Share

4.Malu

Author: Raisya_J
last update Last Updated: 2023-05-24 20:15:39

Reynald pun memanggil pelayan untuk membayar semua hidangan yang dia pesan.

Lelaki itu sangat marah sekaligus malu karena mendengar ucapan yang dikatakan oleh Chiko tentang pakiaan istrinya yang kusam.

Tidak seperti istri petinggi perusahaan kebanyakan?!

"Ck!" decak Reynald kesal.

Pria itu masih tak sadar bahwa dirinyalah yang salah di sini.

Seharusnya, Riana mendapatkan uang bulanan supaya Riana bisa membeli apa pun yang diinginkannya. Tapi, apa yang dia lakukan?

Reynald justru menarik lengan Riana kasar, tidak memperdulikan semua mata yang memandangnya sejak tadi.

Yang dia pikirkan hanyalah cepat sampai ke dalam rumah dan memarahi Riana karena sudah membuatnya malu.

*

*

Brak!

Suara pintu yang Reynald tendang membuat ibu Mayang melirik ke arahnya dengan tatapan penasaran.

“Ada apa, Rey?” tanyanya.

“Ini Riana membuat Aku malu saja!” jawab Reynald dengan emosi menggebu.

“Membuat malu seperti apa? Dan kalian datang dari mana?” tanya Mayang lagi, matanya melirik ke arah Riana yang diam membeku.

“Dia sengaja makan bersamaku dengan pakaian jelek dan membuat Aku dihina oleh teman kantorku karena seorang istri manajer memakai pakaian jelek seperti itu.” Reynald marah sambil menunjuk ke arah Riana.

“Diakan memang seperti itu, Rey. Jadi buat apa Kamu heran? Riana suka sekali mencari perhatian orang sekitar supaya mereka mengasihani dia dan membuat kita sebagai penjahatnya,” kata Mayang menyulut emosi anaknya.

“Apa benar seperti itu, Riana?!” tanya Reynald dengan nada tinggi.

“Tidak, Mas. Aku tidak memiliki uang untuk sekedar membeli pakaian baru. Mas’kan tidak memberikan Aku uang sama sekali,” jawab Riana lirih.

“Halah, alasan Kamu saja, Riana. Padahal Kamu’kan Aku berikan uang setiap minggunya, Cuma Kamu saja yang terlalu boros!” hardik Mayang.

“Tapi, Ibu cuma memberikan uang-“

“Stop, Riana! Masuk ke kamar sekarang!” perintah Reynald.

“Mas,” panggil Riana pelan.

“Aku bilang masuk ya masuk!”

Riana masuk ke dalam kamarnya dengan kepala menunduk, wanita itu kehilangan keberanian untuk menjawab suaminya. Karena kalau sudah seperti itu maka suaminya akan melakukan kekerasan kepadanya. Apa lagi, ada ibu Mayang yang siap menyulut pertengkaran mereka berdua.

“Kan sudah Ibu bilang jangan menikah dengan Riana. Tapi, Kamu saja yang ngeyel!” gerutu Mayang.

“Ibu.” Reynald mengusap wajahnya aksar.

“Apa? Memang yang Ibu katakan ini kan memang benar. Riana itu hanya benalu di keluarga kita, dia tidak bekerja dan bukan dari keluarga kaya seperti Serly. Kenapa Kamu mau menikahinya?!” geram Mayang.

Reynald menghela napasnya dan memilih pergi dari rumah karena sangat bosan ada saja yang bisa membuat kepalanya sakit saat ada di rumah. Makanya lelaki itu tidak pernah betah di rumah, ia lebih memilih keluar saat hari libur seperti Sabtu-Minggu.

Mobil Reynald melaju dengan begitu cepat, lelaki itu memilih sebuah cafe yang sangat populer di kotanya.

*

*

“Permisi, Saya mau pesan!” panggil Reynald kepada pelayan.

“Mau pesan apa?”

“Ini saja.” Tunjuk Reynnald ke sebuah minuman kopi dingin.

“Baik.” Pelayan itu mencatat apa yang Reynald pesan dan berlalu pergi.

