saat ini. Bisa jadi. Tapi asumsi demikian belum bisa dipastikan benar karena mungkin saja foto wanita itu ada banyak di galeri ponsel.

Vinna membersihkan wajah dan mulutnya di kamar mandi, setelah lumayan segar, barulah dia keluar dan menuju ruang tamu. 

Di sana, Zavy sedang sibuk berada di depan laptop. “Seharusnya aku masuk kuliah pagi, tapi barusan aku meminta materi dari teman sekelas, jadi bisa aku pelajari di rumah.”

Vinna langsung duduk pas di hadapan Zavy. “Maafkan aku. Gara-gara aku, kau tidak berangkat kuliah.”

“Tidak perlu dipermasalahkan. Lagi pula, aku tidak tahu apa bakal lanjut atau tidak.”

“Zavy! Kau dua bulan lagi wisuda! Kau harus menyelesaikan kuliah mu!” cecar Vinna dengan alis yang bertemu. Ada seringai cantik di wajahnya.

Zavy mengangkat bahunya sekali. “Aku mencari ilmu, bukan sekadar selembar ijazah dan sertifikat. Kalau memang tidak wisuda dan mendapat gelar, ya sudah mau diapakan lagi? Aku belajar bukan itu target pencapaianku. Aku butuh ilmu, pengalaman, relasi, dan pembentukan karakter.”

Mendengar jawaban tersebut, Vinna lantas menghembuskan napas pendek. Dia pernah mendengar pernyataan yang senada di sebuah seminar pendidikan tetapi sulit untuk menerapkannya di dunia nyata. Namun, sekarang Vinna menyaksikannya.

“Sarapanlah. Aku cuma punya roti dan keju. Kalau masih kurang, nanti kau bisa beli sendiri, mini market tidak jauh dari sini.”

“Cukup. Terima kasih.” 

Setelah sarapan dan Zavy pun telah selesai belajar, barulah Vinna kembali membahas tentang perjanjian yang sempat mereka singgung semalam. 

Kembali Vinna menekankan bahwa dia tidak ingin menikah dalam waktu dekat dengan pria mana pun, terlebih menikah dengan Wayne Chad.

Dia masih ingin hidup sendiri dan fokus dalam mengurus bisnis keluarga. Begitulah, Vinna tidak tomboi apalagi LGBT. Baginya, LBGT sangat najis dan tidak manusiawi.

Namun, dia wanita jutek dan kalem. Terpenting baginya adalah impiannya dapat tercapai dan sebisa mungkin membahagiakan orang terdekat. Itulah prinsip yang telah dia tanamkan sejak dulu.

Zavy tersentak heran. “Vinna, lantas kenapa kau mau menjadi istriku?”

“Kan, hanya berpura-pura. Kita tidak serius menjalaninya, Zavy. Nanti, kita akan menikah sungguhan, tetapi kita menjalaninya dengan berpura-pura saja.” Vinna sangat serius, tidak ada pengaruh alkohol sama sekali kali ini.

Masih belum bisa hilang keterkejutannya, Zavy kembali mengerutkan alisnya dan membelalakkan matanya. “Bagaimana bisa? Berpura-pura?”

“Tentu saja bisa. Setelah acara pernikahan, kita akan tinggal bersama. Ya, aku mau tinggal di rumah sewa seperti ini bersama mu. Mungkin dalam beberapa bulan saja, tapi aku belum bisa memastikannya. Setelah situasi telah aman ....”

“Lalu?”

Vinna melengos dari tatapan tajam pria di hadapannya. “Entahlah. Sebaiknya, kita pikirkan dulu untuk sekarang saja terlebih dahulu.” Tidak berpikir panjang lagi, Vinna pun melanjutkan, nadanya begitu dingin. “Zavy, aku berjanji akan menyelesaian biaya kuliahmu sampai kau lulus dan aku juga akan membayar sewa rumah mu. Semua masalah mu akan kelar. Plus, kau tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun untuk hari pernikahan kita nanti.”

Deg!

“Kau akan berpura-pura menjadi seorang investor kaya dari luar negeri. Bilang saja, kita sudah lebih dari tiga bulan menjalin hubungan dan akan memberikan suntikan dana ke perusahaan kami.”

“Apa?” Zavy makin terbelalak, semakin kaget tak alang kepalang. “Kau masih mabuk, Vinna. Rencana mu tidak make sense, tidak masuk ke dalam nalar ku.” Zavy menegakkan bahunya. “Begini, perusahaan keluarga mu akan pailit dalam waktu dekat, apa pun alasannya, kecuali kalau kau bersedia menikah dengan Wayne Chad. Ingat, Charlton masih punya utang tujuh juta dollar. Lalu, Charlton juga butuh dana setidaknya tiga juta dollar lagi. Dari mana uang sepuluh juta itu?”

Tidak ada jawaban. 

Hening.

