Share

1

Mentari pagi saat itu menyelimuti kawasan JIS ( Jakarta Internasional School). Hari pertama sekolah setelah libur panjang. Hari ini juga hari pertama masuk ke sekolah baru bagi seorang Pria bernama Dicky. Jujur, ia benci dengan Jakarta. Karena kota ini selalu mengingatkannya akan masa lalu yang kelam. Namun apa boleh buat, keputusan ibunya yang membuatnya kembali ke kota ini. 

Ruang kepsek sekolah itu tak kunjung ia temukan. Sebesar apa sih sekolah ini sampai sampai ruangan kepsek saja sangat sulit ditemukan? Ingin bertanya tapi semua murid sudah masuk ke kelas mereka. Bagaimana ia akan belajar kalau ia tidak tau kelas yang akan ia tepati. "DAMN!" umpatnya.

"Aduh," Keluh seorang gadis karena tak sengaja tertabrak oleh Dicky.

"Maaf, gue gak sengaja," ucap Dicky membantu gadis itu berdiri.

"Gakpapa kok, btw, lo anak baru ya?" 

"Iya nih, gue lagi nyari ruangan kepsek, dari tadi gak nemu, lo tau di mana?"

Gadis itu tiba-tiba tersenyum menahan tawanya. Ada perasaan aneh di hati Dicky saat melihat senyuman gadis ini. Senyumannya sangat manis. Membuat Dicky terpana. Namun dengan cepat ia tersadar. Tapi, apa yang membuat gadis ini tersenyum menahan tawanya? Apa ada yang lucu dari Dicky? Melihat Dicky yang keheranan, gadis itu memerintahkan Dicky untuk melihat ke arah belakangnya. 

Dan Dicky merasa bodoh sekaligus malu saat itu. Ruangan yang ia cari dari tadi berada di belakangnya. Dicky merutuki dirinya sendiri. Mengapa ia baru sadar? 

"Sekarang lo masuk gih, Bu Kepsek pasti udah nungguin lo," perintah gadis itu.

Dengan cepat Dicky menuju ke pintu ruangan kepsek. Namun langkahnya terhenti saat ia tersadar belum mengucapkan terima kasih kepada gadis itu. 

"Tunggu!" panggil Dicky kembali pada gadis itu. " Nama lo?" tanya Dicky setelah gadis itu kembali menoleh padanya. 

"Putri, Nama gue Putri," jawab gadis itu.

"Makasih,gue Dicky," ucap Dicky singkat.

Putri membalas ucapan Dicky itu dengan senyumannya dan kembali berjalan menuju kelasnya. Senyuman gadis yang baru dikenalnya itu kembali membuat Dicky terpana. Apa yang terjadi dengan dirinya? Ia tak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Apa ia......TIDAK! Ia tak mungkin merasakan hal itu. Tapi anehnya senyuman itu tak hilang dari pikirannya. Ia benar benar tak mengerti apa yang terjadi dengannya.

“Dia unik, lucu, dan juga misterius, membuatku ingin mencari tau tentangnya,” Putri~

"Gak mungkin gue ngerasain hal itu, gue juga gak boleh ngerasain hal itu, karena kalau gue ngerasain hal itu, gue bakal kehilangan orang yang gue sayang lagi," Dicky~

***

Waktu istirahat tiba. Dicky berinisiatif ke kantin. Ia ingin mencoba jajanan kantin di sekolah barunya itu. Kebetulan ia juga belum sarapan karena hampir telat. Di sana jajanan batagor menarik perhatiannya.

Perhatian Dicky tiba tiba teralihkan saat melihat empat orang pria sedang berkelahi. Awalnya ia tak menghiraukan dan hanya ingin melihat dari jauh. Namun yang membuat hatinya tergerak untuk ikut campur adalah pengeroyokan yang terjadi di perkelahian tersebut. Tiga melawan satu. Sangat tidak fair. Bahkan pria yang dikeroyok sudah babak belur tak berdaya.

