Share

5. Kita Menikah

Penulis: CacaCici
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-27 01:38:43

Mata Georgie melebar, terkejut mendengar ucapan Rayden. "A-apa maksudmu, Rayden?! Sadarlah, Shazia itu adikmu."

"Hanya adik angkat," jawab Rayden tenang, "tak ada yang salah jika aku menikahinya."

"Tetap salah! Orang-orang tahu bahwa kalian sepasang kakak adik. Lagipula Paman sudah mengatur perjodohanmu, Rayden." Georgie berkata dengan nada tegas.

"Sudahlah, Georgie! Rayden memang harus menikahi Shazia karena dia sudah meniduri adiknya. Mau bagaimana lagi?!" kesal Alexander pada putranya, "dan Pak Sandi, saya meminta maaf untuk kekacauan ini. Dan saya memintamu untuk tidak membocorkan masalah ini pada siapun. Jika masalah ini bocor, maka kau orang pertama yang saya cari. Pergilah," ujar Alexander kesal pada akhir kalimat.

Sandi buru-buru pergi dari sana, dia ketakutan dan merasa tak nyaman setelah Rayden muncul di ruangan itu.

"Shazia sayang, jadi kamu dan Kakak punya hubungan rahasia?" tanya Alexander lembut, menatap hangat pada cucu kesayangannya.

Shazia meringis mendengar pertanyaan kakeknya, dia lalu mendongak secara kaku sambil senyum canggung pada Alexander.

"Dia pasti menggoda Rayden," tuding Georgie dengan raut muka kesal.

"I-iya, aku menggoda Kak Rayden," jawab Shazia cepat, memperlihatkan cengiran pada kakeknya lalu menoleh cepat pada Rayden. 'Udalah, biar sekalian saja aku diusir dari keluarga ini. Ck, aku juga sudah muak dengan si Georgie tua bangka ini! Sok keras! Giliran ginjalnya kusentil, kuyakin dia langsung log out dari muka bumi ini.' batin Shazia, diam-diam menatap penuh kebencian pada Georgie.

Sejak awal Georgie memang tak menyukainya dan pria ini selalu berusaha menyingkirkannya.

Rayden menoleh ke arah Shazia, menatap perempuan dengan wajah manis tersebut secara heran. Satu alisnya terangkat, tak menduga jika Shazia mengaku kalau dia menggoda Rayden.

"Aku sudah lama suka pada Kak Rayden. Semalam Kakak pulang dan datang ke acara widusaku. Habis dari sana aku mengajak Kak Rayden ke hotel, aku menjanjikan hadiah untuknya karena sudah membesarkanku hingga aku benar-benar meraih gelar sarjanaku. Hadiahnya adalah tidur dengan Kakak. Dan foto itu, aku yang mengambilnya secara diam-diam untuk ko-koleksi, Kakek," jelas Shazia penuh dengan kebohongan, berharap dengan begitu semua orang marah padanya–termasuk Rayden, lalu mereka memutuskan hubungan kekeluargaan dengan Shazia.

Yang Shazia pikirkan adalah mungkin hari ini Georgie berniat menyingkirkannya dengan cara menjodohkannya dengan duda anak satu, di mana pria itu lebih cocok dipanggil paman oleh Shazia dibandingkan jadi suami. Namun, bagaimana dengan hari esok? Daripada terjadi sesuatu hal mengerikan pada dirinya di masa depan, lebih baik Shazia pergi sekarang!

"Tanganmu gemetar. Kakek tahu kamu berbohong, Shazia," ujar Alexander, menatap tangan cucunya yang bergetar.

"Ouh." Shazia menatap tangannya yang bergetar hebat lalu menyembunyikannya di belakang tubuh. Setelah itu dia cengar-cengir pada kakeknya.

"Pasti Rayden yang memaksamu, Rayden menindasmu, Nak?" Alexander berkata cemas.

Shazia menggelengkan kepala secara kuat. "Aku menyukai Kakak dan a-aku yang meng-menggodanya, Kakek."

"Kamu saja duduk berjauhan dengan Rayden." Alexander kini menatap jarak antara Rayden dan Shazia.

Shazia juga ikut menatap jarah atau tempat kosong antara dia dan Rayden. Astaga!

Dia lalu buru-buru menggeser tempat duduk supaya lebih rapat dengan kakaknya. "Itu karena aku gugup. Perempuan kalau suka biasanya gugup, Kakek. Hehehe …."

"Kamu gugup karena Rayden menindasmu. Kamu ketakutan, Nak," Alexandre berkata lembut namun menatap penuh peringatan pada Rayden, "Rayden, jujur pada Kakek! Kamu menindas Shazia kan?! Kamu memaksa Shazia untuk tidur denganmu kan?! Kamu mengancamnya supaya bersedia menuruti keinginanmu."

