Mentari pagi saat itu menyelimuti kawasan JIS ( Jakarta Internasional School). Hari pertama sekolah setelah libur panjang. Hari ini juga hari pertama masuk ke sekolah baru bagi seorang Pria bernama Dicky. Jujur, ia benci dengan Jakarta. Karena kota ini selalu mengingatkannya akan masa lalu yang kelam. Namun apa boleh buat, keputusan ibunya yang membuatnya kembali ke kota ini.
Ruang kepsek sekolah itu tak kunjung ia temukan. Sebesar apa sih sekolah ini sampai sampai ruangan kepsek saja sangat sulit ditemukan? Ingin bertanya tapi semua murid sudah masuk ke kelas mereka. Bagaimana ia akan belajar kalau ia tidak tau kelas yang akan ia tepati. "DAMN!" umpatnya.
"Aduh," Keluh seorang gadis karena tak sengaja tertabrak oleh Dicky.
"Maaf, gue gak sengaja," ucap Dicky membantu gadis itu berdiri.
"Gakpapa kok, btw, lo anak baru ya?"
"Iya nih, gue lagi nyari ruangan kepsek, dari tadi gak nemu, lo tau di mana?"
Gadis itu tiba-tiba tersenyum menahan tawanya. Ada perasaan aneh di hati Dicky saat melihat senyuman gadis ini. Senyumannya sangat manis. Membuat Dicky terpana. Namun dengan cepat ia tersadar. Tapi, apa yang membuat gadis ini tersenyum menahan tawanya? Apa ada yang lucu dari Dicky? Melihat Dicky yang keheranan, gadis itu memerintahkan Dicky untuk melihat ke arah belakangnya.
Dan Dicky merasa bodoh sekaligus malu saat itu. Ruangan yang ia cari dari tadi berada di belakangnya. Dicky merutuki dirinya sendiri. Mengapa ia baru sadar?
"Sekarang lo masuk gih, Bu Kepsek pasti udah nungguin lo," perintah gadis itu.
Dengan cepat Dicky menuju ke pintu ruangan kepsek. Namun langkahnya terhenti saat ia tersadar belum mengucapkan terima kasih kepada gadis itu.
"Tunggu!" panggil Dicky kembali pada gadis itu. " Nama lo?" tanya Dicky setelah gadis itu kembali menoleh padanya.
"Putri, Nama gue Putri," jawab gadis itu.
"Makasih,gue Dicky," ucap Dicky singkat.
Putri membalas ucapan Dicky itu dengan senyumannya dan kembali berjalan menuju kelasnya. Senyuman gadis yang baru dikenalnya itu kembali membuat Dicky terpana. Apa yang terjadi dengan dirinya? Ia tak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Apa ia......TIDAK! Ia tak mungkin merasakan hal itu. Tapi anehnya senyuman itu tak hilang dari pikirannya. Ia benar benar tak mengerti apa yang terjadi dengannya.
“Dia unik, lucu, dan juga misterius, membuatku ingin mencari tau tentangnya,” Putri~
"Gak mungkin gue ngerasain hal itu, gue juga gak boleh ngerasain hal itu, karena kalau gue ngerasain hal itu, gue bakal kehilangan orang yang gue sayang lagi," Dicky~
***
Waktu istirahat tiba. Dicky berinisiatif ke kantin. Ia ingin mencoba jajanan kantin di sekolah barunya itu. Kebetulan ia juga belum sarapan karena hampir telat. Di sana jajanan batagor menarik perhatiannya.
Perhatian Dicky tiba tiba teralihkan saat melihat empat orang pria sedang berkelahi. Awalnya ia tak menghiraukan dan hanya ingin melihat dari jauh. Namun yang membuat hatinya tergerak untuk ikut campur adalah pengeroyokan yang terjadi di perkelahian tersebut. Tiga melawan satu. Sangat tidak fair. Bahkan pria yang dikeroyok sudah babak belur tak berdaya.
