Beranda / Romansa / Dinikahi CEO Dingin Yang Membesarkanku / 1. Tidur Bersama Pria yang Salah

Share

Dinikahi CEO Dingin Yang Membesarkanku
Dinikahi CEO Dingin Yang Membesarkanku
Penulis: CacaCici

1. Tidur Bersama Pria yang Salah

Penulis: CacaCici
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-27 00:13:37

Seorang perempuan duduk dengan begitu tegang di pinggir ranjang, dalam sebuah kamar hotel. Dia sedang menunggu model pria yang telah ia sewa untuk tidur dengannya.

Ceklek'

Mendengar suara pintu yang dibuka, Shazia Adena Malik–perempuan berusia 22 tahun itu menoleh ke arah sumber suara untuk melihat siapa yang datang. Namun, dia sama sekali tak bisa melihat apa-apa sebab matanya tertutup rapat. Dia sengaja merekatkan bulu mata bawah dengan bulu mata atas, menggunakan lem bulu mata palsu. Dia melakukan itu karena dia tak ingin mengenali wajah model yang dia sewa, tujuannya agar dia dan pria yang ia sewa tak canggung apabila bertemu di kemudian hari.

"Kamu temannya kakaknya Kania yah?" tanya Shazia, ketika dia merasa jika pria itu telah berdiri depannya. Pria yang ia sewa adalah seorang model yang merupakan teman dari kakak sahabatnya.

Sebenarnya Shazia tak ingin benar-benar tidur dengan model pria ini. Dia hanya ingin mengambil foto dirinya dan pria ini yang tidur di ranjang, seolah mereka melakukan hubungan suami istri tapi sebenarnya tidak. Dia melakukan ini untuk membatalkan perjodohan yang direncanakan oleh pamannya untuknya.

Shazia dijodohkan dengan seorang duda berusia 45 tahun yang sudah memiliki anak berusia 12. Tentu saja, Shazia tidak mau menikah dengan duda berusia 45 tahun sedangkan ia gadis berusia 22 yang masih polos. Namun, Shazia tak bisa menolak secara langsung. Dia hanya anak angkat di keluarga Malik dan dia tidak bisa membantah.

Jadi Shazia melakukan cara ini, berharap dengan ini pria yang dijodohkan dengannya akan menolak sendiri perjodohan tersebut.

"Tu-tunggu!"

Pria itu tiba-tiba menyentuh pipi Shazia, membuat Shazia refleks menepisnya. Jujur saja, Shazia sangat gugup karena ini pertama kalinya dia melakukan hal gila. Jika kakak angkatnya yang saat ini sedang di luar negeri mengetahui apa yang dia lakukan sekarang, bisa dipastikan Shazia berakhir mengenaskan. Kakak angkatnya adalah orang yang membesarkannya akan tetapi sangat dingin dan galak.

'Aroma parfum Kakak.' batin Shazia, di mana jantungnya berdebar sangat kencang ketika penciumannya menangkap aroma familiar.

Meskipun sudah tujuh tahun tak bertemu dengan pemilik aroma ini, akan tetapi otaknya mengingat dengan sempurna aroma wangi ini.

'Ah, hanya kebetulan saja! Mungkin parfum pria ini sama dengan parfum Kakk. Lagian Kakak masih di luar negeri.' batin Shazia, menepis jika pria ini adalah kakaknya.

Karena tak mungkin! Kakaknya masih di luar negeri dan dia sangat senang akan hal itu sebab kakaknya adalah orang yang sangat galak serta banyak aturan. Hidup Shazia bebas setelah kakaknya menetap di luar negeri.

"Umm … ini hanya pura-pura, jadi tidak ada kontak fisik berlebihan," ucap Shazia kembali, mendongak pada sosok pria di depannya.

"Humm." Suara deheman yang terdengar berat, mengalun di telinga Shazia.