"Kakek." Shazia panik ketika Alexander malah menuduh Rayden yang bukan-bukan. Hei, tidak mungkin pria dingin di sebelahnya melakukan hal itu, "aku memang menggoda Kak Rayden."

"Adena." Tiba-tiba saja suara dingin Rayden mengalun, meskipun nadanya rendah akan tetapi Shazia merinding mendengarnya.

"I-iya, Kak?" gugup Shazia, menatap takut dan cemas pada Rayden.

"Pergi ke ruanganku dan tunggu di sana," titah Rayden tegas.

Shazia menganggukkan kepala lalu buru-buru pergi dari ruangan tersebut.

"Aku ingin pernikahanku dengan Shazia dilakukan secepatnya," ujar Rayden datar, menatap tenang ke arah kakek dan pamannya.

"Baiklah, Rayden," jawab Alexander, memilih menuruti ucapan cucunya karena dia khawatir Rayden menyiksa Shazia jika dia tak menurutinya.

"Tidak bisa! Kau tidak menikah dengan Shazia. Paman sudah mengatur perjodohan untukmu, dengan seorang perempuan yang jauh lebih cantik dari Shazia," ucap Georgie, menolak merestui Rayden menikahi Shazia.

"Keputusanmu sama sekali tak kubutuhkan," jawab Rayden tegas, "silahkan kalian pulang. Hari ini aku ingin beristirahat dan aku tidak ingin diganggu oleh siapapun."

"Suatu saat kau akan menyesal, Rayden. Pegang kata-kata Paman," ujar Georgie kesal, bangkit dari sana kemudian buru-buru pergi.

"Kakek akan mengatur pernikahanmu dengan Shazia. Tetapi sebelum itu, tolong jangan lagi sentuh dia, Nak. Itu salah. Tunggulah sampai kalian halal," nasehat Alexander, setelah itu juga pergi dari sana.

Rayden bangkit dari sofa, segera berjalan ke ruangannya untuk menemui Shazia.

****

"Katakan, kau ingin hukuman seperti apa, Shazia Adena Malik?!" tanya Rayden, di mana saat ini dia sudah berada di ruangannya. Dia duduk di kursi kerja, sedangkan Shazia duduk di depannya. Mereka dibatasi oleh meja kerja.

"Ma-maaf, Kak," cicit Shazia, menundukkan kepala karena tak berani menatap wajah dingin kakaknya.

"Jelaskan kenapa kau di hotel!"

Shazia melirik takut-takut pada Rayden. "A-aku ke sana untuk …-"

"Untuk tidur dengan laki-laki bayaran?" potong Rayden dengan suara dingin yang terkesan marah, "apa aku mendidikmu seperti ini?! Menjadi perempuan liar dan nakal?"

"Tidak." Shazia menggelengkan kepala secara lesu, "aku melakukan itu kerana a-aku tidak mau dijodohkan dengan Pak Sandi."

Brak'

Suara meja dipukul dengan kuat, terdengar nyaring. Hal tersebut membuat Shazia terlonjak kaget dan menutup mata rapat untuk persekian detik.

"Kenapa kau tidak menghubungiku, Adena?!" marah Rayden, suaranya menggelegar–mengerikan dan membuat Shazia merinding ketakutan.

Shazia kembali menutup mata saat Rayden membentaknya. Jantungnya berdebar sangat kencang, terasa akan copot di dalam sana.

"Paman Georgie bilang Kakak sudah setuju," cicit Shazia, kembali menundukkan kepala karena takut bersitatap dengan Rayden.

"Hanya karena dia bilang aku setuju, kau langsung percaya, Hum?!" geram Rayden, "lalu demi membatalkan perjodohan itu, kau nekat melakukan hal bodoh. Bagaimana jika bukan aku yang datang ke sana?! Hal buruk akan terjadi padamu, Stupid! Sia-sia aku menjagamu."

Shazia menundukkan kepala secara dalam, tubuhnya bergetar hebat karena ketakutan. Dia juga tertohok oleh ucapan kakaknya.

"Maaf, Kak," cicit Shazia, suaranya bergetar hebat. Sejujurnya dia sudah ingin menangis akan tetapi dia menahan diri supaya tak menangis.

"Menangis!" gertak Rayden.

Air mata Shazia langsung jatuh, namun dia mencoba mengigit bibir supaya tidak mengeluarkan isakan. Tangannya mengepal di atas lutut, tidak berani mengusap air mata karena sangat ketakutan.

"Bukankah tadi pagi kau mengatakan kalau kau tidak takut padaku, Hum?" Suara Rayden berubah datar, dan itu lebih baik untuk Shazia.

"Kau juga ingin menendang lututku bukan? Silahkan," lanjut Rayden.

Mata Shazia melebar, sontak mendongak sambil menatap panik pada Rayden. Be-berarti tadi pagi saat dia mengambil barang-barangnya di kamar mandi, pria ini ada di sana?