Dengan mudah Dicky menahan tangan pria pengeroyok yang saat itu ingin memukul. Mendorongnya dan mendekati pria yang dikeroyok dengan tangan yang masih ditahan oleh dua orang teman pria pengeroyok tersebut.
“Lepasin dia!” perintah Dicky.
“Apa apaan lo? Berani lo ama kita?!” tanya pria pengeroyok itu. Perkiraan Dicky, pria ini adalah dalang dan ketua dari pengeroyokan ini.
“Gak usah keroyokan,lo bukan banci,”
Perkataan Dicky itu membuat pria itu naik pitam dan akhirnya memukul wajah Dicky. Membuat ujung bibir Dicky sedikit berdarah. Dicky membalas dengan sebuah jumpkick yang mengenai perut pria pengeroyok itu. Dua teman pria pengeroyok itu tak tinggal diam. Mereka juga menyerang Dicky. Namun dengan mudah Dicky berhasil melumpuhkan mereka.
“Gue bakal balas lo,” ancam pria itu.
Pria pengeroyok dan kedua temannya itu akhirnya pergi karena malu dihabisi oleh Dicky dihadapan orang banyak. Dicky menatap wajah pria yang dikeroyok itu. Wajah babak belur pria ini membuat Dicky prihatin. Satu pertanyaan yang muncul di benak Dicky. Apa masalah pria ini sampai ia dikeroyok seperti ini? Dan Dicky juga merasa aneh. Mengapa tidak ada yang membantu pria ini? Apa pria ini memiliki banyak musuh?
“Sini gue bantu,”
Seorang gadis berponi tiba tiba menghampiri Dicky dan menawarkan diri untuk membantu. Dicky menerima dengan senang hati. Akhirnya ada juga murid yang peduli di sini.
“Gue Thania,"ucap gadis itu memperkenalkan diri.
“Dicky,” balas Dicky singkat.“Kalau gue boleh tau, ini anak kenapa sih? ampe babak belur gini,” tanya Dicky.
“Ryan emang musuh bebuyutan Brayn,” jawab gadis itu.
Dicky tak terlalu paham dengan jawaban Thania. Ia juga tidak peduli karena memang bukan urusannya. Tapi yang penting ia tau nama pria yang dikeroyok ini. “Ryan,” Itu nama yang akan diingat oleh Dicky.
“Ini UKSnya, lo tinggal bawa masuk aja ya, udah ada pengurusnya di dalam,” perintah Thania saat mereka tiba dia depan pintu yang bertuliskan UKS.
Dicky menuruti perintah Thania untuk membawa lelaki bernama Ryan itu masuk ke UKS.
“Sama-sama,” ujar Thania membuat Dicky memberhentikan langkahnya
“Eh sorry gue lupa, makasih udah nolongin gue,” ucap Dicky merasa sedikit tidak enak.
Gadis bernama Thania itu hanya tersenyum dan akhirnya pamit menuju kelasnya.
“Thania,” panggil Dicky.“Makasih sekali lagi,” ucap Dicky kembali. Thania hanya menatap Dicky dengan senyumannya membuat Dicky salah tingkah seketika.
Aneh, hatinya tiba tiba tergerak untuk memanggil Thania dan mengucapkan terima kasih kembali padanya. Dan mengapa ia juga sampai salah tingkah begini hanya karena tatapan itu? Mungkinkah Dicky.....TIDAK! Untuk kali kedua Dicky meyakinkan hatinya. Ia tak mungkin merasakan hal itu.
