Share

Hampir ketahuan

Author: NaYanjah
last update Last Updated: 2023-12-28 06:15:35

Sekarang kita panggil Anastasya dengan nama barunya yaitu Alina. 

Alina sedang berada di pesawat menuju Bali. Alina akan mengadakan jumpa fans di sana setelah Novel terbarunya mencapai 500.000 pembelian. Alina terlihat tidak fokus, entah apa yang ia pikirkan saat ini. Ethan menatap Alian dengan penuh kecemasan karena Alina tidak pernah seperti ini sebelumnya.

Ethan meraih tangan Alina dan sedikit mengelus lalu bertanya, "Apa semua baik-baik saja Alina?"

Alina yang lemas mencoba tersenyum ceria. Seraya menatap kedua mata Ethan ia menjawab, "Aku baik-baik saja, mungkin karena sedikit lelah, dan sebaiknya kamu lepaskan tanganku atau aku akan memukulmu Ethan."

Ethan sontak melepaskan tangan Alina, karena Alina tidak main-main dengan perkataannya jika sudah seperti itu. Alina tidak suka disentuh oleh Ethan, karena khawatir ada salah paham nanti di perusahaan Ethan. Baik Alina dan Ethan kini menatap ke arah yang berbeda.

Awan putih yang tepat berada di samping Alina membuatnya teringat kembali pada Clara. Alina kini merasa takut Clara akan mencari tahu kebenaran tentangnya. Alina belum siap bertemu dengan orang-orang yang dulu ia kenal.

"Aku belum sukses, aku masih perlu banyak menabung, jika aku ketahuan sekarang, maka kemungkinan aku akan kembali ke rumah Ayah, aku tidak ingin kembali tinggal bersama Ibu tiri itu," batin Alina. Dan tanpa sadar air matanya menetes.

Ethan menyadari hal itu dan merasa ada yang tidak beres. Ethan tahu bahwa ada yang Alina sembunyikan darinya. Ethan tidak bisa melihat Alina yang bersedih, karena Ethan terbiasa dengan Alina yang ceria walaupun Alina kadang terlihat menyeramkan.

Beberapa jam kemudian mereka telah tiba di Bali. Ethan dan Alina segera menuju hotel di mana sudah mereka pesan sebelumnya secara online. Sesampainya di hotel, Alina segera memutuskan untuk beristirahat.

"Apa lagi yang kamu tunggu Ethan, kenapa kamu masih berada di kamarku?" 

Ethan menatap Alina dengan wajah tersenyum kemudian menjawab pertanyaan Alina, "Maafkan aku karena aku tidak mengatakannya lebih awal, tapi kita hanya memesan satu kamar hotel karena setiap kamar hotel di sini penuh."

Alina melihat Ethan dengan wajah datar.

"Tidak Alina, kamu jangan marah dulu, aku akan tidur di sofa, aku akan menjaga jarak darimu, dan aku juga tidak akan mengganggu dirimu," lanjut Ethan.

Alina bukannya tidak percaya pada Ethan, hanya saja Alina tidak suka menjadi pusat perhatian karena Ethan seperti yang kita tahu, dia adalah owner dari sebuah perusahaan besar. Tapi sebenarnya Alina sangat percaya pada setiap ucapan Ethan.

Tiba-tiba Alina merubah ekspresi wajahnya yang tadinya datar menjadi senyuman yang indah. Alina mendekati Ethan tanpa berkata lalu entah apa yang merasuki Alina, ia justru bersandar pada bahu bidang Ethan.

"Aku tidak marah, aku harap semua akan baik-baik saja," ucap Alina.

Bagai memenangkan sebuah kejuaraan internasional, hati Ethan terasa sangat bahagia dan jantungnya tidak bisa berdegup dengan normal. Ethan khawatir Alina akan menyadari hal itu.

"Ada apa ini, selama ini aku tidak pernah seperti ini … ayolah jantung, tenanglah, kau membuatku malu saja," batin Ethan.

Tiba-tiba Alina melihat ke arah Ethan, karena Ethan tidak berkata apa-apa. Ethan menyadari hal itu, dan mencoba untuk tenang sebelum berkata.

Ethan menepuk pelan bahu Alina, “Iya semua pasti akan baik-baik saja, dan jika nanti tidak baik-baik saja maka aku yang akan membuatnya menjadi baik-baik saja.”

