Share

Bab. 75

Penulis: Ufaira Putri
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-25 23:09:47

Setelah selesai berbicara dengan Viranda, Evan duduk lemas di kursi ruang tunggu, jantungnya masih berdebar kencang. Dia mengusap wajahnya, kelelahan dan ketegangan masih terasa. Beberapa saat kemudian, seorang suster mendekat.

Suster itu berkata, “Tuan Evan? Nyonya Daviandra sudah dipindahkan ke ruang rawat VVIP.”

Evan langsung mendongak menatap suster itu, tubuhnya menegang.

“Kalau begitu, antarkan saya ke ruang rawatnya, Suster,” pinta Evan.

Dia langsung meraih tongkatnya, langkahnya tergesa-gesa saat suster itu bersedia menuntun Evan menuju ke ruangan rawat.

“Ini ruangannya, Tuan Evan.”

Suster itu membuka pintu ruangan, kemudian memapah Evan untuk duduk di kursi, samping tempat tidur.

“Terima kasih,” ucap Evan pelan.

Suster itu mengangguk, selalu meninggalkan Evan di ruang rawat tempat Nayla dirawat.

Ruangan itu luas dan mewah, terang namun teduh. Nayla terbaring di ranjang, seluruh wajahnya tertutup perban putih tebal. Hanya mata dan hidungnya yang terlihat, tampak pucat namun
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 78

    “Bagaimana keadaanmu, Nay?”Evan bertanya dengan nada lembut dan penuh perhatian, sementara Tommy memapahnya mendekat pada Nayla.Dengan senyuman yang sumringah, dan mata yang berbinar-binar penuh kebahagiaan, Nayla menjawab penuh semangat.“Keadaanku sudah jauh lebih baik, Evan.”Evan menghela napas lega mendengarnya. Dia duduk di kursi lain yang sudah disiapkan Tommy di samping tempat tidur Nayla.“Tapi, Evan ….” Nayla menggantung kalimatnya sebentar, menatap Evan dengan serius.“Ada apa?” tanya Evan, mengangkat sebelah alisnya.Nayla melemparkan pandangan singkat ke arah Vania, bibirnya tercekat sedikit, ragu menyelimuti pikirannya. Vania hanya mengangguk pelan, memberi isyarat agar Nayla jujur pada Evan. “Ibu, besok dia harus cuci darah di rumah sakit. Boleh nggak, Tommy yang jemput ibu setelah cuci darah, terus bawa ke sini?” tanya Nayla dengan ragu-ragu.Nayla mengerjap, menunduk sejenak, matanya menatap Evan dengan gugup. “Aku rindu sekali sama ibu. Sudah lama aku nggak sempa

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 77

    “Terima kasih untuk apa?”Alis Evan semakin terangkat, tak mengerti maksud perkataan Nayla. Namun, Nayla terlihat enggan memperjelas maksudnya, dia terus tersenyum dengan tatapannya yang semakin dalam, memiliki banyak arti.Nayla menggeliat perlahan, mencoba melepaskan pegal di tubuhnya.“Evan, aku pegal banget dengan posisi begini,” kata Nayla lembut tapi serak, dan agak berat. Dia lalu mencoba mengubah posisi, setengah bersandar, tapi tubuhnya tetap kaku. Evan meraba-raba di sekelilingnya, berusaha membantu untuk membenahi posisi Nayla dengan hati-hati. “Tidak usah, Evan, aku bisa sendiri,” kata Nayla, tapi suaranya melembut dan tidak terlalu tegas. Evan tetap bersikeras membantu, meski matanya tak bisa menangkap apa-apa. Setelah beberapa saat, Nayla menemukan posisi yang lebih nyaman. Dia menarik napas panjang, lalu menatap Evan dengan senyum lembut yang tak bisa disembunyikannya. Matanya berbinar, penuh rasa terima kasih.“Terima kasih banyak, Evan.”Evan mengangkat satu ali

