Papah Andi mengusir Tania dengan cara yang halus, agar wanita itu tidak tersinggung. Beliau melakukan semua ini demi Claudia, agar tidak terganggu dalam menjaga Rayhan. Seandainya Tania tidak mempunyai perasaan terhadap putranya, beliau tidak akan mengusir. "Claudia, kamu dari tadi belum makan. Ayo makan dulu, biar Aruna dan Mamah yang jaga Rayhan," ajak Papah Andi. "Claudia ingin makan nanti, Pah. Nunggu Mas Rayhan sadar, biar kita bisa makan berdua," tolak Claudia. "Nanti kalau kamu sakit, gak bisa jaga Rayhan. Kesehatan kamu juga penting," bujuk Papah Andi. "Halah, entar kalau lapar juga makan!" cibir Eva. Dalam situasi seperti ini Mamah Eva, masih saja mencibir Claudia. Membuat menantunya meneteskan air mata kembali. Sekarang gantian Aruna yang membujuk Claudia, ia mulai sadar setelah melihat Claudia yang begitu cinta dengan Rayhan. Aruna tidak bisa membayangkan kalau nanti sudah menikah, dan diperlakukan seperti Claudia. Dokter memanggil Claudia, untuk masuk ke dalam ruang
"Sayang, kenapa wajahmu memerah?" tanya Rayhan sambil mengelus lembut wajah sang istri. "Gak papa, Mas. Mungkin tadi kepanasan di jalan," bohong Claudia. Rayhan meminta air es kepada perawat yang kebetulan mengecek infusnya, untuk mengompres wajah Claudia. Claudia tetap kekeh menolak, dan mengatakan kalau tidak sakit. Padahal ia menahan rasa perih dan sakit hatinya, lebih baik menahan demi keutuhan rumah tangganya. Perawat itu sangat baik, bukannya memberikan air es beliau justru memberikan salep untuk luka memar. "Sayang, istirahatlah! Sepertinya kamu lelah sekali," ujar Rayhan merasa sangat kasihan dengan sang istri. Claudia sangat telaten menjaga Rayhan sendiri, malam ini Mamah Eva, Papah Andi, dan Aruna tidur di rumah. Setiap dua jam sekali, ia terbangun untuk melihat keadaan suaminya. Rayhan sangat beruntung mempunyai seorang istri seperti Claudia, mandiri dan cekatan dalam melakukan sesuatu. ***Tiga hari kemudian. Rayhan sudah diperbolehkan pulang ke rumah, tapi harus t
Rayhan saat ini kembali bekerja, keadaannya sudah pulih kembali. Namun, Claudia yang sering tidak enak badan, mual, dan sering kecapean. Ia masih seperti biasa, mengerjakan pekerjaan rumah. Mamah Eva akhir-akhir ini juga sibuk, sering keluar rumah. Sedangkan Aruna semakin sibuk kuliah, pulang ke rumah juga sudah sore. "Claudia, Mamah mau pergi arisan. Jaga rumah dengan baik, ingat kamu numpang di sini," kata Eva. "Iya, Mah," sahutnya. Claudia sudah paham dengan maksud Mamah Eva, walaupun berada di rumah dia tidak bisa santai. Pekerjaan rumah seperti mengepel, menyapu, seakan-akan sudah menjadi tanggung jawabnya. Tapi, Claudia tidak pernah mengeluh karena sudah terbiasa dengan semuanya. Tiba-tiba padangan mata Claudia kabur, ia menghentikan aktivitasnya dan duduk dengan bersandar kan tembok. "Kenapa aku menjadi sering pusing," ucapnya sembari memegang kepalanya. Setelah merasa baikan ia baru melanjutkan aktivitasnya kembali, dan mengerjakan sampai selesai. Tok ... tok ... tok ...
"Kak, mana uang ganti bunganya tadi," pinta Aruna dengan menengadahkan tangannya ke arah Claudia. Rayhan tidak jadi marah dengan istrinya, mendengar perkataan Aruna membuatnya tenang. Ia lalu mengambil uang selembar seratus ribuan, dan diberikan kepada adiknya. Claudia sangat bersyukur, untung saja Aruna datang. Dia sangat tidak menyangka, Aruna akan menjadi penyelamat untuk dirinya. "Runa, terimakasih ya," ungkap Claudia. "Ini tidak gratis, Kakak ipar! Besok jangan lupa, traktir Aruna beli bakso," ujar Aruna. Rayhan mengacak-acak rambut adiknya itu, hingga menjadi sangat berantakan. Kemudian Aruna meminta Claudia untuk menyisir rambutnya, agar menjadi rapi kembali. "Runa, pokoknya terimakasih banyak ya," bisik Claudia. "Aku melakukan semua ini demi Sean," kata Aruna. Claudia salah menduga, ia mengira Aruna membela dirinya karena sudah mau menerima sebagai kakak iparnya. Sean juga bilang kalau mereka bersahabat, tentu saja akan membela Sean dibanding dirinya. Tok ... tok ...