Alina mengangguk kemudian dia menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri, sedangkan Ethan pergi ke lobi untuk mengambil makanan yang dia pesan secara online. Selama Alina mandi, Alina menyesali perbuatannya yang bersandar pada Ethan tadi. Alina menarik kuat rambutnya karena malu.

“Argh, aku ini kenapa, apa aku sudah gila, bagaimana bisa aku melakukan hal itu padanya, apa yang akan dia pikirkan sekarang tentang diriku … entahlah aku tidak peduli.”

Setelah selesai berganti pakaian, Alina mencari keberadaan Ethan. Tapi Alina tidak dapat menemukannya.

“Apa Ethan belum kembali? Apa yang membuatnya begitu lama?” Akhirnya Alina memutuskan untuk menyusul Ethan ke lobi.

***

Alina mencari Ethan di setiap sudut lobi, akan tetapi Alina tidak menemukan Ethan dimanapun. Alina menggerutu karena tidak menemukan Ethan. 

“Kenapa dia tidak bicara padaku lebih dulu jika dia ingin pergi ke suatu tempat, jika seperti ini aku yang bingung harus mencarinya kemana.” Alina pun akhirnya berjalan kembali menuju kamarnya.

Dari kejauhan, ada seorang pria dan wanita melihat ke arah Alina dengan curiga. Perlahan tapi pasti mereka mendekati Alina tanpa ragu. Sedangkan Alina tidak menyadarinya.

Beberapa saat kemudian kedua orang itu sampai pada Alina. Wanita itu menahan lengan Alina yang menyebabkan langkah kaki Alina terhenti. Alina pun menoleh ke arah belakang, penasaran siapa yang menahannya.

Setelah ia menoleh, alangkah terkejutnya Alina melihat kedua orang yang ada di hadapannya kini. Alina perlahan menelan salivanya dengan cemas. Seketika Alina bisa merasakan bahwa keringat mulai menetes dari punggung nya.

“Kak Ica, Bang Mizwar, astaga aku terjebak,” batin Alina.

Ternyata kedua orang itu adalah saudara sepupu Alina. Mereka berdua sepertinya mengenali Alina karena mereka tahu cara berjalan Alina yang pincang.

Alina mencoba tetap tenang, akan tetapi kehadiran mereka berdua benar-benar membuat Alina cemas. Karena terlalu takut, Alina mulai merasa pusing, sepertinya tekanan darah Alina tiba-tiba turun. Ditambah lagi sesaat kemudian salah satu dari mereka mulai berkata.

“Kamu pasti Anastasya,” ucap Ica.

Alina terkadang bisa menjadi orang yang sulit untuk berbohong, ditambah lagi itu adalah keluarganya. 

“Hancur, hancur sudah kehidupanku,” batin Alina dengan tetap diam tanpa menjawab apa-apa.

Kaki Alina terasa semakin lemas, keseimbangan Alina mulai hilang dan hampir jatuh. Untung saja Ethan datang dan merangkul Alina sehingga Alina masih bisa berdiri. Ethan melihat sekilas ke arah Alina yang sudah terlihat sangat pucat.

Ica dan Mizwar heran melihat Alina yang tiba-tiba pucat dan lemas itu. Mereka pun semakin yakin bahwa itu adalah Anastasya.

Akan tetapi sesaat kemudian, Ethan menatap Ica dan Mizwar lalu berkata, “Maaf, dia adalah kekasihku dan dia juga sedang sakit sejak tadi … dan juga dia bukan Anastasya, namanya Alina Bellezza, aku rasa kalian salah orang.”

Mizwar segera menolak pernyataan Ethan yang menyangkal bahwa Alina bukanlah Anastasya, “Tidak, dia adalah adik kami Anastasya, kami tidak mungkin salah, aku sangat tahu bagaimana adikku.”

Ethan kesal karena Mizwar mengajaknya berdebat, sedangkan Ethan sangat khawatir dengan kondisi Alina. Ethan menatap tajam ke arah Mizwar dengan marah.

