Share

Dimana aku bisa mencari yang sepertimu
Dimana aku bisa mencari yang sepertimu
Penulis: Hilton

Ingatanku tentangmu Doni

Hari menjelang siang matahari sudah berada pada posisi menunjukkan pukul 12.00 wib. Langit begitu cerahnya tanpa dihiasi awan sedikitpun. Aku menatap langit dari jendela kamarku yang berada di lantai dua.  Entah mengapa aku sangat senang sekali memandangi langit, tidak ada alasan yang  pasti membuatku senang sekali memandangi langit, mungkin saja aku suka dengan warna biru dan juga terkadang hatiku tenang rasanya bila memandang langit yang indah ini, tapi terkadang juga karena aku sedang sedih, atau sedang merasa marah dan muak, atau meratapi kekalahanku seolah aku menanti jawaban dari angkasa biru. Sekarang aku adalah siswa di salah satu sekolah di desa ku tempat kepindahan ku dari Lampung. Di desa aku kerap dipanggil dengan sebutan Axel. Nama lengkap ku adalah Axelio Felix.

Setelah sekian tahun aku pindah dari Lampung Barat, aku tak juga kunjung menemukan seseorang yang dapat kujadikan teman baik itu teman berbicara atau curhat atau juga bahkan teman sepermainan. Hatiku sedih dan merasa bersalah mengingat saat aku masih berada di lampung, begitu indahnya kurasakan kehidupan yang ku jalani banyak teman yang ku dapat, hingga pada sebuah kejadian aku dan teman ku yang paling dekat sudah ku anggap sebagai saudara kandungku sendiri harus meregang nyawa. Karena sesuatu hal yang sangat kusesali untuk ku lakukan kepadanya.  Karna kesalahan kesalahan ku yang membuatnya meregang nyawa. Aku tak sengaja melemparkan bola dan melambung jauh ke arah jalan raya. Dia yang berupaya untuk menangkapnya tidak menghiraukan bahwa ada kendaraan yang sedang melaju kencang dari arah belakangnya. Seketika suara tabrakan yang begitu mengerikan terdengar jelas dan terjadi di hadapanku. Aku berteriak menyerukan namanya “Doni” namun semua sudah terjadi. Aku berlari dan menuju tubuhnya yang terpental. Aku memegangi tubuhnya dan memanggil-manggil namanya serta memeriksa denyut nadinya, tubuhnya yang sudah bersimbah darah membuat ku semakin panik. Aku berteriak sejadi-jadinya meminta pertolongan. Orang yang menabraknya pun tak sadarkan diri karena dia juga menabrak sebuah pembatas jalan sehingga dia terluka dan tak sadarkan diri. Kemudian beberapa orang datang dan langsung membawa Doni ke rumah sakit aku pun turut ikut mendampinginya dan dua orang yang memiliki kendaraan mobil. . Selama di perjalanan aku selalu memanggil namanya dan memegangi tubuhnya begitu perhatianya.  Seketika dia sadar kemudian berkata “ Axel maafin aku ya ga bisa jadi sahabat kamu sampai kita menua, maafin aku ya kita ga bisa lagi barengan melalui hari, ku mohon jika aku pergi meninggalkanmu jangan lupakan aku ya jaga aku tetap dihatimu, jangan keras kepala ya ingat paman sama bibi orang baik dia bangga sama kamu. Dan juga jangan merasa bersalah ini sudah takdir aku tidak akan mempermasalahkan mu, kau adalah teman ku paling berharga bagi ku, kau adalah adik bagi ku, maafkan aku tidak bisa menjagamu lagi”. Aku pun yang mendengarnya sangat sedih dan berusaha tegar namun didalam hati ku sudah tersayat-sayat. Aku kembali berusaha menguatkanmu dan memintanya agar tetap hidup. “Jangan katakan seperti itu kau masih memiliki umur yang panjang, dan kita ya kita akan tetap bersama” aku tak bisa menahan air mata ku sehingga bercucuran. Dia yang menatapku mencoba ingin memegang kepala ku namun dia tidak bisa bergerak, “Axel adik ku aku tidak bisa merasakan tubuhku tanganku tidak bisa digerakkan, angkat dan letakkanlah tanganku di kepalamu, aku ingin mengatakan sesuatu padamu”. Kemudian aku memegang tangannya dan menuntun tangannya ke atas kepala ku. Hingga dia berkata “Axel tak ada gunanya kau menangisi ini, cobalah tetap tegar aku tidak apa-apa aku akan bahagia di sana dan aku akan menceritakan kebaikanmu kepada pencipta kita di sana nanti. Aku tak bisa merasakan lagi tubuhku aku tak akan bisa bertahan lama, Aku berpesan kepadamu jangan jadi pemalu lagi ya seperti dulu sebelum aku jadi sahabatmu. Aku ingin kau mengatakan kepada kepada orang tuaku aku menyayangi mereka lebih dari apapun. Aku ingin kau mengucapkan nya dan berjanji padaku untuk mengatakan semuanya dan tidak menyesalinya lagi”. Aku yang tak tahan mendengar pesannya itu aku menjawabnya dengan penuh peluh “baiklah Abang ku”. Kemudian menyahut untuk terakhir kalinya  dan berkata”senang rasanya kau akhirnya memanggilku Abang mu walaupun untuk yang terakhir kalinya, selamat tinggal adikku aku menyayangimu”. Kemudian dia menghembuskan nafas terakhirnya tubuhnya lemas dan tangannya jatuh dari kepala ku. Aku pun menangis sejadi-jadinya, orang yang membantu untuk mengantarkan kami ke rumah sakit juga turut sedih dan mencoba menenangkan ku, namun semua sudah sirna Doni telah tiada.