Deg-deg-deg'

Jantung Shazia kembali berdebar kencang. Suara ini … sangat familiar, mirip suara dari seseorang yang sering menghukum Shazia untuk berdiri di sudut ruangan. Kakaknya!

'Ah, tidak. Kakak sedang di luar negeri. Sekalipun hari ini aku wisuda, dia tidak akan pulang.' batin Shazia, mencoba menenangkan diri. Yah, hari ini Shazia melaksanakan wisuda di kampusnya. Setelah pulang dari acara tersebut, Shazia segera ke hotel ini untuk melancarkan rencananya. Besok, pamannya dan pria itu akan datang untuk meresmikan perjodohan atau membahas pernikahan. Shazia tak punya waktu yang banyak!

"I-ingat, ini hanya pura-pura yah," ujar Shazia lagi, meraba ranjang lalu bergegas naik ke bagian tengah.

Di sisi lain, pria itu bersedekap di dada, melayangkan tatapan membunuh pada Shazia. Dia melepas tuxedo mahal yang membungkus tubuhnya lalu naik ke atas ranjang.

Dia mendekati Shazia yang terlihat kesusahan melepas kebaya. Dia tebak perempuan ini langsung ke sini setelah acara wisudanya berakhir.

Pria itu mengambil posisi duduk di belakang Shazia, dia mengulurkan tangan–membantu gadis nakal ini untuk menurunkan resleting pada bagian belakang kebaya, bagian punggung.

"Aku bisa melakukannya sendiri," ucap Shazia, refleks menoleh ke belakang lalu meraba-raba agar mengetahui posisi pria itu.

"Waktuku tidak banyak, aku akan membantumu," ucap pria itu dengan suara bariton yang berat dan deep.

Jantung Shazia lagi-lagi berdebar sangat kencang. Suara ini sangat mirip dengan suara kakaknya. Namun, tak mungkin pria ini adalah kakaknya. Jika pria ini kakaknya, pria ini pasti akan mengamuk dan memarahinya.

Yah, selain aroma parfum, mungkin pria ini juga punya suara yang mirip dengan kakaknya.

"Ta-tapi jangan pegang-pegang yah. Ingat, ini cuma pura-pura," ucap Shazia dengan nada tegas.

"Humm." Pria itu hanya berdehem sebagai balasan.

Selanjutnya, Shazia membiarkan pria itu membantunya melepaskan kebaya ketat yang membungkus tubuhnya.

Saat kebaya itu lepas, Shazia buru-buru meraba-raba bantal. Lalu setelah mendapatkannya, dia langsung menutupi tubuhnya dengan bantal tersebut.

"Aku sudah meletakkan kamera di atas televisi," ucap Shazia, di mana meja televisi berada di depan ranjang.

Sebelum dia menutup mata dengan lem perekat bulu mata palsu, Shazia lebih dulu memastikan semua. Termasuk memastikan kamera berada di tempat yang strategis.

"Nanti kamu tekan ini--" Shazia meraba meja nakas lalu meraih sebuah remot kecil di sana, kemudian dia menyerahkan remot tersebut pada pria tersebut, "agar kameranya mengambil foto kita."

"Humm." Pria itu lagi-lagi hanya berdehem.

"Aku akan tidur, da-dan kamu lepaskan bajumu agar kita benar-benar terlihat seperti sedang melakukan hubungan suami istri," ujar Shazia, membaringkan tubuh secara perlahan lalu menutupi dirinya dengan selimut. Di dalam selimut, Shazia melepas tanktop lalu menurunkan tali bra supaya pundaknya terlihat telanjang, seakan dia tidak mengenakan apapun. Setelah itu, dia memposisikan selimut hingga ketek. Pundak mulusnya terlihat, seolah tubuhnya polos tanpa sehelai benangpun di balik selimut.

Sejak awal pria itu sudah melepas kemejanya, jadi dia hanya tinggal berbaring di sebelah Shazia. Namun, dia melanggar rules yang Shazia katakan. Dia mendekat pada Shazia, memeluk perempuan itu dari belakang lalu menelusup ke ceruk leher Shazia.

