Share

Bab 792

Penulis: Clarissa
Setelah mengatakan itu, Sean dan Tiffany pun langsung pergi tanpa menoleh sedikit pun.

Sementara itu, Wesley yang duduk di meja makan hanya bisa menggigit bibirnya dengan kuat. Dia menatap ke arah perginya Sean dengan marah dan mengumpat dengan pelan, "Sok sekali. Dia juga hanya hidup bergantung pada bisnis keluarganya saja."

"Tutup mulutmu."

Venus menatap Wesley dengan tak berdaya saat mengatakan itu, lalu melirik Yerick. "Kalian berdua ini terlalu tergesa-gesa. Coba kalian pikirkan. Hubungan Tiffany dan Xavier begitu dekat, hubungan Sean dan Xavier juga nggak akan buruk. Bukannya pura-pura peduli pada Xavier dulu, kalian malah langsung membahas soal uang. Sekarang semuanya sudah berantakan, 'kan?"

Setelah mengatakan itu, Venus menarik napas dalam-dalam. "Aku akan menyusul mereka."

Tanpa menunggu reaksi dari Wesley, Venus langsung berlari keluar setelah mengatakan itu.

....

"Benar-benar menyebalkan," marah Tiffany begitu keluar dari rumah Keluarga Rimbawan sambil mengepalkan kedua tan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 793

    Tiffany mengernyitkan alis karena merasa suara itu terdengar familier. Dia secara refleks menoleh ke arah suara itu dan melihat Venus yang berdiri tidak jauh dari tempatnya sedang tersenyum dengan sangat ramah. Sama seperti sebelumnya, tatapan Venus tetap langsung tertuju pada Sean."Nggak perlu merepotkan Nyonya Venus," kata Sean dengan sopan sekaligus dingin, lalu berbalik dan menarik Tiffany untuk pergi."Sean!"Melihat Sean hendak pergi, Venus langsung panik. Dia segera menghampiri Sean dan berkata, "Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu."Sean pun mengernyitkan alis. "Nyonya Venus, kita sepertinya nggak ada hal yang bisa dibicarakan. Tolong jaga sikapmu."Sejak awal, Sean sudah menyadari ada yang aneh dengan cara Venus ini menatapnya. Hanya demi menjaga sopan santun, dia tidak langsung mengungkapkannya. Namun, sekarang Venus sudah mendekatinya secara terang-terangan, dia tentu saja harus menolaknya dengan tegas. Setelah mengatakan itu, dia memeluk Tiffany dan hendak masuk

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 794

    Setelah mengatakan itu, Sean menggelengkan kepala dengan tegas. "Nyonya Venus, aku berani yakin kamu pasti salah orang. Pertama, ayahku bukan orang seperti itu. Kedua, hubungan ayah dan ibuku selalu sangat baik. Ketiga, ayahku sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu. Kalau kamu nggak punya bukti, sebaiknya jangan mencemari nama orang yang sudah tiada. Akan terkena karmanya."Sean berdiri setelah mengatakan itu, lalu berbalik dan hendak pergi.Venus yang panik pun langsung menarik lengan Sean dan mengeluarkan manset dari sakunya. "Aku ... punya buktinya. Coba lihat ini, barang ini milik Keluarga Tanuwijaya, 'kan?"Sean mengernyitkan alisnya, lalu menoleh. Namun, begitu melihat barang itu, matanya langsung membesar. Ternyata Venus memang tidak berbohong karena manset di tangan Venus memang milik Keluarga Tanuwijaya. Itu adalah manset berukir nama keluarga yang dipasang di jas resmi saat anggota Keluarga Tanuwijaya menghadiri upacara penting atau pertemuan besar.Saat melihat manset itu,

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 795

    Mata Tiffany langsung membelalak dan meletakkan ponselnya dengan penuh semangat, lalu menatap Sean dan bertanya, "Benarkah? Apa yang terjadi?"Sean menarik napas dalam-dalam, lalu menggenggam tangan Tiffany dan menceritakan semua yang tadi dikatakan Venus.Tiffany pun mengernyitkan alisnya. "Kenapa kamu tahu orang itu hanya samaran dan bukan ayahmu sendiri?"Sean tersenyum dan berkata dengan tenang, "Karena cara berjalannya. Saat tadi melihat punggungku, Nyonya Venus bilang cara berjalanku tergesa-gesa sama seperti ayahku. Tapi, saat ayahku berusia puluhan tahun, kaki kirinya sebenarnya pernah terluka dan cara jalannya pun jadi pincang. Untuk menutupi kekurangannya, dia selalu berjalan dengan sangat pelan.""Tapi, meskipun jalannya sangat pelan, tetap bisa terlihat pincangnya kalau diperhatikan baik-baik. Jadi, ayahku nggak mungkin berjalan dengan tergesa-gesa."Mendengar penjelasan itu, Tiffany menatap Sean dengan kaget. Ini pertama kalinya dia mendengar Sean menceritakan detail tenta