Hari ini di kamar dengan ruangan penuh foto yang masih kusimpan dan terpampang di  sisi kamar ku. Langit yang indah seolah aku dan Doni seperti saling menatap. Kini dunia ku dan dunia nya sudah jauh berbeda. 

Waktu berlalu begitu cepatnya hingga aku lupa makan siang, kemudian ibu memanggil ku turun dan menyuruhku makan siang. Aku turun dengan wajah yang sedang sedih, namun itu sudah dianggap ibu ku hal biasa. Sebab ibu tidak punya cara lain lagi agar aku memiliki semangat lagi untuk menjalani hariku, ibu hanya berkata “saat kamu sudah sadar dan siap betapa kamu sudah membuang waktumu percuma dengan selalu menyesalinya, maka saat itulah bicarakan pada ibu mu ini dan ibu akan mengatakan sesuatu hal yang berharga pada mu dan ini dari orang yang spesial bagimu”. Namun aku menganggap itu hanya sebagai alasan agar aku tetap sekolah kembali, Aku tak menghiraukan.

Aku menyantap makanan ku seperti biasanya, tanpa ada ekspresi yang menandakan itu enak atau tidak, seusai itu aku merapikan meja makan ku dan langsung menuju kamar ku. Memang kebetulan hari ini adalah hari minggu dan tidak pergi ke sekolah atau ke tempat lainya, aku hanya bermain video game dan juga membaca komik kesukaan ku dan Doni seperti biasa kami lakukan di hari minggu. 

Hari-hari berlalu begitu cepatnya sehingga aku lupa sudah berapa lama aku tetap bersedih menyalahkan diri sendiri.  Aku masih sering membaca buku-buku komik dan juga cerita lain kesayangan kami berdua. Andai saja dia masih hidup mungkin aku akan menjadi orang yang punya semangat hidup dan kami dapat berjuang bersama sampai akhir. Aku sudah satu tahun di sekolah yang ada di desa ku yang tidak cukup jauh dari rumah kediaman ku.

Setiap aku bersekolah aku tidak pernah menghiraukan siapapun yang menganggapku aneh, karena aku tidak pernah mau berteman dengan mereka, meskipun mereka telah mencoba beberapa kali untuk berbicara pada ku itu semua tak berlangsung lama dan hanya seperti percakapan tersingkat. Oleh sebab itu aku di sekolah hanya membaca dan meluangkan waktuku untuk membaca berbagai buku di perpustakaan sekolah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status