Ah, ya Tuhan! Kesalahan Shazia sungguh banyak, Rayden pasti akan menghabisinya.

"Kemari dan tendang," titah Rayden dingin.

Shazia menggelengkan kepala secara takut, menatap kakaknya dengan wajah panik.

"Cepat kemari!" marah Rayden.

Shazia buru-buru mendekati kakanya, dia berdiri di sebelah Rayden. Pria itu memutar kursi sehingga kini dia berdiri tepat di depan Rayden.

"Kau ingin menendang lututku bukan?"

"Maaf, Kak Rayden," lirih Shazia, buru-buru berlutut sambil memeluk kaki kakaknya. "Aaa … maaf …," tangisnya pecah, masih berlutut di lantai sambil memeluk kaki Rayden. Wajahnya ia tenggelamkan di lutut kakaknya.

"Berdiri," titah Rayden dengan nada datar, menatap Shazia yang sedang menangis di lututnya.

Shazia segera berdiri, di mana Rayden menarik tangannya sehingga Shazia berakhir duduk di pangkuan pria itu.

"Syuttt, berhenti menangis, Ade," ucap Rayden setelah Shazia duduk di pangkuannya. Nadanya terkesan lembut. Satu tangan Rayden memeluk pinggang Shazia dan satu lagi mengusap air mata Shazia yang berada di pipi.

"Wajahmu sangat jelek jika menangis," datar Rayden.

Shazia tertohok akan tetapi dia tak berani protes, membiarkan Rayden mengusap air matanya.

"Selama lima hari ini, kau tidak kuizinkan untuk keluar dari rumah. Itu hukumanmu," ucap Rayden datar, kini menepuk-nepuk pelan pucuk kepala Shazia.

Shazia langsung mendongak pada Rayden, menatap protes pada kakaknya. "Kak, tapi aku … tolong lah, hukumannya sehari saja. Soalnya aku sudah janjian dengan temanku untuk mencari pekerjaan besok lusa," pinta Shazia dengan memasang muka memelas.

"Kau akan bekerja di perusahaan kita." Rayden berkata tenang, "setelah kita menikah."

"Hah?" Mata Shazia membelalak kaget, dia refleks turun dari pangkuan kakaknya–menatap shock pada Rayden. Tadi Rayden memeng membahas ini, tapi dia kira itu hanya pura-pura untuk menyelamatkan Shazia dari perjodohan.

"Me-menikah? A-aku dengan Kakak?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Sylvia Junyati
awal cerita yg bagus dan seru
goodnovel comment avatar
riyha_
curiga sebenarnya rayden suka sama shazia.dia hukum shazia dgn mencium bibir shazia. dan dia keluar negri supaya bisa menjaga dirinya sendiri dari rasa sukanya sama shazia biar gak kebablasan. hmmmm....
goodnovel comment avatar
Valenka Lamsiam
awal yang menarik. seru sekali kak caci. besok up 5 bab lagi ya kak.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dinikahi CEO Dingin Yang Membesarkanku   5. Kita Menikah

    Mata Georgie melebar, terkejut mendengar ucapan Rayden. "A-apa maksudmu, Rayden?! Sadarlah, Shazia itu adikmu." "Hanya adik angkat," jawab Rayden tenang, "tak ada yang salah jika aku menikahinya." "Tetap salah! Orang-orang tahu bahwa kalian sepasang kakak adik. Lagipula Paman sudah mengatur perjodohanmu, Rayden." Georgie berkata dengan nada tegas. "Sudahlah, Georgie! Rayden memang harus menikahi Shazia karena dia sudah meniduri adiknya. Mau bagaimana lagi?!" kesal Alexander pada putranya, "dan Pak Sandi, saya meminta maaf untuk kekacauan ini. Dan saya memintamu untuk tidak membocorkan masalah ini pada siapun. Jika masalah ini bocor, maka kau orang pertama yang saya cari. Pergilah," ujar Alexander kesal pada akhir kalimat. Sandi buru-buru pergi dari sana, dia ketakutan dan merasa tak nyaman setelah Rayden muncul di ruangan itu. "Shazia sayang, jadi kamu dan Kakak punya hubungan rahasia?" tanya Alexander lembut, menatap hangat pada cucu kesayangannya. Shazia meringis men

