Share

4.Malu

Reynald pun memanggil pelayan untuk membayar semua hidangan yang dia pesan.

Lelaki itu sangat marah sekaligus malu karena mendengar ucapan yang dikatakan oleh Chiko tentang pakiaan istrinya yang kusam.

Tidak seperti istri petinggi perusahaan kebanyakan?!

"Ck!" decak Reynald kesal.

Pria itu masih tak sadar bahwa dirinyalah yang salah di sini.

Seharusnya, Riana mendapatkan uang bulanan supaya Riana bisa membeli apa pun yang diinginkannya. Tapi, apa yang dia lakukan?

Reynald justru menarik lengan Riana kasar, tidak memperdulikan semua mata yang memandangnya sejak tadi.

Yang dia pikirkan hanyalah cepat sampai ke dalam rumah dan memarahi Riana karena sudah membuatnya malu.

*

*

Brak!

Suara pintu yang Reynald tendang membuat ibu Mayang melirik ke arahnya dengan tatapan penasaran.

“Ada apa, Rey?” tanyanya.

“Ini Riana membuat Aku malu saja!” jawab Reynald dengan emosi menggebu.

“Membuat malu seperti apa? Dan kalian datang dari mana?” tanya Mayang lagi, matanya melirik ke arah Riana yang diam membeku.

“Dia sengaja makan bersamaku dengan pakaian jelek dan membuat Aku dihina oleh teman kantorku karena seorang istri manajer memakai pakaian jelek seperti itu.” Reynald marah sambil menunjuk ke arah Riana.

“Diakan memang seperti itu, Rey. Jadi buat apa Kamu heran? Riana suka sekali mencari perhatian orang sekitar supaya mereka mengasihani dia dan membuat kita sebagai penjahatnya,” kata Mayang menyulut emosi anaknya.

“Apa benar seperti itu, Riana?!” tanya Reynald dengan nada tinggi.

“Tidak, Mas. Aku tidak memiliki uang untuk sekedar membeli pakaian baru. Mas’kan tidak memberikan Aku uang sama sekali,” jawab Riana lirih.

“Halah, alasan Kamu saja, Riana. Padahal Kamu’kan Aku berikan uang setiap minggunya, Cuma Kamu saja yang terlalu boros!” hardik Mayang.

“Tapi, Ibu cuma memberikan uang-“

“Stop, Riana! Masuk ke kamar sekarang!” perintah Reynald.

“Mas,” panggil Riana pelan.

“Aku bilang masuk ya masuk!”

Riana masuk ke dalam kamarnya dengan kepala menunduk, wanita itu kehilangan keberanian untuk menjawab suaminya. Karena kalau sudah seperti itu maka suaminya akan melakukan kekerasan kepadanya. Apa lagi, ada ibu Mayang yang siap menyulut pertengkaran mereka berdua.

“Kan sudah Ibu bilang jangan menikah dengan Riana. Tapi, Kamu saja yang ngeyel!” gerutu Mayang.

“Ibu.” Reynald mengusap wajahnya aksar.

“Apa? Memang yang Ibu katakan ini kan memang benar. Riana itu hanya benalu di keluarga kita, dia tidak bekerja dan bukan dari keluarga kaya seperti Serly. Kenapa Kamu mau menikahinya?!” geram Mayang.

Reynald menghela napasnya dan memilih pergi dari rumah karena sangat bosan ada saja yang bisa membuat kepalanya sakit saat ada di rumah. Makanya lelaki itu tidak pernah betah di rumah, ia lebih memilih keluar saat hari libur seperti Sabtu-Minggu.

Mobil Reynald melaju dengan begitu cepat, lelaki itu memilih sebuah cafe yang sangat populer di kotanya.

*

*

“Permisi, Saya mau pesan!” panggil Reynald kepada pelayan.

“Mau pesan apa?”

“Ini saja.” Tunjuk Reynnald ke sebuah minuman kopi dingin.

“Baik.” Pelayan itu mencatat apa yang Reynald pesan dan berlalu pergi.

Reynald menunggu denganm memainkan ponsel pintarnya. Dia tidak sadar kalau ada seorang wanita cantik yang mendekatinya, wanita bertubuh tinggi dan berkulit putih.

“Permisi, apa Aku boleh ikut duduk di sini?” tanyanya.

