 LOGIN
LOGIN

Mata Georgie melebar, terkejut mendengar ucapan Rayden. "A-apa maksudmu, Rayden?! Sadarlah, Shazia itu adikmu." "Hanya adik angkat," jawab Rayden tenang, "tak ada yang salah jika aku menikahinya." "Tetap salah! Orang-orang tahu bahwa kalian sepasang kakak adik. Lagipula Paman sudah mengatur perjodohanmu, Rayden." Georgie berkata dengan nada tegas. "Sudahlah, Georgie! Rayden memang harus menikahi Shazia karena dia sudah meniduri adiknya. Mau bagaimana lagi?!" kesal Alexander pada putranya, "dan Pak Sandi, saya meminta maaf untuk kekacauan ini. Dan saya memintamu untuk tidak membocorkan masalah ini pada siapun. Jika masalah ini bocor, maka kau orang pertama yang saya cari. Pergilah," ujar Alexander kesal pada akhir kalimat. Sandi buru-buru pergi dari sana, dia ketakutan dan merasa tak nyaman setelah Rayden muncul di ruangan itu. "Shazia sayang, jadi kamu dan Kakak punya hubungan rahasia?" tanya Alexander lembut, menatap hangat pada cucu kesayangannya. Shazia meringis men
Shazia langsung mendongak, matanya melebar, dan jantung yang semakin berdebar kencang. Shazia buru-buru meraih foto di lantai, melihat siapa teman tidurnya saat itu. Deg' Jantung Shazia terasa berhenti beberapa detik saat melihat siapa pria yang tidur dengannya. Ekspresinya penuh ketakutan, wajah pucat, dan tangannya yang memegang foto bergetar hebat. Pria yang tidur dengannya adalah Rayden Haitham Malik! Kakaknya sendiri. Meskipun Rayden hanya kakak angkat dan walau itu hanya sekadar pura-pura tidur, tapi tetap saja …- "Wanita murahan!" maki Georgie dengan suara kencang, "katakan siapa pria yang tidur denganmu?! Cepat katakan!" bentak Georgie. Shazia hanya diam, mulutnya terkunci rapat. Tubuhnya mematung, duduk tegang di lantai sambil memegang foto tersebut. Shazia hanya ingin lepas dari perjodohan gila ini. Namun, kenapa rencananya berakhir kacau?! "Shazia tidur dengan Rayden. Lihatlah, wajah Rayden sangat jelas di foto ini," ucap Alexander dengan nada penat. Energinya
Shazia memegang bibirnya sebab tak nyaman, berkedut dan terasa sedikit lebih besar. Shazia baru bangun. Tidurnya sangat nyenyak tapi entah kenapa bibirnya terasa kebas. "Bibirku kenapa yah?" gumam Shazia mendekat ke arah cermin untuk memeriksa bibirnya. Dia bertanya-tanya sendiri, namun karena pada akhirnya tetap tak menemukan jawabannya, Shazia memilih mengabaikan. Dia segera membersihkan diri. Setelah itu, Shazia buru-buru turun ke lantai satu untuk sarapan. Setelah selesai sarapan Shazia balik lagi ke lantai tiga, buru-buru ke kamar kakaknya. Dia sering menggunakan kamar mandi Rayden karena memiliki bath up yang luas. Namun, karena dia khawatir Rayden tiba-tiba pulang tanpa memberi kabar pada siapapun, Shazia harus segera memindahkan perlengkapan mandinya yang sengaja ia tinggalkan di kamar mandi dalam kamar Rayden. Ceklek' Shazia membuka pintu kamar Rayden lalu masuk begitu saja ke dalam. Seseorang yang duduk di balkon, menoleh ke arah kamar–lebih tepatnya ke arah pere
Shazia telah tiba di rumah, akan tetapi dia tak menemukan tanda-tanda kepulangan sang kakak. Ruang depan kosong, makan malam hanya disiapkan untuk satu orang, dan lampu taman pada halaman samping juga tak menyala. Sebelum kakaknya ke luar negeri untuk mengurus bisnis mendiang orang tuanya, setiap malam lampu taman akan dibuatkan menyala. Namun, karena Shazia terganggu dengan cahaya lampu taman yang, jadi hanya satu lampu yang ia nyalakan setelah kakaknya pergi. Kamarnya berada di atas taman halaman samping. "Ck, kalian semua pembohong," ujar Shazia saat akan masuk ke dalam lift, "kalian sengaja mengatakan Kakak pulang supaya aku cepat-cepat kembali kan? Ah, kalian mah nggak asik. Padahal aku belum ketemuan dengan teman-temanku untuk merayakan hari wisudaku," gerutu Shazia pada seorang maid di depan lift. "Tidak, Nona. Kami tidak berbohong--"Shazia langsung memotong. "Udahlah. Kalian semua memang terlalu patuh pada Kak Rayden. Dia nggak di sini. Semisal dia menelpon Ibu, ya … tingg
Seorang perempuan duduk dengan begitu tegang di pinggir ranjang, dalam sebuah kamar hotel. Dia sedang menunggu model pria yang telah ia sewa untuk tidur dengannya. Ceklek' Mendengar suara pintu yang dibuka, Shazia Adena Malik–perempuan berusia 22 tahun itu menoleh ke arah sumber suara untuk melihat siapa yang datang. Namun, dia sama sekali tak bisa melihat apa-apa sebab matanya tertutup rapat. Dia sengaja merekatkan bulu mata bawah dengan bulu mata atas, menggunakan lem bulu mata palsu. Dia melakukan itu karena dia tak ingin mengenali wajah model yang dia sewa, tujuannya agar dia dan pria yang ia sewa tak canggung apabila bertemu di kemudian hari. "Kamu temannya kakaknya Kania yah?" tanya Shazia, ketika dia merasa jika pria itu telah berdiri depannya. Pria yang ia sewa adalah seorang model yang merupakan teman dari kakak sahabatnya. Sebenarnya Shazia tak ingin benar-benar tidur dengan model pria ini. Dia hanya ingin mengambil foto dirinya dan pria ini yang tidur di ranjang, seolah








