LOGINShazia langsung mendongak, matanya melebar, dan jantung yang semakin berdebar kencang. Shazia buru-buru meraih foto di lantai, melihat siapa teman tidurnya saat itu.
Deg' Jantung Shazia terasa berhenti beberapa detik saat melihat siapa pria yang tidur dengannya. Ekspresinya penuh ketakutan, wajah pucat, dan tangannya yang memegang foto bergetar hebat. Pria yang tidur dengannya adalah Rayden Haitham Malik! Kakaknya sendiri. Meskipun Rayden hanya kakak angkat dan walau itu hanya sekadar pura-pura tidur, tapi tetap saja …- "Wanita murahan!" maki Georgie dengan suara kencang, "katakan siapa pria yang tidur denganmu?! Cepat katakan!" bentak Georgie. Shazia hanya diam, mulutnya terkunci rapat. Tubuhnya mematung, duduk tegang di lantai sambil memegang foto tersebut. Shazia hanya ingin lepas dari perjodohan gila ini. Namun, kenapa rencananya berakhir kacau?! "Shazia tidur dengan Rayden. Lihatlah, wajah Rayden sangat jelas di foto ini," ucap Alexander dengan nada penat. Energinya terasa tersedot dari tubuhnya karena melihat foto ini. "Tidak, Ayah. Rayden masih di luar negeri! Jelas bukan dia pria dalam foto. Aku yakin perempuan hina ini pasti menaruh perasaan pada Rayden, jadi dia mengedit foto itu supaya dia seolah-olah tidur dengan Rayden." marah Georgie. Shazia menggelengkan kepala secara kuat, menatap kakeknya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. "Cepat katakan! Kau mengedit foto ini kan? Kau terobsesi pada Rayden, Kakak-mu sendiri. Benar?!" marah Georgie pada Shazia. Dia menarik Shazia untuk berdiri kemudian mengangkat tangan kanan, mengambil ancang-ancang untuk melayangkan tamparan kuat pada Shazia. Namun, sebelum telapak tangan Georgie menyentuh kulit pipi Shazia, tiba-tiba saja seseorang menarik Shazia lalu menahan tangan Georgie yang berniat memukul pipi Shazia. Di sisi lain, saat pipinya akan ditampar oleh pamannya, Shazia refleks memalingkan wajah. Matanya ia tutup rapat dan kuat karena takut pada tamparan itu. Namun, sebelum Shazia merasakan tamparan mengerikan itu, seseorang menariknya lalu mendekap tubuhnya. Dekapan ini membuat Shazia merasa aman. Hingga tiba-tiba saja aroma parfum yang sangat familiar menusuk indera penciumannya. Shazia dengan cepat mendongak, menatap siapa sosok yang menarik dan memeluknya saat ini. "Jangan pernah menyentuh milikku, Georgie Malik!" dingin sosok pria yang memeluk Shazia sambil menghempas kasar tangan Georgie yang berniat menampar Shazia. "Dan yah, aku memang tidur dengan Shazia." Shazia menatap pria tersebut dengan mata bulat sempurna, jantungnya berdebar sangat kencang, punggungnya kembali terasa panas, dan lututnya tiba-tiba lembek seperti jelly. Rayden Haitham Malik, pria yang saat ini mendekap dan memeluknya secara erat. Wajah dingin, tatapan tajam, dan garis bibir yang selalu horizontal. Dia masih sama dengan Rayden yang dulu. Hanya saja, auranya terasa semakin mengerikan, wajahnya yang tampan lebih matang dan dewasa. Badannya lebih besar, lalu pundak yang lebih lebar. Dalam pelukan Rayden, Shazia merasa seakan tenggelam dan tertelan. Pertanyaannya, kapan pria ini pulang dan bagaimana dia bisa ada di sini?! "Rayden?" Suara Georgie memelan, terkejut karena tiba-tiba saja pria ini ada di sini. "Rayden," ucap Alexander, sama terkejutnya dengan Georgie. Kapan cucunya pulang dan kenapa Rayden tak mengabarinya? Rayden melepas pelukannya kemudian menarik Shazia untuk duduk bersebelahan dengannya. Shazia terus menundukkan kepala, antara malu dan takut pada sosok yang duduk di sebelahnya. Sedikit demi sedikit, dia bergeser tempat duduk supaya menciptakan jarak dengan Rayden. Demi apapun, saat ini jantung Shazia terus berdebar sangat kencang! Dia memang selamat dari Georgie, akan tetapi … bisa dipastikan dia tak selamat