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 1

    "Eee ... anu, aku seharusnya melepaskan bajuku dulu atau bajumu dulu?" tanya Tiffany Maheswari dengan hati-hati. Dia berdiri di depan kamar mandi dan hanya membalut tubuhnya dengan handuk.Malam ini adalah malam pertamanya. Pria di depan sana, yang duduk di kursi roda dan menutup matanya dengan sutra hitam adalah suaminya.Ini pertama kalinya Tiffany bertemu calon suaminya. Parasnya lebih tampan daripada yang terlihat di foto. Hidungnya mancung, alisnya tebal, tubuhnya tinggi dan tegap. Ini adalah tipe pria Tiffany.Sayang sekali, pria itu buta dan duduk di kursi roda. Ada yang mengatakan bahwa Sean Tanuwijaya adalah pembawa sial. Ketika berusia 9 tahun, orang tuanya meninggal karenanya. Ketika berusia 13 tahun, kakaknya meninggal karenanya. Kemudian, 3 wanita yang pernah menjadi calon istrinya juga mati.Ketika mendengar rumor ini, Tiffany sangatlah takut. Namun, pamannya bilang mereka baru bisa mengobati penyakit neneknya jika dia menikah dengan Sean. Demi neneknya, Tiffany bersedia

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 2

    Tiffany bertanya dengan heran, "Kalau aku keluar, kamu bisa mandi sendirian?"Bukannya pria ini tidak bisa melihat apa pun? Sean tidak berbicara, tetapi suasana menjadi makin menegangkan.Tiffany bisa merasakan kemarahan Sean. Dia melepaskan handuk gosoknya, lalu berucap sebelum pergi, "Kalau begitu, kamu hati-hati ya. Panggil aku kalau butuh bantuan."Setelah keluar dari kamar mandi, Tiffany tampak gelisah dan terus memandang ke arah kamar mandi. Bagaimana kalau Sean terjatuh dan mati di dalam sana? Mereka baru menikah. Tiffany tidak ingin menjadi janda.Ketika Tiffany sedang mencemaskan Sean, ponselnya tiba-tiba berdering. Ternyata sahabatnya, Julie, mengirimnya sebuah video. Judul video itu adalah materi pelajaran.Materi pelajaran? Tiffany mengkliknya dengan heran sambil bertanya-tanya dalam hati, 'Ujian masih lama. Untuk apa mengirimnya materi pelajaran sekarang?'"Um ... ah ... hm ...." Begitu video diputar, terlihat seorang wanita bersandar di atas tubuh seorang pria ....Wajah

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 3

    Kemudian, Tiffany berbalik untuk kembali ke dapur. Kedua pelayan itu segera menghentikannya. "Nyonya, nggak perlu."Mereka digaji untuk masak, tetapi semua sudah disiapkan oleh Tiffany. Kalau sampai Sean tahu soal ini, bukankah mereka akan dipecat?"Nyonya, aku dan Rika bertanggung jawab masak sarapan. Kamu baru datang ke rumah ini, nggak mungkin tahu selera Tuan. Sebaiknya jangan membuat masalah di dapur," ujar salah seorang pelayan dengan kesal.Pelayan bernama Rika itu segera menyahut, "Ya, Bibi Prisa benar. Sebaiknya Nyonya istirahat saja.""Tuan nggak makan makanan seperti ini. Dia selalu sarapan roti lapis, ham, dan susu. Sarapan yang Nyonya buat terlalu kuno," ucap Prisa sambil memandang sarapan yang terlihat hambar itu.Ekspresi Tiffany tampak heran sesaat, lalu menjadi suram. Dia menunduk dan mengiakan. "Kalian benar."Orang kaya memang suka bergaya. Di kampusnya, para siswa kaya saja tidak pernah pergi ke kantin untuk makan, apalagi orang sekaya Sean. Tiffany merasa dirinya s