Hal yang ada di dalam benak Vinna adalah dia tidak menikah dengan Wayne Chad, itu saja. Tetapi dia tidak punya solusi lain. Ketika dia ingin menawarkan pinjaman ke bank atau berharap dana dari investor, semua tidak bisa terlaksana karena mereka tidak mau menggelontorkan dana pinjaman atau investasi ke perusahaan yang hampir bangkrut.

Saat itulah isi kepala Vinna semakin carut marut, liar tak keruan arah. Jika saja dia diberi waktu selama enam bulan sampai satu tahun, dia sangat yakin bisa menyelesaikan semua permasalahan finansial keluarganya. Dia cerdas dan bisa diandalkan. Akan tetapi, waktu sangat mepet dan singkat. Dia tidak bisa bergerak hanya dalam waktu satu atau dua minggu saja.

Tiba-tiba, Vinna menjerit histeris. “Aaaaagghhrrr!!!”

Terkejut, Zavy berdiri dan langsung duduk pas di samping Vinna. “Tenangkan dirimu, Vinna.”

Dan, Vinna menangis. “Aku tidak mau menikah dengan Wayne  Chad dan aku pun tidak mau melepas jabatan Presdir.”

Alasan kenapa dia mau menerima jabatan dan beban tugas berat itu karena keluarga dan kerabatnya yang lain tidak ada yang bisa diandalkan. Mereka bodoh, korup, dan jahat hati. Oleh karena itu, Vinna mengorbankan dirinya agar perusahaan tersebut bisa bangkit dan maju. Langkah Vinna sudah tepat dan bijak, hanya saja kebaikannya malah diperalat oleh keluarga dan kerabatnya sendiri.

Melihat kesedihan dan kepahitan hidup wanita tak berdosa ini, lantas Zavy pun tersentuh hatinya, lalu dia berkata dengan lembut, “Baiklah, aku bersedia mengikuti apa yang kau inginkan walaupun aku sangsi kalau semua masalahmu dapat terselesaikan dalam waktu dekat.”

Vinna mengangkat wajahnya. “Setidaknya, aku tidak menikah dengan tua bangka itu!”

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Dikira Suami Melarat, Ternyata Penerus Hebat   200. Ending

    Minggu pagi di Istana Rock!Hari di mana puncak dari segala kesuksesan dan kebahagiaan. Sukses dan bahagia karena Zavy sudah melewati banyak sekali ujian berat di dalam kehidupannya. Selama lebih dari dua puluh tahun lamanya dia hidup di dalam kemiskinan dan kemelaratan. Selama lebih dari dua dekade dia hidup tanpa kasih sayang orang tua, tidak punya kerabat, dan kerap termarginalkan karena statusnya yang tidak jelas. Dalam waktu tersebut, lebih banyak tragedi dari pada komedi, lebih sering berduka ketimbang bersuka, serta lebih banyak merasakan payah dari pada gembira.Zavy menganggap bahwa perjalanan panjang nan pahit dan getir itu jelas punya hikmah besar bagi dirinya. Jika saja dia hidup dari kecil dalam bergelimang harta, besar kemungkinan dia bakal jadi anak mama. Namun, karena dia besar di jalanan, nyalinya lebih tinggi dari pada sepuluh preman, dan kekuatannya lebih tangguh dari pada petarung profesional. Hidup yang sulit dan berat telah membentuknya jadi pribadi yang kokoh dan

  • Dikira Suami Melarat, Ternyata Penerus Hebat   199. Ternyata Penerus Hebat

    Russel Winston punya dua saudara kandung, yakni Axel Winston dan Gennifer Winston.Russel dan Axel membawa semua keluarga mereka. Kini Russel sudah terang-terangan kepada keluarga dan kerabatnya tentang posisi Zavy di lingkungan mereka.Marvin Rock punya satu saudara kandung yang bernama Harven Rockwell. Dia juga membawa keluarganya ke sini.Tidak hanya itu, ada beberapa Rock dari luar negeri juga menyempatkan hadir di sini, sekalian mereka ingin menyaksikan hari penobatan Raja Glora di hari Minggu nanti.Saking ramai dan meriahnya, sampai-sampai Luis Charlton pun turun gunung. Meskipun sudah tua dan agak kesulitan berjalan, dia menggagahkan diri menyambut semua orang-orang besar itu. Ferdy, Shane, dan Edward sigap. Mereka tidak mau menyia-nyiakan momen paling mengesankan ini.Selama Keluarga Charlton mengadakan pesta, perjamuan, atau pertemuan, baru kali ini mereka bisa bergabung bersama dua nama besar, Rock dan Winston!Luis Charlton memberi hormat yang begitu spesial kepada semua

