DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 18🍀🍀🍀Suami meremas wajah lalu menarik napasnya dalam-dalam."Yuun Abang 'kan udah bilang, dia itu temen Abang. Abang kenal dia udah lama bahkan sebelum Abang kenal sama kamu, terus kenapa Abang rela jagain dia sampe bermalam-malam? Karena dia gak punya keluarga Yun, dia sebatang kara sekarang.""Emang dia dari mana? Kok bisa dia hidup sebatang kara begitu?" tanyaku lagi dengan mata tajam."Yun perlu kamu tahu, sebenernya dia itu-"Kring kring kring.Ucapan suami terpotong saat ada suara ponsel yang berdering. Kutengok kiri kananku, ponsel kami gak ada yang nyala terus itu ponsel siapa?"Hape siapa yang nyala?" tanyaku curiga.Suami cepat mengambil ponsel yang berdering itu dari saku celananya. Ooh baguus ... baguus banget, suamiku punya dua hape rupanya."Hallo, iya? Apa? Oke oke saya ke sana."Belum sempat aku bertanya soal ponsel itu, suami sudah buru-buru bangkit mengambil jaketnya."Bang, ini ada apa? Mau kemana lagi sih?""Maaf Yun, Abang mau ke
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 19🍀🍀🍀"Di rumah si Jessica lagi minta oleh-oleh, kenapa? Kamu mau, hah?!""Bapak masuk rumah sakit Mbak, ibu malah kelayaban dari pagi sampe sore gini, suruh dia pulang, urus tuh rumah kalau ibu masih mau jadi istrinya bapak," tandasku kesal.Kututup sambungan telepon dengan asal.-Malam hari. Kupikir ibu atau Mbak Viona bakal dateng ke rumah sakit nungguin bapak. Tapi gak ada satu pun di antara mereka yang memunculkan batang hidungnya. Gak tahu kenapa, heran banget aku sama keluarga model begitu, gak ada simpatiknya sedikitpun."Mal, kamu besok kerja 'kan? Pulang aja gih istirahat.""Enggak Mbak, 'kan Mala udah cuti mau nikah," jawabnya."Syukurlah kalau gitu, kamu bantuin Mbak jagain Bapak di sini ya Mal.""Iya Mbak, tentu aja."Aku sedikit lega karena Mala ternyata libur kerja mulai besok, dengan begitu bapak pasti ada yang jagain."Mal, Mbak mau ke luar sebentar ya, temen Bang Wija ada yang dirawat di sini juga, sebenernya Mbak niat mau ikut jaga
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 20🍀🍀🍀"Dasar gak tahu malu!" sengitku.Tangan si Nayla makin kuat, ia mendorong sebagian tubuhku ke luar jendela, sementara hembusan angin malam langsung menampar pipiku."Jangan sok jago kau Yuni, aku dorong baru tahu rasa kau!" teriaknya."Nayla jangan Nay, istighfar. Dia itu istrinya Abang." Suami memelas dengan raut cemas dan panik."Mundur! Sekali saja Abang melangkah, Nayla bakal beneran dorong dia!!"Wajah suami makin panik dan pias. Berkali-kali ia menggosok kepala dan meremas wajahnya."Abaang cepat pergi keluar, minta bantuan!" teriakku.Sontak saja tangan si Nayla mencekik leherku kuat-kuat."Yuniii!"Dengan panik suami pun berlari ke keluar."Lep-pasin aku Nay-la," sergahku dengan napas tercekat."Apa? Lepaskan? Hahaha jangan harap Yuni! Gara-gara kehadiranmu cintaku bertepuk sebelah tangan, kamu merebut Bang Wijaya, kamu udah mengambilnya dariku!" teriak si Nayla makin kesetanan."Ak-ku gak tahu apa-apa soal itu Nayla." Sekuat tenaga aku
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 21🍀🍀🍀"Eh kenapa kamu Yun?""Kaget Yuni, Bang," jawabku seraya duduk kembali."Loh kok kaget?""Ya rumah segede gini masa iya milik Abang?"Suami menggelengkan kepala sambil cengengesan."Belum sah Yun, itu artinya belum bener-bener jadi milik Abang," katanya santai.Aku mengerutkan kening, "kok bisa belum sah?""Ya ... itulah dia Yun, berat kalau diceritain mah."Aku berdecak, "ah elah Abang, ceritain aja kenapa sih."Suamipun diam, disenderkannya punggung kurus itu ke badan sofa. Ia lalu menatap langit-langit sambil menerawang jauh entah kemana."Heh Abang, malah ngelamun." Kuguncang tubuhnya.Gak sabar aku mau denger alasan kenapa rumah ini belum sah jadi milik suamiku, pasalnya kalau emang ini rumah beneran jadi milikku, widiiih aku bakal jadi orkay dong, Nyonya Wijakupra alias Wijaya Kusuma Praja si suami pengangguran tapi duitnya banyak hahaha. Aih gak sabar serius.Suami lalu kembali bangkit dan duduk dengan tegak."Soalnya rumah ini bakal sah