“Sudah aku katakan dia bukan Anastasya, dia Alina, kamu pasti tahu bukan bahwa di dunia ini setiap manusia memiliki 7 orang yang memiliki wajah yang sama (Mizwar hendak memotong perkataan Ethan) tidak, aku tidak ingin mendengar apa-apa darimu, kalian tidak melihat kondisi kekasihku ini, kalau begitu permisi.”

Ethan pun akhirnya menggendong Alina menuju kamar hotel mereka. Sedangkan Ica dan Mizwar menatap dari kejauhan. 

“Kak Ica, aku sangat yakin itu adalah Anastasya, aku akan membuktikannya, firasatku tidak akan salah tentang ini,” tutur Mizwar.

Ica yang memiliki keyakinan yang sama pun mengangguk lalu menyahut perkataan Mizwar, “Cari tahu dengan baik, katakan padaku jika butuh bantuan.”

Bersambung…

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dilema: Diperebutkan Bos dan Ketua Geng Motor   Alina Selamat

    Pada hari dimana Alina pulang, Rio tetap mengikuti Alina dan tentu saja itu atas perintah dari Ethan. Rio menjadi pengawal pribadi penulis itu untuk sementara walaupun tidak diketahui olehnya.Begitu Rio sedang bersantai sejenak tidak jauh dari rumah Alina. Tiba-tiba saja beberapa orang keluar dari rumah itu dengan membawa Alina yang pingsan dalam gendongan seorang pria. Rio pun segera menghubungi Ethan karena ia merasa ada yang tidak beres dari itu.“Iya Pak, aku nggak tau siapa mereka. Tapi dari gaya pakainya, kayaknya mereka geng motor lain.”“Ya udah, ikutin terus mereka dan bagi lokasi kamu padaku. Aku akan menyusul dengan beberapa orang sebentar lagi.”“Baik Pak.”Rio pun mengikuti perintah Ethan dan terus mengikuti penculikan Alina dari belakang. Ia melakukannya secara hati-hati agar tidak ketahuan. Karena jika ketahuan bisa saja nanti orang itu akan menyakiti Alina di depan Rio sebagai ancaman.“Kenapa mereka pergi jauh banget,” gumam Rio melihat Alina dibawa ke sebuah desa ya

  • Dilema: Diperebutkan Bos dan Ketua Geng Motor   Alina Diculik

    Alina telah tiba di rumahnya dengan rasa lelah di sekujur tubuhnya. Ia memang kurang beristirahat semenjak kehadiran Fathan ke resort.Alina memarkirkan mobilnya kemudian menurunkan semua bahan makanan yang telah ia beli tadi. Setelah itu ia menuju bunga kaktus untuk mengambil kunci rumah.Dengan tertatih-tatih ia membawa masuk satu persatu semua makanan ke dalam rumah dan hanya menyisakan pakaian di dalam mobil. Ia meletakkan semuanya di dapur dan nanti baru ia akan rapikan setelah ia beristirahat sejenak di kamarnya.Penulis cantik itu berbaring di atas kasurnya dengan nyaman. Perlahan-lahan rasa kantuk mulai menerpanya. Baru saja ia menutup matanya untuk tidur, tiba-tiba saja seseorang yang belum sempat ia lihat wajahnya menutup wajahnya dengan sapu tangan. Dan sapu tangan itu sudah diberi obat bius sebelumnya. Sehingga hanya dalam beberapa saat saja wanita itu tidak berdaya tanpa sempat melawan.Tawa kebahagiaan terdengar dengan jelas dari Siska. Ia sangat senang melihat apa ya y

  • Dilema: Diperebutkan Bos dan Ketua Geng Motor   Keselamatan Alina Terancam

    Jonathan dan yang lainnya sudah mulai melaksanakan rencana mereka untuk menculik Alina kembali. Beberapa orang dari geng motor Jonathan mengawasi gerak-gerik yang terjadi di sekitar rumah Fathan. Dan sebagai besar lainnya mengikuti kegiatan yang diadakan oleh street motorcycle. Sedangkan Jonathan, Siska dan beberapa sisa anggota geng bruiser mencoba menerobos masuk ke rumah Alina. Awalnya mereka mematikan listrik rumah Alina dengan cara mengendap-endap supaya tidak terlihat di kamera CCTV.Setelah listriknya mati, otomatis kamera CCTV itu juga mati. Mereka yang sejak tadi menunggu di luar pun segera memanjat pagar termasuk juga Siska.Jonathan menoleh ke belakang dan melihat adegan di mana Siska mendarat dengan selamat. Musuh geng street motorcycle itu pun bertepuk tangan untuk nya.“Wah Siska, hanya dalam beberapa waktu aja, kamu udah banyak kepandaian sekarang,” puji Jonathan.“Cih, kamu nggak tau ya kalau aku ini memang banyak kepandaian,” jawab Siska.“Bos ngapain? Cepetan ke sin

