Share

Dilepas Manajer, Didekap CEO Kaya
Dilepas Manajer, Didekap CEO Kaya
Penulis: Raisya_J

1.Rania

“Mas, jangan!” suara teriakan wanita terdengar sangat keras.

“Kamu harus diberikan pelajaran supaya tidak membantah lagi!” Lelaki itu memukulinya.

“Aku tidak akan melakukannya lagi, Mas. Maafkan Aku.” Dia memohon dengan bersujud di kaki lelaki yang adalah suaminya.

“Sesekali Kamu harus diberikan pelajaran.” Lelaki itu tidak peduli dengan istrinya yang memohon ampun kepadanya, dia malah menyeretnya ke dalam kamar.

“Berikan saja dia pelajaran supaya tidak membantah lagi!” teriak ibu mertua memprovokasi.

Suaminya itu menutup pintu dengan keras, dia menyeret dan mendorong wanita malang membuatnya terjatuh di atas ranjang. Tempat biasa mereka pakai untuk saling memberikan kasih sayang, lalu berbagi kehangatan di sana.

“Sudah beberapa kali Aku katakan supaya tidak mencuri di rumahku ini dan menuruti apa yang ibuku katakan kepadamu. Tetapi, kenapa Kamu malah melakukannya lagi!” hardiknya.

“Aku lapar, Mas. Sudah seharian penuh tidak memakan apa pun,”

“Jangan berbohong kepadaku! Kamu sudah diberikan ibuku makankan? Kenapa malah mencuri makanan yang disiapkan untuk adik dan keponakankku?!” tanyanya dengan suara meninggi.

“Aa-ku tt-idak diberikan sedikit pun,” jawab wanita itu dengan tubuh gemetar.

“Sudah Aku katakan jangan berbohong, masih saja!” Lelaki itu malah melepaskan ikat pinggang yang dia pakai.

Lelaki yang mengangkat ikat pinggang adalah bernama Reynald Adrian dan seorang wanita yang sedang gemetar ketakutan itu bernama Riana Anita. Pernikahan mereka sudah berjalan selama 5 tahun tetapi, masih belum kunjung memilik keturunan. Makanya membuat Rey menyalahkan Riana yang tidak kunjung hamil. Belum lagi ibu Mayang selaku mertua Riana ikut memprovokasi anaknya supaya membenci istrinya itu.

“Rey, cepat keluar! Serly dan anaknya sudah datang,”

“Sebentar lagi, Ibu,”

“Tidak usah pedulikan istrimu yang tidak berguna itu, temui saja keluargamu yang datang!”

“Iya.” Reynald memasang kembali ikat pinggang yang sudah dia lepas.

Lelaki itu meminum segelas air yang berada di atas nakas, lalu bergegas keluar menghampiri sang ibu. Riana merasa lega, dia beringsut mundur ke sudut ruangan. Menutupi wajahnya dengan kedua belah tangan dan kemudian menangis terisak, meratapi pilihan yang telah dia buat.

Reynald Adrian. Lelaki berumur 25 tahun, berwajah tampan dengan rahang yang tegas, berhidung mancung, dan memiliki tinggi 164 cm. Lelaki yang berhasil membuat Riana menjadi sangat menyukainya, padahal wanita itu sewaktu gadis banyak sekali lelaki yang menyukainya. Riana yang cantik, manis dan lugu, membuat semua lelaki menjadi tergila-gila kepadanya. Hanya saja dia tidak bisa menatap orang lain selain Reynald.

Ternyata pilihan yang dirinya buat sangatlah salah, lelaki tampan itu memiliki sifat yang buruk. Temperamen, posesif, dan sangat pecemburu, Riana disapa oleh lelaki lain saja dia menjadi marah. Padahal hanya sekedar bertegur sapa saja membuat lelaki itu marah dan mengurungnya di dalam rumah. Tidak membiarkannya untuk pergi me mana pun seorang diri.

“Riana Anita, kemari Kamu!” teriak ibu mertuanya dari luar.

Riana bergegas membersihkan sisa-sisa air mata yang mengalir dengan begitu derasnya. Lalu pergi keluar untuk menghampiri ibu meruanya.

“Ada apa, Bu?”tanyanya pelan.

“Enak banget ya tiduran di kamar, padahal Kamu tahu kalau adiknya dan keponakkan Rey sudah datang!”gerutu ibu Mayang.

“Maafkan Aku, Bu,” katanya murung.

Riana tidak mau berdebat dengan mertuanya, dia memilih mengalah saja dari pada harus menjadi sasaran amarah dari suaminya nanti.

“Istrimu ini sangat tidak berguna sekali ya. Coba lihat tubuhnya yang amat kurus seperti tengkorak hidup berjalan,” ejek Serly terkekeh kecil.

“Iya, memang dia istri yang tidak berguna. Aku tidak tahu kenapa Rey malah mempertahankannya sebagai istri,” ejek Mayang.

“Riana, tolong siapkan makanan sekarang di meja!” perintah Reynald.

“Baik, Mas.” Riana berjalan menjauh menuju dapu.

Sesekali wanita itu menoleh ke belakang melihat suaminya yang tengah menggendong anaknya Serly. Ada rasa cemburu di dalam hati kepada sepupu suaminya itu. Ya, benar, Serly adalah adik sepupu Reynald. Wanita yang sangat cantik sekali, Riana merasa tidak percaya diri disamping wanita itu.

Serly bukanlah seorang janda, dia memiliki anak tanpa adanya seorang suami. Wanita itu hamil diluar nikah, karena terlalu bebas dalam bergaul. Dia sering sekali keluar masuk klub malam dengan bergonta-ganti pasangan.