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 4

    Suara Sean terdengar sangat dingin, seolah-olah ingin membekukan seluruh ruang makan. Saat berikutnya, buk! Prisa berlutut di lantai dan berujar dengan mata merah, "A ... aku nggak seharusnya bicara begitu dengan Nyonya ...."Sean memang terlihat baik. Namun, jika dia marah, tidak ada yang bisa menanggung amarahnya.Prisa meneruskan, "Tapi, aku nggak berniat jahat! Aku cuma nggak ingin Nyonya masak karena takut dia lelah ...."Sean tersenyum sambil menghadap Prisa dan bertanya, "Makanya, kamu sengaja merusak suasana hati istri baru yang masak untuk suaminya?"Suasana di ruang makan menjadi hening untuk sesaat. Perkataan Sean ini bukan hanya mengejutkan Rika dan Prisa, tetapi Tiffany juga memelotot terkejut. Sean sedang membelanya?Prisa ketakutan hingga gemetaran. Dia menyahut, "A ... aku nggak bermaksud begitu .... Aku nggak membuang masakan Nyonya. Aku dan Rika memakannya ...."Senyuman Sean menjadi makin dingin. Dia mengejek, "Sepertinya kamu lebih mirip majikan di sini daripada aku

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 5

    Setelah tersadar kembali, Tiffany memungut ponselnya dengan panik. Dia mendongak menatap Garry, lalu bertanya, "Kak, rupanya kamu kerja di sini?"Garry menyunggingkan senyuman manis. Dia mengelus kepala Tiffany dengan penuh kasih sayang sambil menegur, "Sebenarnya berapa usiamu? Kenapa ceroboh seperti anak kecil?""Dua puluh tahun," jawab Tiffany dengan mata berbinar-binar.Garry memalingkan wajah dan terkekeh-kekeh, lalu bertanya, "Kenapa kamu datang ke rumah sakit?"Tiffany menunjuk ruangan di belakang sambil membalas, "Temanku sedang mengobrol dengan kakak sepupunya."Garry melirik jam dan berujar, "Sudah waktunya jam makan siang. Temanmu mungkin nggak akan keluar secepat itu. Kebetulan aku mau makan siang. Gimana kalau kutraktir?"Tiffany berpikir sejenak, lalu mengetuk pintu untuk berpamitan dengan Julie, "Aku pergi sebentar."Garry berjalan di depan dengan wajah berseri-seri dan Tiffany mengikuti dari belakang. Sepertinya dari SMA 2, Tiffany sudah mengagumi pria ini.Saat itu, pe

Bab terbaru

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 795

    Mata Tiffany langsung membelalak dan meletakkan ponselnya dengan penuh semangat, lalu menatap Sean dan bertanya, "Benarkah? Apa yang terjadi?"Sean menarik napas dalam-dalam, lalu menggenggam tangan Tiffany dan menceritakan semua yang tadi dikatakan Venus.Tiffany pun mengernyitkan alisnya. "Kenapa kamu tahu orang itu hanya samaran dan bukan ayahmu sendiri?"Sean tersenyum dan berkata dengan tenang, "Karena cara berjalannya. Saat tadi melihat punggungku, Nyonya Venus bilang cara berjalanku tergesa-gesa sama seperti ayahku. Tapi, saat ayahku berusia puluhan tahun, kaki kirinya sebenarnya pernah terluka dan cara jalannya pun jadi pincang. Untuk menutupi kekurangannya, dia selalu berjalan dengan sangat pelan.""Tapi, meskipun jalannya sangat pelan, tetap bisa terlihat pincangnya kalau diperhatikan baik-baik. Jadi, ayahku nggak mungkin berjalan dengan tergesa-gesa."Mendengar penjelasan itu, Tiffany menatap Sean dengan kaget. Ini pertama kalinya dia mendengar Sean menceritakan detail tenta

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 794

    Setelah mengatakan itu, Sean menggelengkan kepala dengan tegas. "Nyonya Venus, aku berani yakin kamu pasti salah orang. Pertama, ayahku bukan orang seperti itu. Kedua, hubungan ayah dan ibuku selalu sangat baik. Ketiga, ayahku sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu. Kalau kamu nggak punya bukti, sebaiknya jangan mencemari nama orang yang sudah tiada. Akan terkena karmanya."Sean berdiri setelah mengatakan itu, lalu berbalik dan hendak pergi.Venus yang panik pun langsung menarik lengan Sean dan mengeluarkan manset dari sakunya. "Aku ... punya buktinya. Coba lihat ini, barang ini milik Keluarga Tanuwijaya, 'kan?"Sean mengernyitkan alisnya, lalu menoleh. Namun, begitu melihat barang itu, matanya langsung membesar. Ternyata Venus memang tidak berbohong karena manset di tangan Venus memang milik Keluarga Tanuwijaya. Itu adalah manset berukir nama keluarga yang dipasang di jas resmi saat anggota Keluarga Tanuwijaya menghadiri upacara penting atau pertemuan besar.Saat melihat manset itu,

