Siang ini aku berusaha keras untuk konsentrasi pada perkerjaan. Mencoba tidak memperdulikan perasaan aneh yang menggerogoti hati.Aku tahu sebagai wanita yang dilamar oleh si Bos, seharusnya aku mempertanyakan tentang kepastian omongan Clara. Sebelum patah hati dan berharap lebih, aku rasa hati ini wajar untuk memastikannya tapi lagi-lagi rasa gengsiku menahannya.Aku pikir mau cinta pertamanya Athar itu Clara kek, Tamara kek, Inul Daratista kek, atau Ayu Tingting pokoknya gak ada urusan. Aku kan belum sah jadi istrinya, bisa disangka posesif buta kalau aku bertanya. Belum jadi apa-apa udah repot, ih jijay!Alhasil, daripada gondok dan cemburu gak beralasan, aku memilih untuk lebih fokus ke pekerjaanku yang sempat tertunda yaitu membuat laporan bulanan.Lama. Aku terus berada di kubikel dan mengerjakan banyak hal sampai akhirnya tak terasa jam makan siang tiba. Beberapa orang di divisiku sudah mulai beranjak dari kubikelnya, begitu pun aku. Namun, saat aku baru berdiri tiba-tiba ponse
Mamah menyuruhku menikah lagi. Ini hal aneh yang terjadi hari ini. Aku tercengang, bibirku kelu dan diri ini membatu karena terkejut. Di saat sakit, Mamah malah memintaku menikah.Ini aneh. Sungguh, di luar ekspektasiku."A-apa, Mah? Me-menikah lagi?" tanyaku tercekat. "Kenapa Mamah tiba-tiba bilang gitu? Mah, tolong jangan memikirkan itu sekarang lebih baik Mamah pikirkan kesehatan Mamah," ucapku seraya memegang tangannya.Mamah tersenyum di balik alat penunjang pernafasannya seraya berkata pelan. "Mamah mungkin gak akan hidup lama, Sayang. Mamah ingin kamu bahagia, Mamah ingin melihat lelaki yang akan menjaga dan menjadi imam bagi kamu sebelum Mamah pergi Kania. Jika Mamah sudah melihatnya mungkin Mamah gak akan berat meninggalkan kamu sendiri," ujar Mamah membuat tangis yang sedang kutahan ambrol. Aku duduk seraya menggenggam tangan Mamah yang tak sekuat dulu. "Mah, Mamah jangan berpikir begitu. Umur Mamah insya Allah masih lama. Mamah gak boleh mendahului takdir. Kania ingin Mama
POV Author Mamanya Kania sudah dipindah dari HCU ke ICU karena kondisinya terus memburuk. Dalam keadaan seperti itu Kania bagaikan gadis yang terombang-ambing, dia bingung juga kalut. Rasa cemas dan tak berdaya menyelimuti Kania. Melihat calon istri sekaligus partnernya gemetar, Athar memutuskan untuk tetap di samping Kania. Dia memilih setia apa pun yang terjadi. Dia menemani Kania di ruang tunggu ICU yang dingin, meski wanita itu memintanya pergi tapi Athar berusaha tak pergi.Sebagai lelaki yang bertanggung jawab, Athar merasa ini saatnya dia mengambil peranan. Menjag seseorang yang spesial untuknya. Kania itu seorang janda yang kini tidak punya siapa-siapa selain mamanya. Pasti dia sangat bersedih ketika tahu sang mama menderita dan kritis di dalam sana. Sejujurnya, tanpa sepengetahuan Kania, Athar sudah mencoba menyelidiki siapa yang menabrak Ibu Alia. Athar mengerahkan semua koneksi yang dia miliki. Dari mulai polisi sampai ke dokter yang ada di rumah sakit ini. Dengan kekuasa
POV Author Tanah merah di pemakaman itu masih tampak basah. Aroma bunga mawar merah masih tercium begitu harum. Di antara semilir angin, terdengar suara isak dari seorang wanita yang kini sedang duduk bersimpuh di samping sebuah pusara.Siapakah wanita itu? Tentu saja wanita cantik yang tengah berduka itu bernama Kania. Dari sekilas saja bisa dilihat jika Kania teramat terpukul atas kepergian mama kandungnya tersebut. Di dunia ini Kania gak memiliki keluarga dekat yang lain, hanya dia dan mamanya. Kania merasa separuh dunianya telah hancur berkeping-keping. Dulu, meski dia pernah dikhianati Hans berselingkuh, entah kenapa Kania tidak sehancur ini. Nyatanya kehilangan seorang Ibu lebih menyakitkan dibanding dikhianati pasangan.Mengapa? Karena, bagi Kania Mama adalah satu-satunya support system' yang mendukungnya di saat dunia tak lagi bersahabat.Lama. Ya cukup lama. Kania berada di samping pusara Bu Alia sampai akhirnya seorang wanita setengah baya menghampirinya. "Nia, ayo kita pu