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 22🍀🍀🍀"Yuniiii! Kurang ajar ya kamu!" teriak Mbak Jessica.Aku buru-buru melangkah ke teras."Ada apa lagi sih Yun? Tadi Abang denger kok kalian ribut terus?" tanya suami."Biasalah, bom molotop lagi meledak."Suami menggelengkan kepala."Terus ini apa? Ngapain bawa baju di plastik gini?""Ini mau dilaundry baju kotor semua isinya. Kalau ini buat salin Bapak sama Mala di rumah sakit.""Gimana bawanya ya, banyak gini, ada termos segala pula." Bang Wija bingung sendiri."Haeeh terserah Abang ajalah mau gimana kek bawanya."Suami menggaruk kepalanya. Setelah lama berpikir akhirnya ia menelepon seseorang."Hallo Pak Wahyu, sekarang di mana?""Oh langsung aja Pak, jemput saya ke rumah istri ya, kami mau ke rumah sakit.""Baik Pak, saya tunggu."Suami menutup telepon. Cepat aku bertanya."Siapa?""Pak Wahyu, sopir yang tadi di rumah Nayla mau Abang suruh jemput ke sini sebentar.""Haiih gak usahlah, entar si Nayla itu malah manfaatin kita Abang."Suami ters
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 23🍀🍀🍀"Halo.""Yuni, Ibu mau ngomong nih," katanya tanpa basa-basi.Aku mengerling malas. Udah bisa kutebak, ibu pasti mau ngomongin masalah jual rumah itu."Males Yuni sibuk," pungkasku seraya menutup sambungan telepon."Kenapa katanya Yun?" tanya suami."Biasalah mau mulai menjalankan misi kayaknya."Tring tring tring.Ponselku lagi-lagi berdering. Kumatikan saja karena yang menelepon adalah Mbak Viona. "Kayaknya mereka harus Yuni kasih pelajaran deh, Bang," dengusku."Iya nanti kita pikirin caranya, tuh sekarang tempat laundry nya udah di depan mata, buruan turun," kata suami."Eh masa?" Aku melirik ke arah depan, sampai tak sadar mobil sudah berhenti di depan sebuah laundy besar.Cepat aku turun dan menaruh dua kantong kresek besar cucian kami.Selesai menaruh cucian di tempat laundry kami kembali melaju ke rumah sakit. Sampai di sana Mala dan Bapak sedang terisak-isak."Loh Mal, kenapa? Bapak kenapa?" tanyaku cemas."Adikmu ini maksa gak mau ni
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 24🍀🍀🍀"Loh Mbak, beneran ini kita mau balik?" Mala menghentikan langkahnya."Iya Yun, masa kita mau ninggalin Bapak sih, kasihan. Bukannya kamu juga bilang bahaya kalau ninggalin Bapak cuma sama Ibu dan sodara tirimu itu?" Bang Wija ikut bicara.Aku mengerling, "ya tentu enggak dong Bang, Yuni tuh sengaja bawa kalian keluar seolah-olah mau balik biar Yuni tahu apa motif mereka tiba-tiba mau jagain Bapak di sini, paham?" tegasku.Mereka saling melirik kemudian menggelengkan kepala. "Hadeeh." Aku memutar bola mata."Ibu sini!"Aku refleks menarik tangan Mala dan Bang Wija ke balik tembok penyekat saat kudengar suara Mbak Jessica juga tengah buru-buru menarik si ibu tiri."Apa sih kamu Jessica? Pake tarik-tarik begini pula. Udah sih biarin aja mereka balik." Suara Ibu terdegar kesal. "Sssttt, dengerin," bisikku pada Mala dan Bang Wija.Kami lalu mengintip mereka yang tengah bicara di koridor depan ruangan Bapak dirawat."Tapi Bu, kalau mereka balik sia
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 25🍀🍀🍀Bapak diam. Kuintip sedikit, beliau tengah menatap langit-langit dengan tatapan bingung. Kasihan, emang bener-bener kurang ajar itu ibu tiriku.Ya Tuhan ... dari sekian banyak ibu tiri yang baik, kenapa aku harus dapat yang zonk? Aku percaya gak semua ibu tiri kayak gitu, tapi sial banget aku malah dapet yang rada-rada."Apa gak apa-apa kita ngontrak, Bu? Bukannya nanti kita malah pusing bayar kontrakan tiap bulan?" tanya Bapak akhirnya.Ibu mengecap bibir, "ya terus kalau kita gak jual itu rumah siapa yang bakal bayarin rumah sakit Bapak? Mahal loh Pak nginep di sini tuh, walau bukan kelas satu, tetep aja per malamnya bisa sampe sejuta sama obat dan lain-lainnya, sedangkan Bapak belum tentu besok bisa sembuh terus balik. Iya 'kan?" Ibu terdengar mulai kesal."Iya iya Bapak paham Bu, tapi apa Ibu gak bisa usahakan dulu cari pinjaman?""Ya gak bisalah, mau cari pinjaman kemana? Hutang kita itu udah numpuk di mana-mana. Semua tetangga rumah udah k