Share

4. Pov Haikal

Author: Tetiimulyati
last update Last Updated: 2025-01-21 01:06:52

Pekerjaan yang Rosa sarankan kali ini ternyata mengantarkanku pada tambang emas. Bagaimana tidak? Arumi adalah wanita kaya raya, cantik, modis dan kesepian. Poin terakhir inilah yang bisa melancarkan aksiku.

Rosa tidak tahu kalau selama ini pekerjaan suaminya adalah menjerat wanita-wanita kaya dan kesepian. Uang yang selama ini aku berikan pada Rosa adalah hasil aku mengumbar janji manis dan rayuan maut.

Ya, kebanyakan para wanita akan berbunga-bunga dengan sedikit perhatian saja. Cukup ditanya sudah makan belum, atau kamu cantik pakai baju itu saja mereka sudah tersipu.

Apalagi mereka yang kurang perhatian dari suaminya karena terlalu sibuk mencari rupiah hingga lupa kalau istri mereka juga butuh sedikit diperhatikan. Kebanyakan para suami berpikir bahwa menyenangkan istri itu cukup dengan diberi lembaran merah saja.

Mengambil hati kaum bergincu itu pekerjaan mudah dan sangat menyenangkan. Diberi perhatian sedikit saja mereka akan meleleh apalagi kalau setiap hari ditanya kabar dan dipuji-puji. Besoknya dia akan terbuai dan ketagihan.

Kalau sudah begitu aku akan menghilang beberapa hari. Lihat saja kalau dia kelabakan mencariku berarti dia sudah masuk perangkapku dan keracunan rayuanku. Pertama aku akan beralasan tidak punya paketan data, maka jika dia sukarela mengisinya berarti target sudah bisa dimanfaatkan.

Aku akan terus melancarkan gombalan maut sambil sesekali menghilang. Jika dia terlanjur nyaman maka apapun akan dia lakukan demi mendengar bualanku.

Sudah banyak perempuan yang masuk perangkapku. Mereka sukarela membelikan aku pakaian dan barang-barang branded lainnya. Pun sejumlah rupiah untuk kuberikan pada Rosa. Kepada mereka aku selalu bilang bahwa istriku sakit harus berobat rutin dan tidak bisa menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri.

Selain berakting kekurangan materi aku juga berakting sebagai seorang suami yang kesepian. Jadi dalam hal ini kami sama-sama kesepian, menurut mereka.

Aku punya akun fake di salah satu jejaring sosial. Gunanya untuk memantau para ibu muda yang hobby pamer harta suaminya tapi kelihatan kurang harmonis. Emang tahu dari mana mereka tidak harmonis? Itu urusan gampang. Biasanya mereka sering tebar pesona dan upload poto-poto sendiri, sekali aku inbox dipuji-puji langsung bahagia.

Jika aku sudah bosan dan mereka sudah banyak menuntut biasa aku langsung blokir kontak dan akunnya, beres. Dan bersiap mencari para kaum kesepian lainnya.

Arumi sebenarnya sudah lama aku incar. Tapi karena dia teman dekat Rosa, aku berpikir dua kali untuk mendekatinya. Pucuk dicinta ulam pun tiba, Rosa yang tahunya aku sedang menganggur akhirnya meminta pekerjaan kepada Arumi.

Tidak mengapa aku bekerja sebagai supir pabrik, sambil memantau situasi dulu. Arumi datang ke pabrik kadang tiap hari, aku tahu selain pabrik roti dia juga mengelola salon kecantikan dan perawatan wajah dan tubuh. Tak heran jika dia sendiri cantik terawat.

Bukan Haikal namanya jika tidak punya cara untuk mendekati wanita. Sekedar berbasa-basi menyampaikan salam dari Rosa padahal bohong. Atau membukakan pintu mobilnya seraya berkata 'Anda kelihatan segar hari ini.' Lain kali aku bilang bahwa warna kerudungnya sangat cocok dengan bajunya.

Melihat dia tersipu aku yakin strategiku akan berhasil. Iseng aku tanyakan pada teman sesama supir tentang suaminya.

"Ini kan pabrik warisan Bapaknya Bu Arumi, jadi Bu Arumi yang mengelola. Lagian suaminya kan sibuk ngurusin toko alat bangunan yang punya cabang di mana-mana," Ucap Mang Eman.

Mulutku terbuka membentuk huruf O tanpa suara.

"Dengar-dengar sih katanya mereka sudah lama pisah ranjang. Resiko suami istri pada sibuk ya seperti itu, kurang harmonis. Lagian kalau Bu Arumi sampai cerai pun dia tidak akan kekurangan materi," tambah Kang Didin.

