Share

Bab. 51

Penulis: Ufaira Putri
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-07 17:41:15

“Evan?”

Nayla menoleh perlahan, tiba-tiba terkejut saat melihat Evan dan Tommy berdiri di belakangnya. Dadanya naik turun cepat, kata-kata tiba-tiba tercekat di tenggorokannya.

“A–aku … aku .…” gumam Nayla terputus-putus, wajahnya memerah.

Evan mendengus kesal, suaranya menggelegar penuh desakan.

“Aku, apa?!”

Tubuh Nayla langsung membeku, pikirannya seperti diselimuti kabut tebal. Setelah jeda yang terasa lama, akhirnya dia memberanikan diri untuk mengeluarkan suara lirih.

“Aku merasa jenuh. Jadi tadi aku keluar jalan-jalan, Evan,” dalih Nayla berbohong.

Raut wajah Evan menegang. Matanya mengerut, rahangnya mengeras seolah menahan amarah yang mendidih.

“Jalan-jalan, katamu?!” suara Evan semakin tinggi penuh kekhawatiran, membuat nyali Nayla ciut. “Kamu lagi sakit, Nayla! Seharusnya kamu istirahat!”

Nayla menelan ludah berat. Bibirnya bergetar, seolah mau bicara tapi suara itu terkunci rapat. Pandangannya tertunduk, sesekali melirik ke arah Tommy, berharap ada dia bisa menolongnya
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 82

    “Evan … kamu ….”“Syuutt … kamu istirahat saja, Nay. Jangan bergerak dulu.”Evan duduk di samping tempat tidur Nayla, jari-jarinya perlahan menyisir rambut yang terbungkus perban tebal. Matanya menatap tajam tapi penuh lembut, seolah ingin menyuntikkan kekuatan lewat tatapannya. “Nay ...” Evan kembali bersuara dengan nada pelan, seolah takut membuyarkan suasana tenang di ruang rawat itu. Nayla mengerang pelan, suara seraknya pecah. “Bagaimana operasinya?” tanya Nayla.Tersirat kecemasan yang tersimpan di balik kelopak mata yang mulai berkaca. Evan tersenyum tipis, senyum yang jarang tampak, kini terlihat jelas dan lebih ramah, lebih hangat dari biasanya. “Tenang saja, Nay. Operasinya lancar. Semua akan baik-baik saja,” ujar Evan, nada suaranya mengalir lembut.Nayla menarik napas panjang, matanya berkaca-kaca, seolah beban di dadanya sedikit terangkat. Dia menatap langit-langit putih yang dingin, tubuhnya masih terikat perban, tapi hatinya mulai merasakan harapan.Evan mengan

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 81

    “Baiklah, lakukan saja, Dokter!”Evan mengangguk setuju, raut wajahnya begitu antusias. Lalu, dia melirik pada Nayla, dan kembali menganggukkan kepalanya. Nayla pun membalas anggukkan kepala.Hari berikutnya tiba dengan cepat. Nayla, dengan hati berdebar-debar, bersiap untuk operasi ulang, untuk perbaikan wajahnya. Kali ini, bukan Vania yang setia mendampinginya, melainkan Evan. Tangan Evan menggenggam erat tangan Nayla, mencoba memberikannya dukungan. Hingga akhirnya, Nayla memasuki ruang operasi setelah dibuat tidak sadar menggunakan obat bius. Suasana tegang menyelimuti ruangan operasi, hanya diselingi suara monitor detak jantung yang berdetak teratur.“Kita mulai sekarang,” kata Viranda sambil mengangguk mantap.Dia ditemani dengan tim medisnya yang handal, memulai operasi. Dengan ketelitian dan keahliannya, Viranda memeriksa kembali luka bekas cengkraman Auliana. Luka tersebut ternyata lebih dalam daripada yang terlihat sebelumnya, menyebabkan kerusakan jaringan yang cukup signif