Kini, Rayhan harus berpikir keras bagaimana agar istrinya merasakan nyaman saat berada di rumah. Ia baru tersadar kalau selama ini tidak begitu memperhatikan istrinya.Karena sudah larut malam, ia mengajak pulang Claudia dengan naik taksi online. Perjalanan menuju ke rumah, terbilang lancar karena sudah sepi pengendara. Biasanya mereka terjebak dalam kemacetan panjang, dengan padatnya kendaraan di kota itu. "Mas, kok tiba-tiba aku lapar ya," ucap Claudia, memegang perutnya yang tidak buncit. "Nanti sampai rumah makan lagi, Sayang," ujar Rayhan. Claudia ingin makan nasi goreng buatan suaminya, membuat Rayhan mengerutkan dahinya karena tidak bisa memasak. Setelah sampai di rumah Claudia menagihnya, merengek minta segera dibuatkan. Mereka berdua saat ini sudah berada di dapur, Claudia menyiapkan semua bahannya tinggal Rayhan yang memasaknya. "Sayang, ini gimana caranya?" tanya Rayhan, sama sekali tidak pernah memasak nasi goreng. "Masa sih Mas, gak bisa? Usaha dong," balas Claudia
Sean akhirnya angkat bicara, menjelaskan kalau wanita yang duduk bersama Aruna adalah kakak ipar Aruna bukan Alena. Dengan wajah sedihnya Sean menceritakan tentang Alena, meninggal karena kecelakaan. Sean juga menunjukkan bukti berupa video di ponselnya, sehingga mereka semua percaya dengan ucapannya. Karena, waktu kejadian mereka masih dalam masa pendaftaran jadi belum saling mengenal. Pak Bandi meminta maaf kepada Claudia, lalu mengizinkannya keluar dari dalam kelas. Beliau yang berkacamata tidak bisa melihat dengan jelas, dan membedakan antara Claudia dan Alena. "Kalau begitu permisi, Pak. Saya harus pulang," pamit Claudia dengan sopan. "Silahkan, Nona. Hati-hati di jalan," ujar Pak Bandi menatap sendu Claudia. Baru beberapa langkah berjalan Claudia tiba-tiba pingsan, Aruna segera berlari dan menolong kakak iparnya itu. Sean juga turut membantu Aruna membawa ke ruang kesehatan yang ada di kampus. "Merepotkan saja kakak ipar," gumam Aruna, dengan wajah kesalnya. "Seharusnya k
"Sayang, aku sudah wangi nih," ucap Rayhan selesai mandi. Ternyata Claudia sudah terlelap dalam tidurnya di atas ranjang, ia lelah menunggu Rayhan mandi terlalu lama. Melihat secangkir kopi di atas meja, membuatnya bersemangat untuk segera mengecap kopi buatan istrinya. "Mas, maaf aku ketiduran," kata Claudia. "Gak papa, Sayang. Pasti kamu lelah kan," ujar Rayhan tersenyum tipis. Claudia benar-benar lupa dengan apa yang terjadi dengan dirinya, karena tidak menceritakan kegiatannya tadi siang. Ia justru mengajak suaminya untuk makan, cacing di perutnya sudah berteriak minta diisi. "Claudia, kamu masak sendiri buat suamimu! Jangan apa-apa yang ngerjain Mamah terus, seharian kamu kemana aja!" ketus Eva. Padahal di meja makan sudah tersedia berbagai jenis masakan, tadi Eva meminta tolong tetangganya untuk memasak. Rayhan tidak banyak bicara, dari pada Mamahnya marah pada istrinya ia mengajak Claudia makan di luar rumah. "Rayhan, biarkan Claudia masak! Pemborosan setiap hari makan
Sean merebut telepon genggam milik Mamah Risma, lalu mematikan panggilan dengan Eva. Seketika Mamah Risma terkejut, karena perlakuan Sean baru saja menunjukkan sikap tidak sopan. "Sean, sejak kapan kamu tidak mempunyai sopan santun!" marah Risma. "Kenapa Mamah, menghubungi mertuanya Claudia? Dia di usir dari rumah, karena hamil! Mamah, tega melihat orang hamil kena omel terus?" tanya Sean. "Astaga! Maafkan Mamah," ucap Risma. Lalu menuju ke arah Claudia yang saat ini duduk di ruang keluarga. Akhirnya beliau mengizinkan Claudia tinggal di rumahnya, dengan catatan tidak boleh keluar dari rumah. Beliau tidak mau sampai ada yang mengatakan ke Eva, kebetulan tetangganya ada yang teman arisan Eva. "Tante, aku tidak tau harus bagaimana cara berterimakasih untuk membalas kebaikan Sean dan Tante. Sudah sudi menerima aku di rumah ini," ungkap Claudia. Risma tersenyum bahagia, beliau merasakan mempunyai anak perempuan kembali dengan adanya Claudia di rumahnya. Lalu menunjukkan kamar yang a