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 76

    “Syukurlah, Nay. Nenek lega, karena operasinya berjalan lancar. Dan Nenek nggak sabar, menantikan wajah baru kamu.”Vania menggenggam tangan Nayla. Tatapan matanya dipenuhi harapan yang besar, kalau nanti cucunya itu tidak lagi merasa insecure karena kondisi wajahnya.Nayla tersenyum tipis, senyumnya terasa berat seolah dipaksakan. Matanya lalu mencari-cari pandangan Evan yang duduk di sofa dengan postur santai, tapi matanya memancarkan kelelahan.“Evan, sebaiknya kamu pulang saja, istirahat,” usul Nayla dengan suara pelan.Dia merasa khawatir pada suaminya. Karena, dari operasi sampai sekarang, dia tahu Evan menungguinya tanpa lelah.Evan menghembuskan napas panjang, bahunya yang kaku perlahan menyandar di sandaran sofa empuk itu.“Aku akan tetap di sini, nungguin kamu,” jawab Evan dengan suara datar tapi ada penegasan tegas di dalamnya.“Tapi Evan—”Nayla mulai membantah, tapi tiba-tiba Evan menggerakkan tenggorokannya, “Ehem!” Dia berdehem cukup keras, memberi isyarat bahwa dia ti

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 75

    Setelah selesai berbicara dengan Viranda, Evan duduk lemas di kursi ruang tunggu, jantungnya masih berdebar kencang. Dia mengusap wajahnya, kelelahan dan ketegangan masih terasa. Beberapa saat kemudian, seorang suster mendekat.Suster itu berkata, “Tuan Evan? Nyonya Daviandra sudah dipindahkan ke ruang rawat VVIP.”Evan langsung mendongak menatap suster itu, tubuhnya menegang. “Kalau begitu, antarkan saya ke ruang rawatnya, Suster,” pinta Evan.Dia langsung meraih tongkatnya, langkahnya tergesa-gesa saat suster itu bersedia menuntun Evan menuju ke ruangan rawat.“Ini ruangannya, Tuan Evan.” Suster itu membuka pintu ruangan, kemudian memapah Evan untuk duduk di kursi, samping tempat tidur.“Terima kasih,” ucap Evan pelan.Suster itu mengangguk, selalu meninggalkan Evan di ruang rawat tempat Nayla dirawat.Ruangan itu luas dan mewah, terang namun teduh. Nayla terbaring di ranjang, seluruh wajahnya tertutup perban putih tebal. Hanya mata dan hidungnya yang terlihat, tampak pucat namun

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 74

    M-maafkan saya, Suster.”Vania terengah-engah saat Nayla akan dimasukan ke ruang operasi. Suaranya tergagap, dada sesak menahan rasa panik dan cemas melihat cucunya yang akan segera di operasi.Suster itu mendekat dengan senyum lembut, matanya penuh pengertian. Lalu berkata dengan penuh pengertian. “Nyonya, tenang saja. Pasien akan baik-baik saja. Yang menanganinya adalah tenaga ahli di rumah sakit kami.”Vania hanya bisa mengangguk pelan, matanya berkaca-kaca. Dia kemudian duduk perlahan di kursi ruang tunggu, melepaskan napas panjang sambil menatap kosong ke depan. Waktu berjalan begitu lambat, setiap menit terasa seperti berjam-jam. Jantungnya berdebar tak karuan, jari-jari kaku mengepal di atas lutut.Tiba-tiba, suara langkah kaki dan ujung tongkat yang mengetuk-ngetuk lantai rumah sakit terdengar. “Nenek!” suara Evan memecah keheningan. “Evan!” Vania hampir terkejut, kemudian berdiri tergopoh-gopoh. Evan berjalan dengan tongkatnya, langkahnya pelan namun pasti, sementara Tomm

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 73

    “Ah, iya... Aku sampai lupa jadwal operasi istriku sendiri.” Evan menghela napas pelan, suaranya bergetar saat berkata. Matanya menatap jauh ke depan, wajahnya menegang seperti sedang menahan gelombang kecemasan. Nayla yang duduk di depannya, menatap Evan dengan mata penuh rasa iba. Perlahan, tangannya menjulur dan menggenggam tangan Evan erat, seolah ingin mengalirkan kekuatan lewat sentuhan itu. “Gak apa-apa kok, aku kan akan ditemani nenek,” kata Nayla lembut, menenangkan. Evan menoleh, menatap Nayla sejenak sebelum mengangguk pelan. “Kalau kamu butuh apa-apa, jangan ragu hubungi aku atau Tommy, ya.” Sebuah senyum tipis terukir di wajahnya yang tampan, sementara tangan Evan terangkat dan menyentuh rambut istrinya dengan lembut.. Nayla membalas senyum itu dengan lembut, matanya berbinar kecil. “Tentu, aku akan selalu kabari kamu, sayang ...” ucap Nayla sambil menekankan kata terakhir, membuat Evan terpingkal kecil, tertawa geli mendengar perkataannya.Setelah dari ruangan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status