Dengan mudah Dicky menahan tangan pria pengeroyok yang saat itu ingin memukul. Mendorongnya dan mendekati pria yang dikeroyok dengan tangan yang masih ditahan oleh dua orang teman pria pengeroyok tersebut.

“Lepasin dia!” perintah Dicky.

“Apa apaan lo? Berani lo ama kita?!” tanya pria pengeroyok itu. Perkiraan Dicky, pria ini adalah dalang dan ketua dari pengeroyokan ini.

“Gak usah keroyokan,lo bukan banci,”

Perkataan Dicky itu membuat pria itu naik pitam dan akhirnya memukul wajah Dicky. Membuat ujung bibir Dicky sedikit berdarah. Dicky membalas dengan sebuah jumpkick yang mengenai perut pria pengeroyok itu. Dua teman pria pengeroyok itu tak tinggal diam. Mereka juga menyerang Dicky. Namun dengan mudah Dicky berhasil melumpuhkan mereka.

“Gue bakal balas lo,” ancam pria itu.

Pria pengeroyok dan kedua temannya itu akhirnya pergi karena malu dihabisi oleh Dicky dihadapan orang banyak. Dicky menatap wajah pria yang dikeroyok itu. Wajah babak belur pria ini membuat Dicky prihatin. Satu pertanyaan yang muncul di benak Dicky. Apa masalah pria ini sampai ia dikeroyok seperti ini? Dan Dicky juga merasa aneh. Mengapa tidak ada yang membantu pria ini? Apa pria ini memiliki banyak musuh?

“Sini gue bantu,”

Seorang gadis berponi tiba tiba menghampiri Dicky dan menawarkan diri untuk membantu. Dicky menerima dengan senang hati. Akhirnya ada juga murid yang peduli di sini.

“Gue Thania,"ucap gadis itu memperkenalkan diri.

“Dicky,” balas Dicky singkat.“Kalau gue boleh tau, ini anak kenapa sih? ampe babak belur gini,” tanya Dicky.

“Ryan emang musuh bebuyutan Brayn,” jawab gadis itu.

Dicky tak terlalu paham dengan jawaban Thania. Ia juga tidak peduli karena memang bukan urusannya. Tapi yang penting ia tau nama pria yang dikeroyok ini. “Ryan,” Itu nama yang akan diingat oleh Dicky.

“Ini UKSnya, lo tinggal bawa masuk aja ya, udah ada pengurusnya di dalam,” perintah Thania saat mereka tiba dia depan pintu yang bertuliskan UKS.

Dicky menuruti perintah Thania untuk membawa lelaki bernama Ryan itu masuk ke UKS.

“Sama-sama,” ujar Thania membuat Dicky memberhentikan langkahnya

“Eh sorry gue lupa, makasih udah nolongin gue,” ucap Dicky merasa sedikit tidak enak.

Gadis bernama Thania itu hanya tersenyum dan akhirnya pamit menuju kelasnya.

“Thania,” panggil Dicky.“Makasih sekali lagi,” ucap Dicky kembali. Thania hanya menatap Dicky dengan senyumannya membuat Dicky salah tingkah seketika.

Aneh, hatinya tiba tiba tergerak untuk memanggil Thania dan mengucapkan terima kasih kembali padanya. Dan mengapa ia juga sampai salah tingkah begini hanya karena tatapan itu? Mungkinkah Dicky.....TIDAK! Untuk kali kedua Dicky meyakinkan hatinya. Ia tak mungkin merasakan hal itu.

Ariel? Apa dia Arielku? Rahang tajamnya mengingatkanku akan Ariel, Aku akan mencoba mendekatinya dan mencari tau tentangnya, hatiku mengatakan dia adalah Arielku,” Thania~

“Ini kali kedua gue meyakinkan hati, gue gak mungkin ngerasain hal itu, gak akan pernah,” Dicky~

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status