Aku mengangguk-ngangguk perlahan, dengan cara apapun Arumi harus masuk perangkapku. Soal Rosa itu urusan gampang. Wanita itu selama menjadi istriku tak banyak mengeluh atau menuntut. Dia selalu menurut dan sangat penyabar. Toh selama ini dia tidak tahu kalau aku sering bermain wanita dan menghasilkan banyak uang.

Makanya aku selalu melarang setiap kali Rosa meminta izin untuk bekerja. Aku khawatir setelah punya penghasilan sendiri Rosa akan banyak tingkah dan tidak lagi penurut. Karena selama ini dia dan keluarganya sangat bergantung padaku. Sengaja aku buat seperti itu supaya suatu saat jika aku ketahuan Rosa tidak akan berani meninggalkan aku. Mana mungkin dia berani hidup mandiri karena sudah terbiasa bergantung padaku.

Malam itu ketika aku pulang, diam-diam menyimpan kontak Arumi yang aku salin dari ponsel Rosa. Besoknya aku mengirim pesan pada Arumi.

[Assalamualaikum Bu Arumi, aku Haikal suaminya Rosa, saya supir di pabrik roti Bu Arumi juga. Ada hal yang ingin disampaikan tapi tidak sopan kalau melalui telepon. Ini ada kaitannya dengan Rosa.]

Terkirim.

[Waalaikum salam. Ada apa ya, Mas Haikal? Nanti jam istirahat aku tunggu di ruangan aku, ya.]

Tidak perlu menunggu lama pesanku terbalas. Yes.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    69. Menuai Hasil

    Beberapa hari setelah itu aku pindah ke rumah yang tempo hari Mas Dika tunjukkan. Tempatnya tidak jauh dari sekolah Delia. Rumah lamaku, sekarang dijadikan sebagai tempat para penjahitku bekerja. Jadi aku masih harus sering ke sana untuk memantau pekerjaan mereka. Sementara Mas Dika juga masih bolak balik ke luar kota mengurusi tokonya. Meski hanya dua kali dalam seminggu. "Sayang, Mas ada ide nih. Tapi sepertinya kamu juga bakalan suka." Sore ini ketika kami berkumpul sambil menunggu adzan magrib, Mas Dika sepertinya berbicara agak serius. Aku pun menatapnya serius sebentar. "Ide apa, Mas?" tanyaku seraya menambahkan gula pada teh hangat yang baru saja kuseduh. "Bagiamana kalau uang yang tempo hari itu kita gunakan untuk membeli ruko di dekat pasar." "Ruko yang masih dalam proses pembangunan itu, Mas." "Iya, kebetulan tempatnya strategis, jadi bisa untuk mengembangkan usahamu. Siapa tahu kedepannya bisa menjadi butik yang besar." Aku berpikir sejenak, meski usahaku sekarang

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    68. Berita Mengejutkan

    Aku segera menggeser kursi yang sedang kududuki bermaksud hendak menyapanya. Lalu dengan isyarat aku mengajak Mas Dika untuk ikut berdiri. Meski terlihat bingung tapi Mas Dika akhirnya ikut berdiri dan mengikutiku melangkah mendekati lelaki itu. "Mas Rizal," sapaku. Merasa dipanggil namanya lelaki itu menoleh lalu terlihat sedikit bingung. Baru beberapa detik kemudian dia tersenyum. "Rosa!" serunya. "Iya, Mas. Maaf, mengganggu. Apa kabar Mas?" "Seperti yang kamu lihat Ros, alhamdulillah baik. Kamu sendiri?" "Alhamdulillah baik juga, Mas. Oh ya, kenalkan ini Mas Dika, suamiku." Aku menunjuk Mas Dika, lalu keduanya bersalaman. "Saya Rizal, mantan suaminya Arumi. Saya dan Rosa mungkin senasib." Mas Rizal tertawa kecil sambil mempersilahkan kami duduk. Awalnya aku menolak karena tak enak, tapi Mas Dika mengiyakan. Akhirnya kami bergabung ke meja Mas Rizal bersama wanita yang semula kusangka istrinya, tapi ternyata adiknya Mas Rizal. Sejak terjadi pengkhianatan itu, ba