Reynald menunggu denganm memainkan ponsel pintarnya. Dia tidak sadar kalau ada seorang wanita cantik yang mendekatinya, wanita bertubuh tinggi dan berkulit putih.

“Permisi, apa Aku boleh ikut duduk di sini?” tanyanya.

Reynald menatap wanita yang baru datang itu dari bawah ke atas. “Cantik,” gumamnya.

“Maaf?”

“Boleh saja, kebetulan Aku duduk di sini sendirian,” jawab Reynald dengan senyum merekah.

“Terima kasih.” Wanita itu duduk tepat di depan Reynald.

“Kamu mau bertemu siapa di sini?” tanya Reynald.

“Tidak. Aku hanya ingin melepas penat akibat sering bekerja,” jawabnya.

“Oh, Aku kira Kamu ingin bertemu dengan kekasihmu di sini,” kekeh Reynald.

“Sayang sekali tidak ada yang mau denganku,” katanya lirih.

“Kenapa tidak ada yang mau denganmu? Kamu sangat cantik seperti ini, pasti banyak yang menyukaimu, termasuk Aku,” rayu Reynald.

“Kamu bisa saja. Apa kekasih atau istrimu tidak marah kalau Kamu merayu wanita di sini?” tanyanya.

“Tentu saja tidak. Karena tidak ada yang menginginlabku juga,” jawab Reynald berbohong.

“Apa Kamu bercanda? Seseorang lelaki sepertimu, yang bisa dilihat orang berada karena memakai ponsel Iph*ne. Tidak ada satu wanita pun yang mau?” tanyanya dengan mata membelalak tidak percaya.

“Aku belum menemukan yang pas saja. Oh, iya. Aku belum tahu namamu.” Reynald mengulurkan tangannya untuk mengajak wanita itu berkenalan.

Wanita di depannya tertawa kecil. “Maaf, Aku lupa mengenalkan diri. Namaku adalah Diandra, kalau Kamu?” Diandra membalas uluran tangan Reynald.

'Mulus sekali.' batin Reynald.

“Malah melamun,” tegur wanita itu.

“Namaku Reynald, panggil saja Rey.”

“Salam kenal ya, Rey,” balasnya ramah.

Minuman yang di tunggu akhirnya datang, Diandra juga ikut memesan satu minuman yang sama seperti Reynald. Mereka berdua bersenda gurau di cafe itu dengan tersenyum senang, sesekali tertawa bersama karena candaan yang dilontarkan oleh Reynald.

“Astaga! Ternyata sudah jam segini, maaf ya, Rey. Aku harus pergi sekarang,” pamit Diandra.

“Apa Aku boleh meminta whatsh*p Kamu?” tanya Reynlad.

“Boleh.”

Mereka saling bertukar nomor aplikasi berwarna hijau itu, setelah selesai Diandra pamit pulang. Begitu pun dengan Reynald, lelaki itu juga memilih pulang ke rumahnya karena perasaannya sudah membaik seperti semula.

*

*

Reynald sepanjang jalan bersenandung senang, ia sangat menantikan sekali bertemu dengan Diandra lain kali. Wanita cantik, putih, mulus dan bertubuh tinggi seperti model, belum lagi rambut panjangnya yang tergerai indah sangat membuatnya semakin menarik.

“Andai Riana seperti itu,” gumam Reynald lirih.

Tidak terasa Reynald sudah sampai di rumahnya, ia memarkirkan mobilnya ke halaman rumah dan masuk begitu saja.

“Apa Kamu tidak bisa melakukannya dengan benar?!” bentak Mayang

“Maaf, Bu,” kata Riana lirih.

Reynald menghela napasnya panjang, baru saja lelaki itu merasa senang, sekarang perasaan senang itu hancur dalam sekejap saat sudah berada di rumah.

“Maaf-maaf, hanya itu yang bisa Kamu katakan! Sudah, buatkan lagi dengan benar. Ingat, kali ini harus enak!” teriak Mayang.

“Iya, Bu.” Riana membawa Gelas yang masih berisi jus di dalamnya menuju dapur.

“Eh, Rey. Sudah pulang? Kapan Kamu pulangnya?” tanya Mayang dengan manis.

“Baru saja,” jawab Reynald ketus.