  • Dinikahi CEO Dingin Yang Membesarkanku   4. Pria Yang Berhak untuk Shazia

    Shazia langsung mendongak, matanya melebar, dan jantung yang semakin berdebar kencang. Shazia buru-buru meraih foto di lantai, melihat siapa teman tidurnya saat itu. Deg' Jantung Shazia terasa berhenti beberapa detik saat melihat siapa pria yang tidur dengannya. Ekspresinya penuh ketakutan, wajah pucat, dan tangannya yang memegang foto bergetar hebat. Pria yang tidur dengannya adalah Rayden Haitham Malik! Kakaknya sendiri. Meskipun Rayden hanya kakak angkat dan walau itu hanya sekadar pura-pura tidur, tapi tetap saja …- "Wanita murahan!" maki Georgie dengan suara kencang, "katakan siapa pria yang tidur denganmu?! Cepat katakan!" bentak Georgie. Shazia hanya diam, mulutnya terkunci rapat. Tubuhnya mematung, duduk tegang di lantai sambil memegang foto tersebut. Shazia hanya ingin lepas dari perjodohan gila ini. Namun, kenapa rencananya berakhir kacau?! "Shazia tidur dengan Rayden. Lihatlah, wajah Rayden sangat jelas di foto ini," ucap Alexander dengan nada penat. Energinya

  • Dinikahi CEO Dingin Yang Membesarkanku   3. Perjodohan

    Shazia memegang bibirnya sebab tak nyaman, berkedut dan terasa sedikit lebih besar. Shazia baru bangun. Tidurnya sangat nyenyak tapi entah kenapa bibirnya terasa kebas. "Bibirku kenapa yah?" gumam Shazia mendekat ke arah cermin untuk memeriksa bibirnya. Dia bertanya-tanya sendiri, namun karena pada akhirnya tetap tak menemukan jawabannya, Shazia memilih mengabaikan. Dia segera membersihkan diri. Setelah itu, Shazia buru-buru turun ke lantai satu untuk sarapan. Setelah selesai sarapan Shazia balik lagi ke lantai tiga, buru-buru ke kamar kakaknya. Dia sering menggunakan kamar mandi Rayden karena memiliki bath up yang luas. Namun, karena dia khawatir Rayden tiba-tiba pulang tanpa memberi kabar pada siapapun, Shazia harus segera memindahkan perlengkapan mandinya yang sengaja ia tinggalkan di kamar mandi dalam kamar Rayden. Ceklek' Shazia membuka pintu kamar Rayden lalu masuk begitu saja ke dalam. Seseorang yang duduk di balkon, menoleh ke arah kamar–lebih tepatnya ke arah pere

  • Dinikahi CEO Dingin Yang Membesarkanku   2. Menghukum Gadis Nakal

    Shazia telah tiba di rumah, akan tetapi dia tak menemukan tanda-tanda kepulangan sang kakak. Ruang depan kosong, makan malam hanya disiapkan untuk satu orang, dan lampu taman pada halaman samping juga tak menyala. Sebelum kakaknya ke luar negeri untuk mengurus bisnis mendiang orang tuanya, setiap malam lampu taman akan dibuatkan menyala. Namun, karena Shazia terganggu dengan cahaya lampu taman yang, jadi hanya satu lampu yang ia nyalakan setelah kakaknya pergi. Kamarnya berada di atas taman halaman samping. "Ck, kalian semua pembohong," ujar Shazia saat akan masuk ke dalam lift, "kalian sengaja mengatakan Kakak pulang supaya aku cepat-cepat kembali kan? Ah, kalian mah nggak asik. Padahal aku belum ketemuan dengan teman-temanku untuk merayakan hari wisudaku," gerutu Shazia pada seorang maid di depan lift. "Tidak, Nona. Kami tidak berbohong--"Shazia langsung memotong. "Udahlah. Kalian semua memang terlalu patuh pada Kak Rayden. Dia nggak di sini. Semisal dia menelpon Ibu, ya … tingg

  • Dinikahi CEO Dingin Yang Membesarkanku   1. Tidur Bersama Pria yang Salah

    Seorang perempuan duduk dengan begitu tegang di pinggir ranjang, dalam sebuah kamar hotel. Dia sedang menunggu model pria yang telah ia sewa untuk tidur dengannya. Ceklek' Mendengar suara pintu yang dibuka, Shazia Adena Malik–perempuan berusia 22 tahun itu menoleh ke arah sumber suara untuk melihat siapa yang datang. Namun, dia sama sekali tak bisa melihat apa-apa sebab matanya tertutup rapat. Dia sengaja merekatkan bulu mata bawah dengan bulu mata atas, menggunakan lem bulu mata palsu. Dia melakukan itu karena dia tak ingin mengenali wajah model yang dia sewa, tujuannya agar dia dan pria yang ia sewa tak canggung apabila bertemu di kemudian hari. "Kamu temannya kakaknya Kania yah?" tanya Shazia, ketika dia merasa jika pria itu telah berdiri depannya. Pria yang ia sewa adalah seorang model yang merupakan teman dari kakak sahabatnya. Sebenarnya Shazia tak ingin benar-benar tidur dengan model pria ini. Dia hanya ingin mengambil foto dirinya dan pria ini yang tidur di ranjang, seolah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status