  • Dilema: Diperebutkan Bos dan Ketua Geng Motor   Batasan Yang Alina Buat

    Alina menyiapkan makanan untuk Fathan. Banyak lauk yang dibuat oleh penulis cantik itu. Ia juga menata makanan itu dengan rapi di atas meja.“Wah, kenapa makan-makanan ini terlihat kayak seni. Kalau di makan kayaknya sayang, tapi makanan ini juga keliatan enak banget,” puji Fathan.Penulis cantik itu tersenyum bangga atas itu. “Oke silakan makan!” Alina pun mempersilakan Fathan untuk menikmati hidangan yang sudah ia masak. Pria tampan itu juga langsung memakannya tanpa henti karena ia sudah merasa sangat lapar.Melihat Fathan makan dengan lahap, itu membuat Alina sangat senang. Ia sangat bahagia apabila ada yang menikmati makanan yang ia buat, ia sangat menghargai itu. Lalu penulis cantik itu menuju meja yang di sana laptopnya sudah menyala, ia siap untuk menulis.Fathan yang sedang asyik makan pun hampir tidak menyadari bahwa Alina tidak bergabung dengannya untuk makan. Begitu ketua geng motor itu merasa haus dan mencari segelas air segar, ia melihat Alina yang sedang serius di depa

  • Dilema: Diperebutkan Bos dan Ketua Geng Motor   Pertemuan Yang Gagal

    “Kenapa Fathan nggak balik-balik ya? Udah 2 jam ini, ngapain aja dia. Di telepon juga hpnya enggak di bawa.”Perut Alina mulai keroncongan. Badannya juga agak lemas karena belum sarapan.“Ya udahlah aku ke restoran sendiri aja. Fathan mah lama.”Akhirnya Alina pun menuju restoran untuk sarapan. Awalnya dia memang hendak sarapan bersama dengan Fathan, tapi setelah ia sudah rapi dan memakai make up ketua geng motor itu tidak kunjung datang.Alina pun berjalan seraya terus mengeluh karena lamanya Fathan. “Cuma disuruh beli itu aja lama. Ngapain coba dia di minimarket? Bersemedi apa ya?”Ethan yang sejak tadi menunggu Alina pun tampak senang melihat kedatangan penulis itu. “Kenapa dia berjalan seperti itu? Apa dia sedang kesal?”Alina duduk di salah satu meja yang kosong dan segera memesan makanan. Sembari menunggu ia menonton video singkat di ponselnya.Ethan sedang menyiapkan mentalnya untuk mendekati Alina. Dia mulai mengatur napasnya agar dirinya bisa tetap tenang.“Oke aku sekarang s

  • Dilema: Diperebutkan Bos dan Ketua Geng Motor   Bagaimana Caraku Menembus Tembok Itu

    Alina dan Fathan sudah kembali ke resort setelah hari hampir senja. Canda tawa mengiringi perjalanan mereka menuju ke resort. Dan dari kejauhan Ethan melihat mereka berdua berjalan sangat natural seperti sepasang kekasih yang telah lama menjalin kasih. Hati CEO tampan itu terasa seperti sedang disayat-sayat. Wajahnya merah padam dan tangannya mengepal dengan erat. Rio dan pengawal lainnya melihat reaksi Ethan. Dan mereka pun hanya bisa diam tidak bisa melakukan apa-apa. Mereka juga takut pada Ethan jika CEO itu mulai marah.“Rio, besok pagi kamu harus jauhkan Alina dari pria gila itu darinya. Aku akan menemui Alina ketika pria itu tidak ada, agar tidak ada pengganggu nantinya!” perintah Ethan.“Baik Pak,” jawab Rio patuh. ‘Aduh malam ini aku harus cari ide yang bagus untuk itu, kalau gagal bisa bahaya aku. Karena ini adalah masalah percintaan,’ batin Rio.***“Kamu mau aku masakin mie instan nggak?” tawar Alina.Fathan yang sedang membalas pesan grup geng motornya pun menoleh ke ara