"A-apa yang anda lakukan?!" panik Shazia, meraba kepala pria itu lalu mendorongnya agar menjauh dari lehernya.

"Kau ingin hasil yang natural bukan?" ujar pria itu, tetap memposisikan kepala pada ceruk leher Shazia.

"Ya. Tapi aku tidak mau disentuh. Cukup pura-pura tidur saja. Tolong menjauh!" pekik Shazia, mulai takut dan panik.

"Jika kau takut, kenapa nekat melakukan ini, Humm?!" Alih-alih menjauh, pria itu mengeratkan pelukannya pada Shazia. Tubuh keduanya berbalut selimut dan itu benar-benar membuat mereka terlihat seperti tengah bergulat panas di atas ranjang.

"Pokoknya aku tidak membayarmu untuk melakukan ini," jerit Shazia setengah marah, mencoba mendorong pria itu akan tetapi dia tidak berhasil.

"Kau bukan perempuan yang kuinginkan, jadi tenanglah," bisik pria itu tepat di sebelah daun telinga Shazia. "Percaya padaku dan kau akan mendapatkan hasil yang bagus," lanjutnya.

Seakan terkena hipnotis, Shazia mendadak diam. Meskipun dibalut rasa takut dan panik, akan tetapi dia mencoba memberikan kepercayaan pada pria itu. Dia membiatkan pria itu memeluknya dan menelusup pada ceruk lehernya.

Setelah mendapatkan foto dengan gaya tersebut, pria tersebut mengarahkannya untuk mengubah posisi. Saat ini Shazia memeluk pria tersebut, di mana dia tidur dengan berbantalkan lengan si 'pria.

Pria itu juga duduk di atas perutnya, membuat mereka sedang melakukan hubungan suami istrinya.

Setelah banyak mengambil foto, pria itu turun dari ranjang.

"Tolong ambil kameranya dan … besok sore, kirim fotonya ke alamat yang sudah kuletakkan di bawah kamera," ucap Shazia, memeluk selimut sambil meraba-raba ranjang untuk menemukan kebayanya.

Pria itu menaikkan sebelah alis. "Kau tidak takut aku menyebar foto-foto ini, Humm?"

"Kalau kamu sebar, aku tidak membayarmu," ujar Shazia, "lagian aku tahu kamu siapa. Karir model-mu bakalan hancur kalau berani menyebarnya," lanjutnya, memberi ancaman pada pria itu.

"Cih." Pria itu berdecis pelan, mengambil kamera dan sebuah kertas berisi alamat di bawah kamera. Setelah itu, dia beranjak dari sana, meninggalkan Shazia yang langsung menghela napas lega sebab pria mengerikan itu telah pergi.

Yah, mengerikan karena dia melanggar rules yang Shazia katakan. Pria itu mencium leher Shazia, memeluk Shazia, dan duduk di atas perut Shazia. Ah! Dia sangat merinding melakukan semua itu.

Beruntung dia menutup mata sehingga jika suatu saat dia bertemu dengan pria tadi, Shazia tak akan malu sebab dia tak mengenal pria itu.

Shazia melepas lem bulu mata lalu buru-buru mengenakan pakaiannya. Tiba-tiba saja handphone Shazia berdering, di mana kepala maid lah yang menghubunginya.  

"Ada apa, Bu?" ujar Shazia setelah mengangkat telepon.

'Nona, anda di mana? Tuan Rayden telah pulang dan Tuan mencari anda.'