“Ariel? Apa dia Arielku? Rahang tajamnya mengingatkanku akan Ariel, Aku akan mencoba mendekatinya dan mencari tau tentangnya, hatiku mengatakan dia adalah Arielku,” Thania~
“Ini kali kedua gue meyakinkan hati, gue gak mungkin ngerasain hal itu, gak akan pernah,” Dicky~
***
Dicky mencoba memanggil seseorang yang ada di UKS tersebut. Namun sayangnya tidak ada seorangpun di sana. Dengan cepat Dicky mencoba mengambil kotak P3K. Berusaha mengobati pria bernama Ryan ini sebisa mungkin."Ryan!" ujar seorang gadis yang tiba tiba masuk ke UKS dan menghampiri Ryan.Tampak gadis itu sangat khawatir dengan kondisi Ryan. Bahkan gadis itu hampir menangis. Mungkin gadis ini orang terdekatnya Ryan. Atau mungkin pacarnya."Kenapa Ryan bisa gini?" tanya gadis itu pada Dicky."Tadi dia dikeroyok,"jawab Dicky."Brayn brengsek! pasti dia," umpat gadis itu."Iya,pelakunya Brayn, ini pacar lo?"
Motor kesayangan Dicky saat itu melaju melalui jalanan Jakarta yang padat. Huh dia sangat benci dengan suasana kota ini. Kelamnya masa lalu membuatnya tidak bersahabat dengan kota ini. Kenapa ia harus kembali lagi ke kota metropolitan ini? Fokus Dicky tiba-tiba tertuju kepada seorang gadis yang sepertinya ia kenal sedang berdiri di sebuah halte. Itu adalah Putri. Dickypun menghampiri Putri yang sedang berdiri sendiri di halte itu."Putri?lo ngapain di sini?" tanya Dicky."Loh? Dicky?" tampak Putri terkejut melihat kehadiran Dicky."Gue lagi nungguin bis, tapi gak ada yang berhenti disini," menjawab pertanyaan Dicky.Dicky mencoba melihat sekitar halte tersebut. Dan ternyata halte tersebut tutup karena akan ada perbaikan. Membuat Dicky tersenyum menahan tawanya. Putri heran. Dicky memeri
"Dasar Wanita tak tau diri!!!" teriak seorang lelaki paruh baya menampar wajah Ibu Dicky.Wajah cantik Ibu Dicky ternodai oleh tamparan seorang lelaki paruh baya. Ibu Dicky hanya bisa pasrah mendapatkan tamparan itu sambil menahan rasa sakit di wajah dan hatinya. Tak ada niatan untuk melawan. Karena ia mencintai lelaki itu dengan tulus. Walau lelaki itu sudah membawa seorang gadis muda dan selembar surat cerai."Kamu dengar ya! Aku udah gak cinta lagi sama kamu!" bentak lelaki itu."Tapi aku masih cinta sama kamu, dan sampai kapanpun aku gak akan mau pisah sama kamu," balas Ibu Dicky.Hal itu membuat Ibu Dicky kembali mendapat tamparan. Dicky hanya bisa melihat dari depan pintu kamarnya. Menangis melihat kekejaman lelaki i
Lelaki bernama Ryan itu menghampiri Dicky. Duduk di hadapan Dicky yang sedang memperhatikan makanan yang diberikan oleh Levin tadi."Keren ya lo, baru masuk udah ditaksir Thania," puji Ryan tersenyum menggoda Dicky. Tampak dari tingkahnya, Ryan adalah orang yang mudah akrab."Enggak sampe naksir juga kali yan, orang gue baru kenal," balas Dicky."Lo tau nama gue dari mana? Dari Levin tadi ya,""Bukan, tapi dari cewek lo, kemarin cewek lo khawatir banget ama lo,""Ya maap hhehhe, kan gue sengaja," jawab Ryan cengengesan.Jawaban itu membuat Dicky tak bisa menahan tawanya. Ryan adalah orang yang unik. Di hari kedua d