“Mungkin Ibu tidak mendengar karena terlalu kesal kepada Riana,” kata Mayang.

“Iya,” balas Reynald datar.

“Kenapa Kamu, Rey?” tanya Mayang yang baru menyadari kalau raut wajah anaknya berubah kesal.

“Ck! Apa kalian tidak bisa sehari saja akur?!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dilepas Manajer, Didekap CEO Kaya   115. Saling Berdamai-TAMAT

    Tidak terasa waktu sudah berlalu dengan begitu cepat, Mayang sekarang menjadi kesulitan bicara dan berjalan karena stroke yang dia derita melumpuhkan separuh tubuhnya sebelah kanan. Sehingga apa yang ingin dia lakukan menjadi kesulitan, jadi harus dibantu oleh orang lain, mulai dari makan bahkan sampai ke kamar mandi. “Ck, aku nikah buat hidup enak, bukan seperti ini!” gerutu Diandra. Diandra sepanjang jalan menggerutu sedari tadi, membuat Reynald menajdi muak, “Diam kamu! Ini juga karena aku menikah denganmu, hidupku menjadi sial!” Reynald menyalahkan Diandra atas kesalahnnya sendiri, begitulah dia selalu melempar kesalahannya kepada orang lain. “Idih! Kamu yang korupsi, kok aku yang disalahin?!” Diandra menatap bengis kepada suaminya yang baru dia nikahi beberapa bulan ini. “Iyalah, karena aku menikah denganmu semuanya jadi kacau! Beda saat bersama dengan Riana, apa lagi kamu tahu suamimu tidak bekerja malah tetap pergi shoping, sehingga semua harta yang terisa menjadi habis kare

  • Dilepas Manajer, Didekap CEO Kaya   114. Dipecat

    “Wanita itu? Apa kamu mengingat sesuatu?” Riana menatap lekat kekasihnya, dia menunggu jawaban keluar dari mulut Wira dengan tidak sabaran.Wira masih mengingat-ingat apakah benar wanita itu, tetapi penampilan dan sifatnya jauh berbeda dengan wanita yang diingat tersebut, dulu setahu Wira hanya satu wanita yang menatap Riana dengan tatapan penuh iri dan kebencian. Wanita yang wajahnya penuh jerawat dan bahkan selalu mendelik setiap kali Riana melihatnya.“Aku tidak tahu namanya, tapi dia wanita yang selalu mendelik kepadamu setiap kali kamu melewatinya. Hanya saja penampilannya sangat jauh berbeda dengan dulu, bukan maksudku menghina, wajahnya penuh dengan jerawat bahkan selalu berjalan menunduk karena dia selalu dibully oleh senior!” ucap Wira dengan ragu, dia masih tidak yakin kalau wanita itu adalah Diandra.Hanya dia lah yang terlihat sangat membenci Riana, bahkan setiap kali ada kesempatan wanita itu akan mengerjai kekasihnya tersebut, tetapi Wira ‘lah yang selalu menggagalkan re

  • Dilepas Manajer, Didekap CEO Kaya   113. Wanita Itu?!

    “Wira? Maaf aku sedang sibuk!” Riana menjauhi Wira dan melambaikan tangan kepada pelayan yang lain. “tolong layani dia, aku akan masuk ke ruanganku!”Sebenarnya dia ingin mengajak Wira berbicara, dirinya merindukan lelaki itu walau baru sebentar tidak bertemu dengan nya, hanya saja teringat akan Subroto yang tidak merestui ubungan dia dnegan lelaki itu mmebuat Riana menjadi urung untuk sekedar mengajak Wira berbicara.“Riana, tunggu!” Wira menahan tangan Riana, supaya wanita itu tidak pergi.“Maaf saya sedang sibuk sekarang, jadi saya harap Anda pergi saja!” Riana mengusir Wira sambil menepis tangan lelaki itu dari dirinya.“Riana, apa kamu marah kepadaku karena tidak membelamu? Maafkan aku untuk itu, aku akan mengumpulkan bukti untuk mengatakan kepada Papa sekaligus membersihkan namamu!” Wira mengatakan semuanya kepada Riana, tetapi dia ragu kalau wanita itu akan mempercayainya.Riana terdiam, hatinya terasa nyeri mendnegar perkataan Wira tersebut, yah dia memang merasa sakit hati la