Deg'

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Nindi AmiArmy
ak mpir lagi author Cici......️
goodnovel comment avatar
Mimi Cantik
ceritanya seru abis. semakin dibaca semakin ketagihan.... ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dinikahi CEO Dingin Yang Membesarkanku   96. Datangnya Harapan

    Shazia menarik napas dalam-dalam lalu mengeluarkannya secara perlahan. Setelah itu, Shazia senyum manis pada putranya. "Papa kan masih harus menyebar kebaikan di seluruh dunia agar Papa bisa lepas dari wujud Buto Ijo-nya. Nanti kalau Papa sudah menyelesaikan tugasnya, menyebar kebaikan, Papa akan pulang kok, Sayang," ucap Shazia dengan nada lembut, sambil mengusap pucuk kepala putranya secara penuh kasih sayang. Sejujurnya Shazia tidak kuat mendengar ucapan putranya. Rindu Papa! Itu benar-benar mengoyak hati Shazia. Namun, dia harus tegar dan harus tetap tersenyum. Jika dia menunjukkan kesedihannya, pasti putranya akan jauh lebih sedih. Atau … Razia-nya juga akan ikut menangis. "Baik, Mama," jawab Zaiden, menganggukkan kepala secara patuh pada sang mama. "Ya sudah, main lagi sama Kakak. Mama mau ke dapur, bantu Tante beres-beres," ucap Shazia pada putranya, dia menurunkan Zaiden dari pangkuannya lalu cepat-cepat pergi dari sana. Sengaja! Karena dia benar-benar tidak kuat.

  • Dinikahi CEO Dingin Yang Membesarkanku   95. Hidup Berbeda

    Rayden duduk diam di sebuah single sofa dalam kamarnya. Sudah lama dia sadar, akan tetapi hanya duduk diam sambil memeluk ketiga bebek karet tersebut. Air matanya jatuh, tetapi tak ada suara tangisan dari sana. Wajahnya tetapi dingin, tetapi sorot matanya memancarkan kerinduan yang mendalam. Pantas saja selama 6 tahun ini hidupnya terasa seperti hari yang mendung, ternyata matahari yang selalu menyinarinya tidak bersamanya. Pantas saja hidupnya terasa monokrom, seseorang yang membawa warna untuknya tidak bersamanya. Pantas saja dia selalu merasa sepi, ternyata ramai itu hanya ia rasakan saat bersama perempuan bernama Shazia Adena Malik. Pantas saja 6 tahun ini dia seperti hidup dalam sebuah kesunyian, ternyata dia tak pernah lagi mendengar suara pujaan hatinya. Pantas saja selama ini dia merasa kosong sekalipun dia sibuk bekerja dan kesana kemari, ternyata seseorang yang mengisi hari-harinya tidak di sisinya lagi. Pantas saja dia sering menanyakan siapa pemilik nam

  • Dinikahi CEO Dingin Yang Membesarkanku   94. Kekuatan Cinta

    Hampir dua tahun Rayden terapi kaki, dan sudah satu tahun ini Rayden bisa berjalan. Namun, selama satu tahun ini, Hansel dan Jaren berusaha keras mencegah Rayden menemui Shazia di luar negeri, sebab Shazia tak ada di sana. Di sisi lain, mereka mulai mencari keberadaan sang nyonya. Sayangnya karena sudah lama, mereka sulit menemukannya. Terlebih-- mereka curiga kalau Shazia mengganti identitas. "Kenapa kalian diam?" tanya Rayden kembali, menatap ketiga kepercayaannya. Arland kebetulan pulang ke negara ini bersama Bian karena untuk suatu hal. Namun, Bian tak ada di sini, memilih istirahat di rumah ayahnya. "Jangan-jangan selama ini kalian berbohong. Shazia Adena bukan adikku," ucap Rayden kembali. 'Shazia Adena.' Entah kenapa nama itu sangat spesial. Setiap kali Rayden menyebutnya, jantungnya berdebar sangat kencang. Sebuah perasaan manis, rindu, dan bahagia menelusup dalam hatinya. Shazia Adena! Setiap kali dia menyebutnya dalam batin, maka bayangan dia menggendong anak ke