Dicky dan Putri saat itu sudah berada di jalan untuk pulang. Namun Dicky merasa aneh. Putri tampak khawatir sejak di rumah sakit tadi.Tak juga ada percakapan diantara mereka sejak tadi. Membuat Dicky heran."Putri, lo kenapa sih dari tadi?" tanya Dicky membuka obrolan."Gue boleh minta sesuatu gak ama lo?""Apa?""Boleh gue minta lo untuk gak ikutan genk Ryan? Permusuhan Ryan ama Brayn itu udah mendarah daging, Brayn itu bahaya Dicky, dia itu--""Lo tenang aja, gue bisa jaga diri kok" balas Dicky."Tapi, Brayn itu--""Putri, dengerin ini ya, gue bakal jaga diri kok, kalau nantinya
Malam itu Dicky berada di kamarnya. Memikirkan perasaan yang ia rasakan saat ini. Pertanyaan lagi lagi muncul di hatinya. Apa ia jatuh cinta saat ini. Ibu Dicky yang menyadari hal itu menghampiri Dicky ke kamarnya. Tak biasanya Dicky seperti ini. Biasanya Dicky akan bermain bersama Nisa. Tapi saat ia masuk ke sekolah barunya ini, ia lebih sering sendiri dan mengurung diri di kamarnya. Membuat Ibu Dicky khawatir akan anak sulungnya itu."Boleh mama masuk?" tanya Ibu Dicky di depan pintu kamar Dicky yang terbuka."Masuk aja ma,"Ibu Dicky menghampiri anaknya itu yang sedang seperti memikirkan sesuatu. Ntah apa yang ia pikirkan."Hei, kamu mikirin apa?" tanya Ibu Dicky."Aku gak pikirin apa apa ma," bohong Dicky."Mama tau kamu Dicky, kamu mikirin apa? jujur ama mama!" tegas Ibu Dicky.Dicky tak bisa mengelak lagi. Ia memang sedang memikirkan tentang apa yang ia rasakan saat ini. Ia juga tak mungkin terus-menerus menyimpan petanyaan tent
Setelah mengantarkan Nisa, Dicky akhirnya tiba di sekolahnya. Tujuan Dicky saat itu langsung ke kelasnya. Banyak yang menatap Dicky dengan tatapan kagum saat Dicky berjalan menuju ke kelasnya. Tapi ia tak menghiraukan tatapan itu. Di kelas Dicky mencoba untuk mengirim pesan ke Ryan untuk sekedar menanyakan keberadaan Ryan. Tapi anehnya Ryan hanya membaca pesan tersebut. Membuat Dicky heran. Tak biasanya Ryan hanya membaca pesannya seperti ini. Namun tiba-tiba Ryan sudah berada di dihadapannya dengan seorang lelaki yang sangat ia kenal. Dicky benar=benar terkejut dengan kehadiran laki laki itu."Rey?!" ujar Dicky terkejut."Hai Dicky," sapa Rey."Lo kok bisa disini?" tanya Dicky."Jadi kemarin waktu lo udah balik ama Thania, dokter tib
Siang itu sepulang sekolah Dicky berniat ke sebuah tempat yang dulu sering ia kunjungi saat masih tinggal di Jakarta. Tak tau kenapa ia tiba-tiba ingat akan tempat itu. Ia juga ingin tau apa tempat itu sudah terbengkalai atau tidak. Namun kala itu Dicky kembali menabrak seorang gadis. Huh, ia sangat ceroboh sampai menabrak gadis itu. Dan ternyata ia kembali menabrak Putri. Beruntung kali ini Putri tidak sampai terjatuh. Ayolah, sudah dua kali ia menabrak Putri. Apa ini kebetulan atau pertanda?"Putri sorry, gue gak sengaja," ucap Dicky."Gakpapa, btw ini kali kedua lo nabrak gue, apa sekarang udah jadi hobi?" canda Putri tersenyum.Dicky hanya cengengesan. Tak tau harus membalas apa. Memang juga salahnya. Senyuman Putri itu tak bisa dipungkiri begitu manis bagi Dicky."Lo mau langsung balik?" tanya Putri."Gue ada urusan dulu, kenapa? Mau bareng?" tanya Dicky balik."Boleh, tapi lo selesain urusan lo dulu ya, gue juga gak mau pulang cepet,"