  • Dilema: Diperebutkan Bos dan Ketua Geng Motor   Lima Ladang

    Fathan tidak menjawab perkataan Alina cukup lama. “Ya udah kalau nggak mau … kamu tidur aja di luar ini,” ucap Alina lalu berdiri dari duduknya dan hendak pergi. Fathan kemudian menahan tangan penulis itu.“Apa lagi?”“Kalau memang kamu mengizinkan, aku mau,” jawabnya.“Baiklah kamu bisa satu kamar denganku, eeem kalau begitu ikutlah denganku,” ajak Alina.Alina mengajak Fathan untuk tidur satu kamar dengannya bukan tanpa alasan. Ia merasa khawatir akan keadaan pria tampan itu nantinya. Fathan memang sangat pandai dalam berkelahi, akan tetapi Alina baru saja mengetahui bahwa pria mabuk tadi adalah anggota preman yang cukup terkenal di sana, dan ia pun menjadi khawatir.Wanita itu pun mau tidak mau harus mengajaknya karena kasihan dan ditambah lagi ketika Alina mendengar alasannya datang ke sana karena ingin terus melihat penulis itu. Entah kenapa Alina merasa ia tidak bisa membiarkan Fathan begitu saja.Setelah beberapa saat mereka berjalan, Alina dan Fathan tiba. “Kamu bisa meletak

  • Dilema: Diperebutkan Bos dan Ketua Geng Motor   Pria Mabuk

    Fathan baru tiba di Berau sehari setelah ia mendapatkan informasi dari Lisa. Ia baru bisa pergi karena ada urusan lain di geng motornya.Tapi karena Fathan pergi tanpa rencana apapun, pria tampan itu belum pesan kamar di resort yang cukup dekat dengan wisata danau labuan cermin. Pria itu pun masuk ke salah satu resort untuk melakukan pemesanan kamar.Begitu ia hendak memesan kamar, ada seorang pria mabuk menabraknya. “Kamu kalau berdiri liat-liat dong,” cetus pria asing itu.“Maaf bro, bukan salahku. Kamu yang salah, siang bolong kok mabok,” celetuk Fathan tidak terima.“Ealah, cecengut ini malah nyolot. Ngajak berantem kamu ha? Ayo sini lawan aku kalau kamu jantan!” tantang pria asing itu.“Aduh Pak, jangan bertengkar di sini,” keluh resepsionis.“Mbak, saya mah nggak mau ribut. Tapi pria ini yang nyolot,” tutur Fathan dalam posisi siaga jika saja pria asing itu menyerangnya.“Kenapa kamu diam? Takutkan kamu sama aku?” “Udah Kak, jangan diladeni dia,” ujar resepsionis.“Saya mah ba

  • Dilema: Diperebutkan Bos dan Ketua Geng Motor   Ethan Hendak Menemui Alina

    “Aku tidak ingin pergi ke luar negeri,” keluh Yunda pada Ethan.Ethan dan Yunda kini sedang berada di rumah mewah milik keluarga Yunda. Hari ini wanita kaya itu di jadwalkan pergi ke Singapura untuk urusan bisnis keluarganya dan harus menetap di sana selama enam bulan.“Haaaa, Ma,,, aku tidak ingin menjadi perwakilan perusahaan,” rengek Yunda pada Elisa Mamanya.“Sayang, lagi pula pernikahan kamu dan Ethan kan masih tahun depan. Karena tahun ini masih banyak pekerjaan baik di keluarga Ethan maupun keluarga kita,” ucap Elisa memberi pengertian pada anaknya itu.Yunda menatap kedua mata Ethan dengan sangat dalam. Seperti ia sedang berbicara lewat telepati pada pria tampan itu. Ia seperti sedang mengancamnya agar jangan sampai bertemu dengan Alina.Ethan hanya diam dan tidak merespon tatapan Yunda. Ia terus saja memasang wajah ramah pada Elisa agar tidak ada kecurigaan.“Kamu ini lo Yun, tidak malu pada Ethan? Kita ini sudah biasa dengan semua kegiatan ini dan di kedepannya juga pasti se

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status