Reynald menatap wanita yang baru datang itu dari bawah ke atas. “Cantik,” gumamnya.

“Maaf?”

“Boleh saja, kebetulan Aku duduk di sini sendirian,” jawab Reynald dengan senyum merekah.

“Terima kasih.” Wanita itu duduk tepat di depan Reynald.

“Kamu mau bertemu siapa di sini?” tanya Reynald.

“Tidak. Aku hanya ingin melepas penat akibat sering bekerja,” jawabnya.

“Oh, Aku kira Kamu ingin bertemu dengan kekasihmu di sini,” kekeh Reynald.

“Sayang sekali tidak ada yang mau denganku,” katanya lirih.

“Kenapa tidak ada yang mau denganmu? Kamu sangat cantik seperti ini, pasti banyak yang menyukaimu, termasuk Aku,” rayu Reynald.

“Kamu bisa saja. Apa kekasih atau istrimu tidak marah kalau Kamu merayu wanita di sini?” tanyanya.

“Tentu saja tidak. Karena tidak ada yang menginginlabku juga,” jawab Reynald berbohong.

“Apa Kamu bercanda? Seseorang lelaki sepertimu, yang bisa dilihat orang berada karena memakai ponsel Iph*ne. Tidak ada satu wanita pun yang mau?” tanyanya dengan mata membelalak tidak percaya.

“Aku belum menemukan yang pas saja. Oh, iya. Aku belum tahu namamu.” Reynald mengulurkan tangannya untuk mengajak wanita itu berkenalan.

Wanita di depannya tertawa kecil. “Maaf, Aku lupa mengenalkan diri. Namaku adalah Diandra, kalau Kamu?” Diandra membalas uluran tangan Reynald.

'Mulus sekali.' batin Reynald.

“Malah melamun,” tegur wanita itu.

“Namaku Reynald, panggil saja Rey.”

“Salam kenal ya, Rey,” balasnya ramah.

Minuman yang di tunggu akhirnya datang, Diandra juga ikut memesan satu minuman yang sama seperti Reynald. Mereka berdua bersenda gurau di cafe itu dengan tersenyum senang, sesekali tertawa bersama karena candaan yang dilontarkan oleh Reynald.

“Astaga! Ternyata sudah jam segini, maaf ya, Rey. Aku harus pergi sekarang,” pamit Diandra.

“Apa Aku boleh meminta whatsh*p Kamu?” tanya Reynlad.

“Boleh.”

Mereka saling bertukar nomor aplikasi berwarna hijau itu, setelah selesai Diandra pamit pulang. Begitu pun dengan Reynald, lelaki itu juga memilih pulang ke rumahnya karena perasaannya sudah membaik seperti semula.

*

*

Reynald sepanjang jalan bersenandung senang, ia sangat menantikan sekali bertemu dengan Diandra lain kali. Wanita cantik, putih, mulus dan bertubuh tinggi seperti model, belum lagi rambut panjangnya yang tergerai indah sangat membuatnya semakin menarik.

“Andai Riana seperti itu,” gumam Reynald lirih.

Tidak terasa Reynald sudah sampai di rumahnya, ia memarkirkan mobilnya ke halaman rumah dan masuk begitu saja.

“Apa Kamu tidak bisa melakukannya dengan benar?!” bentak Mayang

“Maaf, Bu,” kata Riana lirih.

Reynald menghela napasnya panjang, baru saja lelaki itu merasa senang, sekarang perasaan senang itu hancur dalam sekejap saat sudah berada di rumah.

“Maaf-maaf, hanya itu yang bisa Kamu katakan! Sudah, buatkan lagi dengan benar. Ingat, kali ini harus enak!” teriak Mayang.

“Iya, Bu.” Riana membawa Gelas yang masih berisi jus di dalamnya menuju dapur.

“Eh, Rey. Sudah pulang? Kapan Kamu pulangnya?” tanya Mayang dengan manis.

“Baru saja,” jawab Reynald ketus.

“Mungkin Ibu tidak mendengar karena terlalu kesal kepada Riana,” kata Mayang.

“Iya,” balas Reynald datar.

“Kenapa Kamu, Rey?” tanya Mayang yang baru menyadari kalau raut wajah anaknya berubah kesal.

“Ck! Apa kalian tidak bisa sehari saja akur?!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status