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    67. Kejutan lagi

    Aku tersenyum lebar mendengarnya. Jadi selama ini dia tidak pernah membahas Mas Haikal bukan karena menjaga perasaannya? Tapi karena untuk lebih menjaga perasaanku. "Loh, kita mau kemana Mas?" Aku merasa heran ketika Mas Dika mengambil jalur lurus sementara untuk menuju rumahku seharusnya belok kiri. "Mas mau nunjukin sesuatu," "Apa?" "Kejutan dong," "Baiklah, kalau begitu aku tutup mata." "Ide bagus," ucapnya kemudian. Aku menutup mataku dengan kedua telapak tangan. Terlihat lucu memang, karena dia yang akan memberi kejutan tapi aku yang punya inisiatif untuk menutup mata. Aku masih menutup mataku ketika aku merasa mobil berhenti. "Bentar." Mas Dika terdengar membuka pintu di sebelahnya lalu berjalan memutar untuk membukakan pintu disebelahku. "Ayah, ini rumah siapa?" tanya Alfan ketika aku baru saja turun. "Rumah?" Aku bergumam. "Iya," jawab Mas Dika. Lalu aku merasa dia meraih tanganku yang menutupi mata. "Sudah, buka saja. Toh Alfan sudah ngomong kita sedang berada

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    66. Diam-diam suka

    "Ehem, kayaknya drama pelukannya diskip dulu, deh." Aku terkejut mendengar deheman Serly, lupa kalau kami sedang berada di rumah orang. "Makasih, ya, Ser. Karena kamu sudah bisa menjaga rahasia ini," kata Mas Dika." "Perjuangan banget, Mas. Aku sering hampir keceplosan ngomongin Mas Dika," kekeh Serly. Aku juga tak sadar ikut tertawa, begitupun Mas Dika dan Mas Helmi. "Oh ya, Mas. Berarti uang ini aku kembalikan sama Mas Dika ya?" Aku mengambil amplop yang sudah aku simpan di meja tadi lalu menyerahkannya pada Mas Dika. Tapi Mas Dika malah tertawa kecil membuat aku menautkan alis. Sementara tanganku masih terulur. "Baiklah, karena ini ijab qobulnya pinjaman, maka Mas akan terima uangnya." Akhirnya Mas Dika menerima amplop tersebut. "Terima kasih, Mas. Meski secara sembunyi-sembunyi tapi Mas Dika sudah sangat peduli sama aku. Sekarang utangku sudah lunas, ya." "Iya, sayang. Itulah enaknya punya penggemar rahasia," kekehnya lagi. "Apa pun namanya, aku sangat bersyukur diperte

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    65. Sebuah Rahasia

    "Yang ini 'kan?" tanya Mas Dika sambil memelankan laju mobil. "Iya." Kami bermaksud menemui Serly di rumah orang tuanya. Aku mendapat kabar kalau Serly baru tiba tadi pagi. Aku mengajak Mas Dika untuk menemuinya sekarang karena aku berniat mengembalikan uang Serly yang dulu aku gunakan untuk menebus surat tanah pada Arumi. Kebetulan jumlahnya baru terkumpul sekarang. Sebenarnya di awal pernikahan aku sudah membahas ini dengan Mas Dika dan beliau sudah berniat menambah uangnya agar cepat lunas katanya. Tapi aku menolak karena tidak ingin merepotkan dia. "Ya bukan merepotkan, dong. Mas kan suamimu. Kita selesaikan bersama masalah ini." "Aku mohon, tolong ridhoi aku, ya." Aku merajuk agar diizinkan untuk tidak menerima bantuannya. "Baiklah, terserah kamu saja." Seperti biasa, Mas Dika hanya mengiyakan tanpa protes lagi. "Paling juga satu bulan lagi jumlahnya akan genap," jawabku setelah menghitung dalam hati. "Oke, Mas ikut yang menurut kamu baik saja. Ternyata benar juga apa

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    64. Melindungi

    Mas Dika menatapku seakan bertanya siapa wanita yang berdiri tak jauh dari kami itu. "Arumi," bisikku pada Mas Dika, membuat lelaki itu mengangguk samar. Penampilan Arumi sangat jauh berbeda dengan dahulu sewaktu mengambil Mas Haikal dariku. Badannya terlihat agak kurus dan wajahnya penuh bintik hitam, sepertinya kurang terawat. Pakaiannya pun terlihat biasa saja, padahal dulu dia paling fashionable. Kami hanya diam menunggu reaksi wanita di hadapanku itu. Arumi berjalan perlahan mendekati kami dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Yang jelas dia tidak terlihat bersahabat atau pun baik-baik saja. "Hebat kamu Ros, setelah berhasil mengambil semua hartaku lewat Mas Haikal, sekarang kamu menikah dengan lelaki lain. Apakah aku harus bilang selamat atau justru menyebutmu payah?" Tanpa basa-basi dia langsung melontarkan kata-kata yang menurutku isinya fitnah semua. Mas Haikal hanya sekali mengajak Alfan jalan-jalan dan membelikan mainan serta makanan yang ternyata dijadikan alasan s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status