Di antara kesadaran dan ketidaksadaran, sayup-sayup aku mendengar lagu BTS mengalun. Semula hanyalah alunan kecil semata tapi lama-lama semakin keras dan menuntut untut diangkat. Astaghfirullah! Ini siapa sih yang berani mengganggu tidurnya seorang istri yang baru saja menyelesaikan kewajibannya? Apa dia tidak tahu kalau aku sudah sangat bekerja keras demi mempersembahkan seorang anak bagi Athalarik Yusuf yang kekarnya setara dengan Aqua-Man? Astaghfirullah! Lemas, sumpah lemas. Gak nyangka kepiawaian berondong membuatku lupa akan trauma.Dikarenakan dering telepon itu terus mengganggu, dengan sangat terpaksa aku pun membuka mata. Walau pun nyawa belum kumpul semua dan melanglang buana setidaknya aku tahu dari arah mana itu berasal. Secara malas dan dengan masih memejamkan mata, aku merentangan tangan dan meraba-raba sisi di samping tempat tidur, berharap aku bisa menemukan benda pipih yang terus mengganggu itu dan akhirnya dapat."Halo, assalammu'alaikum. Halo? Siapa nih?" tanyaku
Mataku terbuka setelah tersorot cahaya dari pintu kamar yang terbuka sempurna. Aku tidak tahu sudah berapa lama tertidur karena sepertinya aku pingsan usai dipukul oleh Ratna. Tak berapa lama, muncullah bayangan dua orang manusia yang berjalan dengan pongah dari ambang pintu. Dari bentuknya, aku yakin itu adalah dua orang wanita.Karena kepalaku masih sakit akibat hantaman benda tumpul, aku sangat sulit mengenali dengan jelas siapa saja yang datang itu. Terlebih, kini mataku terasa sangat perih dan parahnya badanku pun terikat hingga tidak bebas bergerak.Barulah setelah wanita itu menyalakan lampu dan sampai di depanku, aku langsung bisa melihat wajahnya yang serasa tak asing, meski lebih kurus dari sebelumnya tapi aku tahu kalau dia ...."Hey janda!" "Ternyata benar kalian bersekongkol? Berengsek!" makiku marah ketika melihat Ratna dan Anita berdiri di depanku sambil melipat tangan.Walau aku sudah curiga tetap saja kenyataan kalau mereka bersekutu sangat membuat darahku seolah men
Di tengah keputus-asaan dan kewarasanku yang tinggal setengahnya tiba-tiba telinga ini menangkap suara lelaki yang sangat kurindukan berteriak lantang. Sontak suasana jadi gak terkendali. Semua mata mengarah tajam ke arah pintu yang menampilkan bayangan suamiku.Ya Allah, alhamdullilah! Aku selamat. Dia datang."Athar, itu kamu, kan? Athar!" teriakku parau berharap penglihatanku gak salah. "Iya, Sayang! Ini aku! Bertahanlah! Aku akan bebasin kamu!" jawab Athar dengan suara bergetar. Pandangan matanya yang sedih beralih padaku yang sedang dalam kondisi mengenaskan."Iya, Thar! Hati-hati ya mereka orang jahat! Mereka menyekapku karena Anita! Dia gak mau kamu menuntut ibunya! Kamu jangan terpengaruh Athar!"Aku terus berusaha menambah keyakinan Athar. Melihat suamiku datang, rasanya tenagaku seolah disuntik ribuan vitamin. Aku berusaha kembali mengerahkan sisa tenaga untuk melawan para lelaki besar yang sedang mengikatku. Meski aku merasa kesakitan, kukuatkan jiwa dan raga demi bisa beb
Aku mengamati wajah Athar yang masih memejamkan mata. Ini sudah hampir satu Minggu pasca kejadian nahas itu terjadi. Namun, tak ada tanda-tanda suamiku akan tersadar dalam waktu dekat ini. Tampaknya suamiku masih setia dalam tidur panjangnya."Sayang bangun ...." bisikku getir. "Thar maafin aku, ya. Maafin udah bikin kamu jadi kayak gini. Aku janji kalau kamu bangun, gak akan panggil kamu lagi dengan yang aneh-aneh. Ayo buka matamu Sayang! Kamu suamiku Thar, suamiku."Lagi, aku menangis karena menyadari kalau yang kuajak bicara sama sekali tak bereaksi.Aku tahu Athar mungkin tak mendengarku tapi entah mengapa aku sangat rindu. Aku rindu mendengar suaranya, aku rindu pelukannya dan aku rindu tingkahnya yang konyol saat menggodaku.Kuakui melihat Athar terbaring dengan banyaknya perban di kepala dan tubuh suamiku tak ayal hatiku terasa remuk dan perasaanku campur aduk.Sampai saat ini, aku masih gak menyangka suami yang kusayangi harus hidup hanya dengan dipenuhi berbagai alat yang men