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 80

    “Evan!”“Evan!”“Kamu tidak bisa memperlakukan bibi seperti ini, Evan!”Auliana menjerit histeris, saat dia diseret keluar ruangan dengan paksa oleh Tommy. Nayla meringis ngeri, mendengar jeritan Auliana. Namun, dia sedikit merasa lega, karena Auliana dijauhkan darinya.“Evan!”Jeritan Auliana masih terdengar nyaring, sekalipun pintu ruangan sudah tertutup rapat.Nayla langsung menatap Evan dengan khawatir. “Evan, apa semuanya akan baik-baik saja? Aku khawatir, masalah akan tambah besar, kalau kamu memperlakukan bibi Auliana seperti itu.Evan menghela napas panjang, rahangnya mengeras. Tatapannya masih tertuju pada pintu yang tertutup rapat, tempat jeritan Auliana masih samar-samar terdengar. Dia tahu, tindakannya barusan terlalu keras. Tapi, kesabarannya sudah habis. Auliana, dengan segala drama dan manipulasinya, telah melewati batas.“Aku tahu, Nayla,” jawab Evan, suaranya berat. “Tapi aku tidak bisa terus membiarkannya. Dia sudah sangat keterlaluan! Apalagi, dia berani menyakitimu

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 79

    “Percuma saja! Sekalipun kamu memperbaiki wajahmu yang buruk itu, Evan tetap tidak bisa melihatmu. Dia kan buta!”Senyuman sinis dan penuh ejekan itu kembali diukir oleh Auliana. Seolah-olah, dia ingin menemukan titik kepuasan tersendiri saat menghina Nayla.“Tolong jangan menghina suamiku, Bi! Apa pantas, Bibi menghina keponakan Bibi sendiri, seperti itu?!”Nayla membalas dengan nada suara yang tinggi. Dadanya terasa bergemuruh, saat rasa kesal menyeruak begitu saja setelah mendengar hinaan Auliana.“Bibi bebas menghinaku sesuka hati, Bibi! Tapi tidak dengan suamiku! Aku tidak akan tinggal diam, Bi!” lanjut Nayla menegaskan.Tawa Auliana pecah keras, menggema memenuhi ruang rawat VVIP yang hening. Dia menertawakan keberanian Nayla yang berani melawan hinaannya.“Ternyata kamu semakin berani, ya? Mulai nunjukin taring untuk menggigit aku!” hardik Auliana sambil bibirnya bergetar, wajahnya tiba-tiba memerah oleh kesal yang susah ditahan. “Selama ini kamu cuma pura-pura polos di depan

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 78

    “Bagaimana keadaanmu, Nay?”Evan bertanya dengan nada lembut dan penuh perhatian, sementara Tommy memapahnya mendekat pada Nayla.Dengan senyuman yang sumringah, dan mata yang berbinar-binar penuh kebahagiaan, Nayla menjawab penuh semangat.“Keadaanku sudah jauh lebih baik, Evan.”Evan menghela napas lega mendengarnya. Dia duduk di kursi lain yang sudah disiapkan Tommy di samping tempat tidur Nayla.“Tapi, Evan ….” Nayla menggantung kalimatnya sebentar, menatap Evan dengan serius.“Ada apa?” tanya Evan, mengangkat sebelah alisnya.Nayla melemparkan pandangan singkat ke arah Vania, bibirnya tercekat sedikit, ragu menyelimuti pikirannya. Vania hanya mengangguk pelan, memberi isyarat agar Nayla jujur pada Evan. “Ibu, besok dia harus cuci darah di rumah sakit. Boleh nggak, Tommy yang jemput ibu setelah cuci darah, terus bawa ke sini?” tanya Nayla dengan ragu-ragu.Nayla mengerjap, menunduk sejenak, matanya menatap Evan dengan gugup. “Aku rindu sekali sama ibu. Sudah lama aku nggak sempa

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 77

    “Terima kasih untuk apa?”Alis Evan semakin terangkat, tak mengerti maksud perkataan Nayla. Namun, Nayla terlihat enggan memperjelas maksudnya, dia terus tersenyum dengan tatapannya yang semakin dalam, memiliki banyak arti.Nayla menggeliat perlahan, mencoba melepaskan pegal di tubuhnya.“Evan, aku pegal banget dengan posisi begini,” kata Nayla lembut tapi serak, dan agak berat. Dia lalu mencoba mengubah posisi, setengah bersandar, tapi tubuhnya tetap kaku. Evan meraba-raba di sekelilingnya, berusaha membantu untuk membenahi posisi Nayla dengan hati-hati. “Tidak usah, Evan, aku bisa sendiri,” kata Nayla, tapi suaranya melembut dan tidak terlalu tegas. Evan tetap bersikeras membantu, meski matanya tak bisa menangkap apa-apa. Setelah beberapa saat, Nayla menemukan posisi yang lebih nyaman. Dia menarik napas panjang, lalu menatap Evan dengan senyum lembut yang tak bisa disembunyikannya. Matanya berbinar, penuh rasa terima kasih.“Terima kasih banyak, Evan.”Evan mengangkat satu ali

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status