  • Dikira Suami Melarat, Ternyata Penerus Hebat   198. Kebersamaan, kehangatan

    Vinna ingin ngakak tapi takut dosa lalu dia menjitak kepala Zavy tapi Zavy langsung mengelak dari serangan mendadak itu.Zavy tersenyum geli. “Maaf, Kek. Cuma bercanda kok. Mana mungkin Kakek suka Americano. Minuman itu ibarat obat pusing kepala dicampur arang. Pahit dan tiada arti. Hehe.”Tapi, spekulasi dari Zavy nyatanya meleset. Luis Charlton malah suka kopi pahit, secara dia sudah tua jadi tidak suka gula dan susu. “Aku pesan yang jumbo. Americano adalah kesukaanku.”Vinna membuang muka sambil menghembuskan napas panjang. “Aku baru saja mau bilang kalau Kakek suka kopi pahit. Eh, kau malah banyak oceh, Zavy!” ketus Vinna menyeringai tipis.Ops!Kalau saja bukan Zavy yang bergurau barusan, pastilah Luis Charlton berang, hanya saja yang bercanda barusan adalah Zavy!Sebagaimana orang tua yang sudah berumur, Luis Charlton tertawa seperti pohon beringin yang daun-daunnya bergoyang karena disapu angin, tetap tegar dan bersahaja. Begitu teduh, enak dipandang.Luis Charlton tidak marah

  • Dikira Suami Melarat, Ternyata Penerus Hebat   197. Americano jumbo

    Pada malam harinya di ZV Cafe.Zavy sudah mengganti nama cafe miliknya jadi ZV Cafe, gabungan inisial nama dia dan Vinna.Zavy menyuruh manager cafe untuk mengosongkan semua tempat dan menutup cafe pada jam tujuh malam. Khusus malam ini semua sisi tempat digunakan untuk berkumpulnya tiga keluarga besar. Dua nama sudah melambung tinggi : Rock dan Winston. Sekarang bakalan ada satu nama lagi yang bakalan melambung tinggi juga : Charlton!Sebenarnya ini bukanlah sebuah pesta ulang tahun atau perayaan sejenisnya, tetapi Zavy mengumpulkan keluarga dan kerabatnya untuk mempersatukan dan mempererat hubungan. Selain itu, mungkin rasa syukurnya kepada Tuhan setelah lepas dari ujian besar dan kini, dia bisa kembali menikmati hari-harinya bersama Vinna.Luis Charlton datang paling awal dan tidak mau terlambat meski hanya sebentar saja. Walaupun usianya paling tua, dia yang paling bersemangat untuk datang, mengalahkan semangat anak dan para cucunya yang masih juga belum nongol.Zavy yang berada d

  • Dikira Suami Melarat, Ternyata Penerus Hebat   196. Nikmatnya kopi

    Zavy dan Vinna berkeliling di sana, menikmati apa saja yang ada di lantai satu dan dua. Bagi Zavy, ini seperti momen nostalgia mengingat-ingat masa-masa dia susah sewaktu menjadi barista.Zavy terkekeh sendiri sebelum bergurau sama istrinya, “Pas ada orang yang pesan Americano ukuran jumbo, aku mikir, apa enaknya menikmati kopi pahit tanpa rasa itu dengan gelas besar?”Vinna yang suka manis tidak bisa menahan geli di perutnya. “Hehe. Hidup ini terlalu manis hanya untuk menikmati kopi semacam itu.”“Tapi, kopi kan tergantung selera masing-masing. Kita tidak bisa menyalahkan dan menyudutkan orang yang suka dengan jenis tertentu. Sama seperti musik, novel, olahraga, bahkan merek sepatu. Ini masalahnya tergantung selera. Selera sangat subjektif. Jadi terserah dia lah.”“Eh! Kau yang buka cerita ini tapi kau sendiri yang menutupnya seperti itu. Bagaimana kau ini, mantan Barista?!”Zavy dan Vinna lalu duduk berdua di lantai dua sembari menonton kendaraan yang hilir mudik di sana. Zavy men

  • Dikira Suami Melarat, Ternyata Penerus Hebat   195. Perkara di tempat bekerja

    Setelah dari kampus, Zavy dan Vinna kemudian menuju Cafe Ings, tempat di mana dulu Zavy bekerja sebagai barista.Sangat kebetulan, siang hari itu di sana ada Kevin Hamilton sedang asyik nongkrong bersama teman-temannya.Dulu Kevin adalah orang yang paling bersemangat menyerukan bahwa Zavy hanyalah pekerja cafe rendahan.Hugo, pemilik cafe, bergegas menuju bagian depan cafe setelah anak buahnya bilang kalau sekarang mereka kedatangan tamu luar biasa.Kevin sedang duduk dengan rokok melekat di sela jarinya. Sementara Hugo dalam posisi berdiri dan agak menundukkan kepala saat melihat Zavy.Zavy mengawasi dua orang itu kemudian berkata, “Kevin, kau benar, dulu kau pernah bilang kalau aku adalah pekerja cafe rendahan. Haha. Silakan tanya sendiri pada pemilik tempat ini. Benar kan, Hugo?”Hugo mengangguk takzim. “Benar. Tuan Zavy sempat pernah bekerja di sini.”Tuan Zavy?Ketika Kevin melihat Zavy, raut wajahnya langsung terlihat malas dan masam. Dia merasa kalah kalau sudah berhadapan deng

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status