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 793

    Tiffany mengernyitkan alis karena merasa suara itu terdengar familier. Dia secara refleks menoleh ke arah suara itu dan melihat Venus yang berdiri tidak jauh dari tempatnya sedang tersenyum dengan sangat ramah. Sama seperti sebelumnya, tatapan Venus tetap langsung tertuju pada Sean."Nggak perlu merepotkan Nyonya Venus," kata Sean dengan sopan sekaligus dingin, lalu berbalik dan menarik Tiffany untuk pergi."Sean!"Melihat Sean hendak pergi, Venus langsung panik. Dia segera menghampiri Sean dan berkata, "Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu."Sean pun mengernyitkan alis. "Nyonya Venus, kita sepertinya nggak ada hal yang bisa dibicarakan. Tolong jaga sikapmu."Sejak awal, Sean sudah menyadari ada yang aneh dengan cara Venus ini menatapnya. Hanya demi menjaga sopan santun, dia tidak langsung mengungkapkannya. Namun, sekarang Venus sudah mendekatinya secara terang-terangan, dia tentu saja harus menolaknya dengan tegas. Setelah mengatakan itu, dia memeluk Tiffany dan hendak masuk

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 792

    Setelah mengatakan itu, Sean dan Tiffany pun langsung pergi tanpa menoleh sedikit pun.Sementara itu, Wesley yang duduk di meja makan hanya bisa menggigit bibirnya dengan kuat. Dia menatap ke arah perginya Sean dengan marah dan mengumpat dengan pelan, "Sok sekali. Dia juga hanya hidup bergantung pada bisnis keluarganya saja.""Tutup mulutmu."Venus menatap Wesley dengan tak berdaya saat mengatakan itu, lalu melirik Yerick. "Kalian berdua ini terlalu tergesa-gesa. Coba kalian pikirkan. Hubungan Tiffany dan Xavier begitu dekat, hubungan Sean dan Xavier juga nggak akan buruk. Bukannya pura-pura peduli pada Xavier dulu, kalian malah langsung membahas soal uang. Sekarang semuanya sudah berantakan, 'kan?"Setelah mengatakan itu, Venus menarik napas dalam-dalam. "Aku akan menyusul mereka."Tanpa menunggu reaksi dari Wesley, Venus langsung berlari keluar setelah mengatakan itu....."Benar-benar menyebalkan," marah Tiffany begitu keluar dari rumah Keluarga Rimbawan sambil mengepalkan kedua tan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 791

    Tiffany duduk di kursi dengan kedua tangan yang menggenggam peralatan makan dengan erat dan berkata dengan suara bergetar, "Jadi ... menurut kalian, kami seharusnya membawa uang untuk kalian kalau datang untuk meminta maaf ya?"Yerick segera menggelengkan kepala. "Jangan bilang seperti itu, kami nggak pernah minta kalian untuk membawa uang pada kami. Tuan Sean hanya perlu bilang akan memberikan kami berapa, kami bisa pergi mengambilnya sendiri."Setelah terdiam sejenak, Tiffany melempar peralatan makannya dengan kuat. "Sekarang aku akhirnya mengerti kenapa Xavier dan Jayla selalu dekat dengan ibuku, tapi hubungan mereka dengan keluarga ini sangat renggang."Tiffany berpikir tidak akan ada orang yang tahan dengan keluarga seperti ini. Oleh karena itu, Xavier sangat jarang pulang dan dibesarkan ibunya sejak kecil sampai dewasa. Xavier bahkan ikut pergi ke Kota Kintan bersamanya karena keluarga ini sama sekali tidak layak untuk dipertahankan.Sebelum datang ke sini, Tiffany memang sempat