“Makanannya sudah siap,” kata Riana.

“Ayo, Ser kita makan dulu.” Ibu Mayang menggandeng mesra tangan Serly membawanya ke meja makan.

Riana menatap dengan tersenyum kecut, selama mejadi menantu di rumah ini tidak pernah diperlakukan seperti Serly. Padahal dia selalu menuruti apa yang diperintahkan kepadanya dan tidak pernah melawan. Tetapi, tidak pernah sekali pun dapat perlakuan manis atau sekedar senyuman untuknya.

“Mas, Aku belum makan apa pun.” Riana menahan lengan baju suaminya yang mau menghampiri kedua wanita yang sudah lebih dulu ke meja makan.

“Kamu makan nanti saja, tolong asuh Leo dulu sebentar. Kasian ibunya mau makan nanti malah mengganggu.” Reynald menyerahkan bayi berumur empat bulan itu kepada Riana.

Riana menyambutnya dengan perlahan, padahal tubuhnya gemetaran sedari tadi karena belum memasukkan apa pun ke dalam perutnya. Saat mengambil sedikit lauk untuk dirinya makan tadi, dibuang ibu Mayang ke lantai. Baru diadukan kepada Reynald tentang kelakuan yang dia lakukan, mencuri sepiring nasi dan sedikit lauk untuk sarapan.

“Mas, coba lihat ke sini,” kata Serly.

“Apa?” tanya Reynald.

“Coba aa!” Serly mengarahkan satu sendok penuh makanan ke mulut Reynald.

“Aku bisa makan sendiri, Ser,” tolak Reynald.

“Sekali saja kok,” rengek Serly manja.

Reynald masih bergeming, dia tidak mengiraukan rengekan adik sepupunya itu.

“Apa Mas jijik denganku? Karena Aku bekas banyak orang.” Serly menurunkan sendok yang masih mengarah ke Reynald.

“Bukan begitu,” sanggah Reynald.

“Lalu apa?” tanya Serly dengan mata berembun.

“Ayolah, Rey. Sekali ini saja!” titah Ibu Mayang.

Reynald menghela napas berat, dia memandang ke arah Riana yang terlihat masih setia menjaga Leo. Wanita itu pura-pura tidak melihat dan mendengar pembicaraan yang berlangsung di meja makan sana.

“Baiklah, hanya satu suap saja,” kata Reynald.

Serly menjadi bahagia mendengar kalau Reynald mau menerima satu suapan yang diberikannya. Dia mengarahkan sendoknya dengan penuh cinta kepada lelaki yang adalah kakak sepupunya.

“Begitu dong,” kata ibu Mayang senang.

Sedangkan Riana memalingkan wajahnya, dia diam-diam menitikkan air matanya melihat itu.

“Makan yang banyak, Mas.” Serly menyodorkan beberapa lauk untuk Reynald.

“Iya.” Reynald mengambil pemberian Serly.

“Enak sekalikan masakan Ibu?” tanya ibu Mayang.

“Sangat enak sekali dong, Bu. Bahkan Aku makan sangat banyak,” puji Serly.

“Bukankah Riana yang masak?” tanya Reynald.

“Riana? Dia tidak membantu ibu sama sekali, malah setelah masak dia memakannya sampai beberapa kali!” gerutu ibu Mayang.

Reynald memandangi Riana yang langsung melirik ke arahnya karena mendengar tuduhan ibu mertua. Wanita malang itu menggelengkan kepalanya, pertanda bahwa tuduhan itu tidak benar.

Seketika Serly malah bersendawa, karena terlalu banyak menyantap hidangan yang ada. “Kenyang sekali,” kata Serly.

“Memang masakan ibu tidak ada bandingannya kan?” tanya ibu Mayang yang sebenarnya meminta dipuji.

“Tentu dong, Tante.” Serly bergelayut manja di lengan tantenya itu.

“Bagaimana dengan kabar kedua orang tuamu sekarang, apa mereka baik-baik saja?” tanya ibu Mayang.

“Baik dong, mereka sedang sibuk di London mengerjakan beberapa proyek,” jawab Serly acuh.

“London! Katakan kepada mereka bawakan Tante oleh-oleh dong, Aku kan ingin juga memiliki barang yang dijual di London sana,” rengkek ibu Mayang.

“Tentu, nanti Aku akan bilang kepada ibuku,” kata Serly santai.

“Kamu emang keponakan terbaik, Tante. Tidak seperti anak dari adik-adik Tante yang lain,” keluh Ibu Mayang.

“Tentu dong, Tante,” kata Serly.

“Andai Rey belum menikah pasti Kamu yang akan menjadi menantu Tante,” harapnya.

“Aku mau kok jadi yang kedua, Tante.” Serly mengedipkan matanya kepada Reynald yang masih duduk di kursinya.

“Sayang wanita itu pasti tidak akan mau dimadu, coba saja Rey mau menceraikan Riana. Pasti kalian akan bisa menikah,”

Reynald tidak menggubris pembicaraan ibunya dan adik sepupunya. Dia memilih mendekati Leo yang berada diasuhan Riana, wanita itu menjadi diam sejak pembicaraan yang dilakukan kedua wanita berbeda umur di meja makan.

Memang masih terdengar di telinganya pembicaraan itu, karena hanya bersebelahan dengan tempat di mana dia menjaga Leo. Bayi kecil itu memang tidak bisa terlalu jauh dengan ibunya, Leo akan menangis kalau tidak melihat wajah sang ibu terlalu lama.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status