"Saya terima nikah dan kawinnya Kania Chrisyanta binti almarhum Andi Maulana dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."Athar mengucap ijab kabul dengan lantang. Meskipun suaranya terdengar serak, tapi cukup bisa membuat hatiku bergetar dan semua orang yang hadir malam itu di mushola kampung langsung berucap sah.Pak Haji yang merupakan penghulu di kampungku memimpin doa yang diamini seluruh manusia. Tak terasa air mataku kembali turun dan menderas.Jujur, tak pernah terpikir olehku kalau aku akan berada di posisi sebagai mempelai pengantin untuk kedua kali. Hanya bedanya kali ini, aku melakukannya dalam situasi yang berduka karena mama baru saja meninggal dunia dan yang menikahkanku pun adalah wali hakim yang ditunjuk karena aku gak punya kerabat lagi di kampung ini.Sungguh sangat menyedihkan.Aku berpikir pernikahan keduaku akan berjalan lebih baik, tapi nyatanya malah semakin mengkhawatirkan bahkan cenderung harus dirahasiakan karena akad ini terjadi akibat wasiat dan darurat sampai
Aku terbaring lemas di ranjang pengantin yang dihias sederhana oleh Bik Imas.Di tengah keheningan kamar, aku merenung. Menatap langit kamar bercat putih. Tiba-tiba terbayang wajah Mamah, Mamah menoleh ke arahku dan tampak tersenyum ke arahku. Aku juga tersenyum melihatnya, tapi sayangnya bayangan itu tiba-tiba menghilang, melebur kembali menjadi langit-langit kamar."Mamah! Mamah!"Aku tersentak dan terduduk. Ternyata aku tadi sempat ketiduran. Dengan pelan, aku seka peluh di dahi dengan pangkal telapak tangan. Rupanya, mimpi itu mengingatkanku akan Mamah yang kini tidak bisa kupeluk lagi.Seketika rasa kehilangan menyergapku. Sejujurnya selama tadi acara, hatiku rasanya sudah sangat hampa. Apalagi jika ditambah oleh ingatan tentang kelakuan dan omongan gila Hans, rasanya diri ini semakin menderita, bahkan untuk berteriak pun rasanya sesak.Akhirnya aku hanya bisa menangis. Meraung seraya memeluk lutut di atas tempat tidur. Entah kenapa dadaku terasa sangat sakit. Bayangan Mamah dan s
Kata orang pembendaharaan kata di dalam otak perempuan itu lebih banyak dari laki-laki jadi wajar jika pada bawel. Namun, sayangnya kali ini bakat ngomel yang kumiliki harus tertahan. Semua itu karena sepertinya Athar masih dongkol akibat kejadian di kamar mandi tadi pagi.Coba bayangkan saja, seorang Kania yang tadinya mau marah gara-gara diajak pulang dadakan, gak jadi karena terpaksa harus membungkam diri akibat si kasep lagi gak jelas moodnya. Dari tadi dia hanya diam dan fokus menyetir. Sehingga kami disibukkan pikiran masing-masing, untungnya ada backsound lagu masa kini. Setidaknya aku gak akan pingsan karena bosan.Halah! Kenapa Athar bisa sedingin itu sih sehabis kejadian kolor? Padahal dia yang lupa mengunci pintu kamar mandi tapi malah aku yang disalahkan. Masih teringat jelas usai tragedi kolor gede tadi, Athar jadi lebih canggung dan hal pertama yang dia katakan ketika kami bertemu pandang adalah rencananya untuk pulang pagi ini.Jelas pernyataan itu membuatku terkejut ta
"Kenapa kamu datang dengan membawa Kania, Athar? Kenapa dia ikut sama kamu?"Itulah pertanyaan pertama yang aku dengar ketika kami sudah duduk saling berhadapan. Di ruang tamu yang berhawa panas ini, kini kami sedang duduk saling menghadap. Aku dan Athar di sisi kanan sementara Anita dan Bu Maryam di sisi seberangnya. Aku melihat perut Anita membuncit, sepertinya dia sedang hamil.Aneh. Anak siapa yang dia kandung? Bukannya Hans mandul? Aku jadi curiga kalau mereka bersekutu dan membuat rencana jahat. "Jawab ATHAR! Kenapa harus datang bersamanya? Kenapa?" tegas Bu Maryam menaikkan suaranya karena Athar belum mau bersuara. Untunglah, sambutan Bu Maryam yang terdengar murka tak berpengaruh bagi Athar yang sejak tadi sudah memasang wajah datar. Pria itu melihat ke arah Ibu dan kakak tirinya bergantian."Ya, Kania memang harus ikut sama saya Bu. Sebenarnya kedatangan kami ke sini untuk memberi tahu tentang kabar pernikahan kami. Alhamdullilah mulai sekarang saya adalah suaminya. Kania su