Share

3.Pakaian Istri Seorang Manager

“Setiap kali dia datang ke rumah ini, pasti ibu akan menyuruhku untuk memasak banyak makanan. Padahal dia bukan seseorang yang penting untuk diberikan jamuan setiap kali dia datang kemari. Bahkan, Aku tidak dibiarkan menyantapnya walau sedikit karena wanita seperti dia.” Riana menunjuk wajahnya Serly dengan penuh emosi.

“Riana, jangan Ka-“ kata ibu Mayang terpotong.

“Apa? Jangan berani melawan kepada kalian semua, begitu maksud ibu? Aku sudah muak diperlakukan seperti ini terus, kalau Aku melawan sedikit saja seluruh tubuhku akan penuh luka lebam. Jadi, silahkan pukuli Aku sekarang, kalau berani!”

Semua orang terdiam, bahkan sampai bayi kecil saja ikut terdiam mendengar Riana marah. Setelah dirasa tidak ada yang akan menjawab apa yang dia katakan, Riana memilih masuk ke dalam kamarnya untuk mengganti pakaiannya yang basah karena diguyur air oleh ibu mertuanya.

“Rey, istrimu berani sekali kepada ibu. Kamu lihat sendirikan?” Ibu Mayang bergelayut meminta pembelaan kepada sang anak.

“Iya, Mas. Dia juga mengatai Aku yang hamil di luar nikah, Aku sangat sedih sekali sekarang.” Serly merengek sambil berpegangan di lengan kanan Reynald.

“Salah kalian sendiri seperti itu! Dia tidak ditinggali lauk sedikit pun, padahal dia yang memasaknya,” ketus Reynald.

“Ibukan sudah bilang kepada, Rey. Kalau Ibu yang memasak semuanya sendiri,”

“Aku melihat sendiri loh, Bu. Kalau Ibu hanya menonton Riana memasak, bahkan malah makan di depannya tanpa mengajak dia untuk ikut makan!”

“Lalu, bagaimana denganku, Mas? Bukankah Aku tidak melakukan sesuatu kepada istrimu itu. Tapi, kenapa dia malah menghinaku?” tanya Serly dengan mata berbinar.

“Kamu juga salah karena menyuruh Ibu untuk menyiramkan air ke Riana. Ibu, mana sisa uang yang tadi diambil? Aku mau membelikan Riana sarapan, kasian dia belum makan apa pun,”

“Tapi, Kamukan sudah mengasihnya ke Ibu. Kenapa malah diminta lagi?” tanya Ibu Mayang.

“Bukan Aku yang kasih. Tapi, ibu yang ngambil dari Aku,” jawab Reynald.

Ibu Mayang menyerahkan sisa uangnya dengan wajah ditekuk, terlihat sangat tidak rela sekali memberikan uangnya kepada Reynald.

“Ini, anakmu.” Reynald menyerahkan Leo kepada Serly, ia bergegas masuk ke dalam kamar menyusul Riana.

“Tante sih,”

“Bukannya Kamu yang nyuruh buat menyiram Riana,”

“Riana,” panggil Reynald lembut.

Riana tidak menyahut panggilan dari suaminya, ia tetap berbaring membelakanginya.

“Riana, maafkan, Mas ya. Mas mengaku salah.” Reynald menyentuh lembut lengan Riana.

Wanita itu tetap tidak menjawab suaminya.

“Kamu pasti sangat laparkan, Sayang? Ayo kita beli makanan di luar, terserah mau makan apa pun, Mas yang bayar,” bujuk Reynald.

Riana baru menoleh kepada suaminya. “Benarkan apa yang Kamu katakan, Mas?” tanya Riana dengan mata berkaca-kaca.

“Benar kok,” jawab Reynlad.

“Kalau begitu Aku siap-siap dulu ya, Mas.” Riana langsung beranjak dari ranjang untuk bersiap.

Sedangkan Reynald, ia menatap sang istri dengan terpesona. Karena disaat Riana tersenyum, ia sangat cantik sekali. Senyuman itulah yang membuat dirinya terpikat dengan sang istri, senyuman dengan lesung pipi yang membuatnya semakin manis.

“Mas! Kok melamun?”

“Tidak papa, Mas hanya sedang kepikiran sesuatu,” jawab Reynald.

“Eh, tadi uang Mas kan diambil sama ibu semua. Lalu, bagaimana cara bayarnya nanti?” tanya Riana khawatir.

“Tenang, uangnya ada kok. Ayo kita pergi sekarang, kasian istri Mas sudah kelaparan dari pagi.” Reynald mengacak rambut Riana gemas.

“Ih, Mas! Jadi berantakan lagi kan.” Riana membenarkan rambutnya dengan jari mungilnya.

Reynald tertawa kecil, ia menarik tangan istrinya untuk segera berangkat.

Mereka berangkat dengan menggunakan mobil milik Reynald, lelaki itu adalah seorang manager di sebuah perusahaan terkenal. Tidak mungkin gajihnya kecil, hanya saja dia selalu memberikan gajihnya kepada sang ibu, separuh lagi untuk dirinya sendiri. Riana tidak pernah tahu berapa gajihnya, suaminya selalu berkata bahwa ibu Mayang sangat pandai mengelola uang untuk membeli kebutuhan makan. Jadi, Riana hanya perlu memasak dan melakukan pekerjaan rumah lainnya.