  • Dinikahi CEO Dingin Yang Membesarkanku   93. Masa yang Berlalu

    --Enam tahun kemudian-- "Sudah enam tahun berlalu, kenapa Adena belum kembali?" tanya seorang pria tampan dengan ekspresi dingin dan tatapan tajam. Dia mendongak lalu menatap ke arah tiga kepercayaannya. Arland langsung menatap Jaren, sedangkan Jaren langsung menatap ke arah Hansel. "Bukankah seharusnya dia telah menyelesaikan pendidikannya?" ucap pria itu lagi, tak lain adalah Rayden Haitham Malik. Satu tangannya di atas meja, di mana jemarinya mengetuk-ngetuk meja, menambah ketegangan yang ada. Jaren dan Arland kembali menatap ke arah Hansel, sosok yang mereka anggap lebih bijak dan dapat menjawab pertanyaan sang tuan. Sedangkan mereka berdua, mereka takut salah bicara atau keceplosan. Enam tahun yang lalu, Jaren dan Rayden mengalami kecelakaan hebat. Ruth adalah dalang dari kecelakaan tersebut. Setelah Rayden membalaskan dendamnya pada keluarganya sendiri, Ruth yang seharusnya ingin kabur ke luar negeri, mengurungkan niat saat mendengar kematian tragis istri dan putr

  • Dinikahi CEO Dingin Yang Membesarkanku   92. Perpisahan?

    Sama seperti ayahmu yang sangat ingin melenyapkanku," tambah Rayden, langsung mengayunkan tongkat baseball ke arah kepala Luna. Bug' Rayden senyum cerah saat memukul kepala Luna, sama sekali tak merasa bersalah–malah senang ketika melakukannya. Semua atas rasa dendam yang dipendam olehnya selama bertahun-tahun, dan dia tidak peduli pada yang namanya kemanusiaan. Setelah membunuh Luna, Rayden lanjut membunuh Carmila. Selesai dari sana, dia mendekat ke arah kakeknya. Rayden melepas lakban yang menutup mulut Alexander, menunjukan smirk evil pada pria tua itu sambil duduk tenang di depan Alexander–di sebuah kursi yang bodynya terbuat dari kayu. Rayden kemudian mengeluarkan rokok, di mana dia merokok santai di hadapan Alexander. "Ra-Rayden, a-apa maksudmu melakukan semua i-ini? Ke-kenapa kau membiarkan ke-kegelapan di hatimu menguasaimu, Nak?" ucap Alexander dengan suara serak, menangis melihat cucunya yang sudah seperti iblis. "Kenapa?" Rayden membeo, "coba tanya pada d

  • Dinikahi CEO Dingin Yang Membesarkanku   91. Dendam yang Terkumpul

    "Rayden, apa yang kau lakukan, Nak?!" ujar Alexander dengan nada tinggi. Namun, Rayden sama sekali tak peduli. Dia melempar tongkatnya, mengeluarkan pistol dari balik jas kemudian …- Dor' Suara tembakan menggema. Semua orang yang ada di ruangan itu menjerit ketakutan. Carmila dan Luna begitu histeris, menangis dan menjerit melihat Rayden menembak Georgie–di pundak. "Argkkk …." Georgie menjerit sakit, setelah itu tak sadarkan diri–kaget oleh suara tembakan. "Bawa dia ke rumah sakit," titah Rayden pada anak buahnya. "Dia tidak boleh mati!" gumam Rayden pelan, di mana anak buatnya segera membawa Gerogie ke rumah sakit. "Rayden, kau sudah gila?!" bentak Alexander, menatap Rayden dengan mata berkaca-kaca. "Jika kau seperti ini, terpaksa Kakek melawanmu!" ujarnya lagi sambil memberi isyarat supaya anak buahnya mengepung Rayden. Sedangkan Arland dan Jaren, mereka langsung mengerahkan seluruh anak buah yang mereka bawa untuk menahan para anak buah Alexander. Lalu Jaren sendi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status