Ijab kabul mantan suamiku selesai sudah. Pria yang dulu sempat menjadikan aku ratu satu-satunya itu sekarang telah berpindah hati.Dia telah memilih untuk menikahi gadis yang lebih muda dariku satu tahun yang juga teman satu profesinya yang bernama Anita. Kata Kiki--sahabatku mereka sudah saling mencintai ketika masih sama-sama bekerja di pabrik. Sebagai teman satu lingkungan kerja mantan suamiku, tentu Kiki tahu banyak tentang perselingkuhan mereka.Sakit? Tentu. Bohong jika aku bilang ini tidak sakit.Perempuan mana yang tak hancur menyaksikan suaminya memilih selingkuhannya dibanding istri sah? Perempuan mana coba sebutkan? Aku yakin siapa pun pasti akan begitu terpuruk.Dan tahu apa yang paling menyakitkan? Kata Hans alasan dia berdua yaitu hanya karena kami belum memiliki keturunan akhirnya dia meninggalkanku, padahal dia yang punya masalah.Sialnya lagi semua ini didukung penuh oleh keluarga suamiku. Siapa sangka, di saat aku sedang berjuang untuk memberikan buah hati dan bers
Ada yang bisa merukiyah lelaki di depanku gak? Biar apa? Biar dia sadar kalau yang dilamar olehnya ini adalah wanita berumur 32 tahun yang sudah memiliki tanda-tanda penuaan dan menyamarkannya dengan wudhu. Aih. Preet!Oh ya Allah! Athar ini kenapa sih? Kesambet apa over dosis? Bisa-bisanya dia melamarku di depan banyak orang, di pernikahan kakaknya yang PELAKOR itu lagi?Aku harus jawab apa? Masa baru janda udah dikejar berondong?!"Thar, maaf candaanmu udah gak lucu. Anggap aja kamu gak pernah mengatakannya, permisi!" kataku seraya bergegas membalikan badan.Aduuh ... rasanya aku ingin menghilang."Eits! Mau ke mana Mbak?" Athar menahan tanganku. "Pulang-lah," jawabku ketus seraya menepis tangannya dan berjalan ke arah jalan keluar gedung resepsi."Lah? Kok pulang? Lamaran saya gimana Mbak? Ini barusan saya tadi nyatain hal yang penting loh bukan lagi nawarin asuransi, masa langsung ditinggal?" tuntutnya dengan wajah super duper kecewa.Aku menolehkan kepala sekilas sembari tetap
"Kalau mau nangis, nangis aja kali Mbak gak akan ada yang larang kok," ujar Athar dengan senyumannya yang khas seraya menatap jalanan.Saat ini, sebenarnya aku sedang berada di dalam mobil Athar. Tadi setelah insiden serangan mantan mertuaku, lelaki bertubuh tegap yang masih menggunakan beskap itu bersikeras mengantarku pulang meski aku sudah menolaknya mentah-mentah karena tak mau ada gosip terlebih dia tadi bilang mau membelikanku 'cincin nikah'.Malas sumpaaaah! Bukan apa-apa, aku tidak mau berurusan dengan keluarga mereka lagi apa pun alasannya.Aku mendesis. "Siapa yang mau nangis? Jangan sok tahu," elakku seraya membuang muka ke arah jendela mobil. Menyembunyikan wajah yang sudah memerah karena menahan genangan air di pelupuk mata.Gengsi kali harus nangis bombay di depan Athar? Meski dia sudah menyatakan kalau dia ingin menikahiku, tentu itu bukan alasan aku menjadi terlihat cengeng di depannya. Jujur, aku masih terngiang-ngiang perkataan mantan mertuaku di pesta tadi yang men
Janda. Menyandang status itu karena masalah perselingkuhan yang direstui keluarga pasangan tentu saja sangat mengenaskan dan menjadi beban tersendiri untukku. Gimana gak jadi beban kalau setiap waktu tuh si mantan dengan kroni-kroninya masih sibuk merongrong? Seperti yang dilakukan Hans tadi malam, siapa duga dia datang hanya untuk bertanya tentang jawabanku pada lamaran Athar yang notabene sudah menjadi adik iparnya. Sungguh, perbuatan yang tidak menyenangkan. Mengganggu ketertiban hati! "Hoaaah!" Entah berapa kali siang ini aku menguap seraya mengerjakan laporan QC (Quality Assurance) obat yang diminta SPV (Supervisor). Sebagai karyawan yang diwajibkan untuk berdedikasi di PT. Orchid Farma Tbk ini, aku cukup tahu diri untuk loyal meski rasanya mata sepet banget akibat menangis semalam. Maklumlah, insiden di pernikahan Hans kemarin masih membekas dalam. "Hey, janda, ayo keluar! Kita disuruh ke meeting room tuh bakal ada bos baru! Siap-siap ya?" tegur Ratna disertai pukulan keci