“Kamu mau makan di mana, Sayang?” tanya Reynald.

“Terserah Mas saja, di mana yang enak,” jawab Riana

“Jangan gitu dong, kapan lagi kita makan di luar seperti ini,”

“Ayam bakar saja, sudah lama sekali Aku ingin makan itu. Saat ibu memesan makanan online, Aku jadi ngiler lihatnya,” kekeh Riana

“Baiklah, kalau Kamu maunya itu,”

Tidak perlu menunggu waktu lama, mereka sudah sampai di rumah makan yang menyediakan ayam bakar kemauan Riana. Reynald memarkirkan mobilnya di parkiram yang disediakan rumah makan di sana.

“Aromanya harum sekali,” kata Riana senang.

“Ayo,” ajak Reynald.

Mereka berdua berjalan masuk ke dalam rumah makan tersebut dengan bergandengan tangan, layaknya sepasang kekasih yang sedang kasmaran. Riana memilih tempat duduk yang berada di pojok, ia tidak terlalu nyaman berada di tempat ramai.

“Pelayan!” panggil Reynald.

“Mau pesan apa?”

“Ayam bakar dua dan minumnya es tehnya,”

Pelayan pergi setekah mencatat pesanan milik Reynald dan Riana.

“Lama sekali ya, kita tidak makan di luar,” kata Riana.

“Aku kan sibuk, Sayang. Kebetulan kalau kita terlalu sering makan di luar nanti pengeluaran membengkak,”

“Memang, berapa gajih Mas bekerja di kantor? Selama ini Aku tidak tahu berapa gajih Kamu selama kita menikah,” tanya Riana penasaran.

“Ee-em, lumayan,” jawab Reynald gugup.

Riana terdiam, suaminya tidak pernah mau membocorkan berapa gajihnya bekerja di kantor. Padahal, ia sangat penasaran sekali tentang gajih Reynald, karena ada yang mengatakan kalau gajih suaminya lumayan cukup memberikan penampilan yang layak untuknya. Riana berpenampilan sangat sederhana bagi seorang istri manager perusahaan terkenal. Tidak jarang ada yang mencemohnya sebab penampilannya itu. Tetapi, tidak jarang ada yang kasihan dengannya.

Pesanan mereka akhirnya datang, Riana sangat senang sekali melihat ayam bakar yang berada didepannya. Dia menyantapnya dengan sangat lahap, membuat Reynald menjadi kasihan kepada istrinya itu.

“Reynald?”

“Eh, Chiko. Bersama siapa Kamu di sini?” tanya Reynald.

“Sama siapa lagi kalau bukan istriku,” jawab Chiko.

“Istrimu tidak pernah ketinggalan ya,” sindir Reynald.

“Tentu dong. Wanita yang Aku pilih untuk menemaniku seumur hidup, harus diperlakukan dengan baik,”

“Iya-iya, deh. Suami sayang istri,” canda Reynald.

“Itu siapa, Rey?” tanya Chiko melirik Riana.

Riana sedang menikmati makanannya sehingga tidak sadar kalau ada teman suaminya yang mendekat.

“Itu, istriku,” jawab Reynald malu.

“Ternyata ini istri Pak Manager kita. Perkenalkan, namaku Chiko.” Chiko mengulurkan tangannya kepada Riana.

Wajah Riana memerah karena malu, sungguh ia tidak sadar dengan kedatangan teman suaminya itu. Ingin mengulurkan tangannya. Tetapi, tangannya kotor karena sedang makan, membuat ia hanya tersenyum menatap Chiko.

“Riana,” jawabnya.

“Sayang, ayo kita makan.” Istri Chiko bergelayut di lengan suaminya.

“Tunggu dulu, Sayang. Ini ada Pak Manager kita sedang makan bersama dengan istrinya, disapa dulu,”

“Laras.” Kata laras sambil memandang Reynald dan Riana bergantian.

“Reynald,”

“Riana,” kata Riana tersenyum.

“Eh, Aku baru saja sadar. Kenapa istrimu memakai pakaian itu ke mari? Bukankah Kamu seorang manager? Bagimu membelikan pakaian yang mahal tidak ada arti sama sekali,” ejek Chiko.

Laras menyikut suaminya pelan, memang Chiko selalu seperti itu. Dia tidak pernah segan untuk mengatakan apa yang ada di hatinya.

“Maaf. Kami pergi dulu,” pamit Laras dan langsung membawa suaminya untuk pergi.

Reynald mengangguk. Namun, lama ia memandangi Riana yang sedang menundukkan kepalanya. Memang pakaian istrinya itu tidaklah buruk. Masih bagus tanpa ada bekas jahitan di sana, hanya saja pakaiannya itu sudah berwarna kusam. Membuat siapa pun tahu kalau itu sudah sangat lama sekali.....

“Ayo kita pulang!” ajak Reynald dengan gigi bergerutuk kesal.

“Tapi, Mas. Makanan yang Aku makan belum habis, masih tersisa setengah,” tolak Riana sedih. Jarang sekali ia bisa menikmati makanan senikmat ini.

Namun, Reynald semakin geram. Ditatapnya tajam wajah sang istri. “Tidak ada tapi-tapian!”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Afifa
sipp lanjutt
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status