  • Dilepas Manajer, Didekap CEO Kaya   112. Membuat Kepikiran

    “Iya. Tante Desi memang wanita yang sangat baik, aku berdoa kalau dia ‘lah yang menjadi mertuaku nanti. Apakah aku terlalu berharap?” Riana bertanya dengan mata berbinar-binar, dia sangat berharap kalau dirinya berjodoh dnegan Wira. Kapan lagi dia mendapatkan mertua seperti Desi, yang selalu menyayanginya.“Tidak ada salahnya untuk berharap. Sekarang kamu istirahat saja, besok sudah mulai belajar mengelola restoran dengan Mutia. Jadi kamu harus menyiapkan diri untuk besok, aku pamit pulang dulu.” Edo mengusap rambut keponakannya sebelum pergi, Riana menjawab dengan anggukan kepala.*Di lain tempat Desi tengah bersedih, dia tidak menyangka kalau suaminya setega itu kepada seorang wanita muda malang itu, sungguh padahal tadi dia sangat bahagia sekali dengan kepulangan Riana dari rumah sakit dan sekaligus kedatangan suaminya yang tiba-tiba. Namun, ternyata malah berakhir dengan kesedihan, sekaang dia tidak bersemangat lagi menyambut kedatangan Subroto dengan penuh semangat seperti tadi,

  • Dilepas Manajer, Didekap CEO Kaya   111. Membalas

    “Tidak perlu Paman melakukannya, biarkan saja!” Riana tidak mau sang paman membalas apa yang telah orang-orang itu lakukan kepadanya.“Kenapa? Mereka ‘kan sudah jahat kepadamu, jadi biarkan aku yang mengurusnya. Kamu hanya perlu melihat saja tanpa perlu mengotori tanganmu itu!” Edo geram dengan ke’empat orang itu, dia ingin memberikan pelajaran kepada mereka semua. Walau Subroto sedikit sulit karena dia seorang pemilik perusahaan besar dan terkenal, tetapi dia akan berusaha sekuat tenaga untuk membalas perbuatan mereka semua.“Tidak papa! Aku sudah ingin berusaha ikhlas saja dengan perbuatan mereka, apa lagi ayahnya Wira, aku tidak mau melakukan sesuatu yang buruk kepada dia. Karena Tante Desi, istrinya sangat baik kepadaku selama ini dan juga Wira ....” Riana tidak meneruskan kalimatnya.“Apa Ibu Riana menyukai Wira? Maaf kalau saya ikut campur pembicaraan ini!” tebak Mutia. Karena dia tahu kalau seseorang membicarakan seorang lelaki dengan wajah yang memerah, berarti orang itu menyu

  • Dilepas Manajer, Didekap CEO Kaya   110. Mengembalikan

    “Iya. Ini restoran sekarang adalah milik Anda, karena Anda adalah ahli waris yang sah! Oh, iya, perkenalkan saya adalah Mutia, manajer di restoran ini.” Mutia mengulurkan tangannya, untuk memperkenalkan diri kepada bos barunya tersebut.Riana hanya menerima uluran tangan itu dalam diam, dia masih mencerna situsi yang ada, dia masih tdak menyangka kalau kedua orang tuanya memiliki restoran yang mewah dan besar seperti ini. Apakah memang benar ini adalah milik kedua orang tuanya? Dia masih tidak mempercayainya, karena menganggap semua ini hanya mimpi.“Bu Riana?” Mutia menyentuh Riana pelan, karena sedari tadi dia mengajak bicara tetapi tidak ada sahutan yang terdengar.“Eh, ii-iya!” Riana tergagap, dia terkejut karena tadi sempat melamun.“Apa Anda mau berkeliling untuk melihat restoran ini?” Mutia menawarkan untuk berkeliling, sebenanrnya Pak Edo menyuruhnya untuk mengajak Riana berkeliling dan memperkenalkan dengan bawahan yang lain.“Boleh. Tapi barangku ini di taruh di mana?” Rian

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status