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 790

    "Siapa juga yang mau berusaha keras dalam urusan kayak begituan!"....Begitu rombongan mereka masuk ke vila Keluarga Rimbawan, ayah Xavier, Wesley, menyambut mereka dengan senyum lebar.Dia tersenyum ramah sambil menyapa, "Pak Sean, aku sudah lama dengar tentang nama besarmu. Aku nggak nyangka kamu bakal datang ke rumah kami, sungguh kejutan besar!"Venus segera maju, menarikkan kursi untuk Tiffany dan Sean. "Silakan duduk."Setelah berkata begitu, matanya masih sempat melirik ke arah Sean satu kali lagi.Tiffany mengerutkan alis, lalu langsung duduk di depan Sean untuk menghalangi pandangan Sean.Hidangan di atas meja tampak sangat mewah. Jelas sekali koki telah bekerja keras menyiapkannya.Yerick pun tersenyum dan duduk di tempatnya.Namun, di tengah kehangatan keluarga itu, tak seorang pun selain Jayla yang tampak memedulikan kondisi Xavier.Beberapa kali Tiffany ingin membuka pembicaraan tentang kondisi Xavier kepada Wesley, tetapi dia selalu dipotong dengan tegas.Setelah beberap

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 789

    Setelah Jayla pergi bersama Miska dan Xavier, Yerick segera mendekat dengan senyuman ramah di wajahnya.Dia menatap Sean sambil berujar, "Pak Sean, ayahku tahu kamu akan datang hari ini. Beliau sangat senang dan sudah menyiapkan hidangan lezat di rumah. Apa kamu dan istrimu berkenan mampir?"Sean mengangguk pelan. "Hm."Kedatangan mereka kali ini memang untuk menyampaikan permintaan maaf kepada Keluarga Rimbawan, sekaligus membahas pernikahan Xavier dan Miska agar Keluarga Rimbawan bisa menyetujuinya.Tentu saja, mereka harus pergi ke rumah Keluarga Rimbawan."Baiklah! Kalau begitu, kami antar kalian ke rumah kami!" Yerick tersenyum dan berjalan untuk memandu.Sementara itu, ibu tiri Xavier, Venus, berjalan di sisi lain Yerick. Matanya tampak sesekali melirik wajah Sean. Perilaku itu semakin mencolok saat mereka sudah berada di dalam mobil.Mereka duduk di dalam sebuah mobil limusin Lincoln yang panjang. Tiffany duduk di sebelah Venus, sedangkan Sean duduk di sisi seberangnya bersama Y

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 788

    "Ini bukan salah Tiffany."Sean mengangkat tangan dan menahan lengan Jayla yang terangkat. Keningnya berkerut, nada suaranya dingin saat menatap gadis itu."Perihal kakakmu sudah kami selidiki dengan jelas. Memang ada kaitannya dengan Tiffany, tapi penyebab utamanya adalah keputusan kakakmu sendiri yang ingin menyelamatkan orang lain.""Kakakmu itu pahlawan, tapi kamu nggak bisa menyalahkan orang yang diselamatkannya cuma karena dia nggak bisa melindungi diri sendiri."Mata Jayla dipenuhi garis merah darah, tetapi dia tetap tidak mau mundur. Dia menatap Sean dengan tajam. "Meskipun begitu, kalian tetap harus tanggung jawab!""Kakakku datang ke tempat kalian dalam keadaan baik-baik saja, tapi sekarang jadi begini! Kalian masih bisa menyalahkan orang lain?"Sean tetap menahan tangannya, tak mundur dan tak juga maju, hanya berdiri kokoh di tempat, melindungi perempuan di belakangnya.Melihat situasi itu, Miska yang di sekitar menjadi sedikit takut. Dia pelan-pelan mendekati Tiffany, lalu

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 787

    Setelah memastikan Arlo dan Arlene sudah tertangani dengan baik, Sean langsung memanggil pesawat pribadi untuk membawa Xavier yang masih koma dan juga Miska ke Kota Zimbab.Ini adalah kali kedua Tiffany menginjakkan kaki di Kota Zimbab. Terakhir kali dia kemari adalah lima tahun lalu, saat Niken meninggal dunia. Tanpa terasa, lima tahun sudah berlalu. Namun, kota ini seakan-akan tidak banyak berubah.Sebelumnya Tiffany sudah lebih dulu memberi kabar kepada ayah Xavier. Jadi, saat mereka keluar dari bandara, sudah ada orang-orang Keluarga Rimbawan yang menunggu di luar.Yang menunggu di pintu keluar adalah ibu tiri Xavier, adik tirinya, serta Jayla yang wajahnya penuh kemarahan.Ibu kandung Xavier sudah meninggal sejak lama, lalu ayahnya menikah lagi. Sebagai anak dari istri pertama, Xavier dan Jayla tidak disukai di rumah itu. Maka dari itu, mereka sangat dekat dengan Niken.Genta dan Sofyan mendorong ranjang Xavier keluar lebih dulu dari pintu bandara."Kakak ...!" Jayla yang matanya

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status