dari pria di sebelahnya. "Foto ini-" Rayden meraih salah satu foto dirinya dengan Shazia, dia menatap sejenak lalu menatap datar ke arah Georgie, kakeknya, dan pria yang akan dijodohkan dengan adiknya. "Ini memang aku dan Shazia." "Apa-apan kau, Rayden?!" marah Georgie. "Kau yang apa-apaan, Georgie!" geram Rayden marah, "tanpa memberitahuku, tanpa persetujuanku, kau mengatur perjodohan untuk Shazia. Memangnya kau siapa?" "Pa-Paman hanya berniat meringankan bebanmu. Shazia sudah dewasa dan besar, tanggung jawabmu padanya seharusnya sudah berakhir, Nak," ujar Georgie, memelankan suara dan mendadak lunak. Rayden adalah pewaris sah keluarga Malik. Pribadinya yang tegas, berwibawa, dingin, dan misterius, membuat Georgie selalu berhati-hati setiap berhadapan dengan Rayden. "Jadi sebaiknya kita menikahkannya supaya kau benar-benar bebas dari tanggung jawabmu padanya," lanjut Georgie. "Aku sudah tidur dengan Shazia dan aku yang akan menikahinya," jawab Rayden enteng. Alexander mengamati cucunya secara saksama, tiba-tiba dia menghela napas lalu geleng-geleng kepala sambil memijat pelipis. "Kalau sudah seperti ini, kau memang harus menikahi Shazia, Rayden. Kakek tak mau terjadi sesuatu pada cucu kesayangan Kakek." "Tidak bisa, Ayah!" Georgie menentang, "Rayden dan Shazia sepasang kakak adik. Apa kata orang-orang jika mereka menikah? Akan terjadi kericuhan, para investor akan menarik saham dari perusahaan kita karena ini akan mempengaruhi citra perusahaan, Ayah!" "Kalau begitu sembunyikan pernikahannya," putus Alexander cepat. "Tidak bisa, Ayah! Pak Sandi sudah datang untuk melamar Shazia," ucap Georgie lagi, keukeuh untuk menikahkan Shazia dengan Sandi. Rayden langsung menoleh ke arah Sandi. Tatapannya begitu tajam dan membunuh, memperlihatkan ketidak sukaannya pada pria 45 tahun tersebut. Lalu, Rayden menoleh dingin pada pamannya. "Akulah yang membesarkan, mendidik, dan merawat Adena. Jadi akulah yang paling berhak atas hidup Adena," tegas Rayden, di mana aura mengerikan menguar dari tubuhnya–membuat suasana menjadi tegang, "termasuk menikahinya. Aku pria paling berhak!" lanjutnya.Mata Georgie melebar, terkejut mendengar ucapan Rayden. "A-apa maksudmu, Rayden?! Sadarlah, Shazia itu adikmu." "Hanya adik angkat," jawab Rayden tenang, "tak ada yang salah jika aku menikahinya." "Tetap salah! Orang-orang tahu bahwa kalian sepasang kakak adik. Lagipula Paman sudah mengatur perjodohanmu, Rayden." Georgie berkata dengan nada tegas. "Sudahlah, Georgie! Rayden memang harus menikahi Shazia karena dia sudah meniduri adiknya. Mau bagaimana lagi?!" kesal Alexander pada putranya, "dan Pak Sandi, saya meminta maaf untuk kekacauan ini. Dan saya memintamu untuk tidak membocorkan masalah ini pada siapun. Jika masalah ini bocor, maka kau orang pertama yang saya cari. Pergilah," ujar Alexander kesal pada akhir kalimat. Sandi buru-buru pergi dari sana, dia ketakutan dan merasa tak nyaman setelah Rayden muncul di ruangan itu. "Shazia sayang, jadi kamu dan Kakak punya hubungan rahasia?" tanya Alexander lembut, menatap hangat pada cucu kesayangannya. Shazia meringis men
Shazia langsung mendongak, matanya melebar, dan jantung yang semakin berdebar kencang. Shazia buru-buru meraih foto di lantai, melihat siapa teman tidurnya saat itu. Deg' Jantung Shazia terasa berhenti beberapa detik saat melihat siapa pria yang tidur dengannya. Ekspresinya penuh ketakutan, wajah pucat, dan tangannya yang memegang foto bergetar hebat. Pria yang tidur dengannya adalah Rayden Haitham Malik! Kakaknya sendiri. Meskipun Rayden hanya kakak angkat dan walau itu hanya sekadar pura-pura tidur, tapi tetap saja …- "Wanita murahan!" maki Georgie dengan suara kencang, "katakan siapa pria yang tidur denganmu?! Cepat katakan!" bentak Georgie. Shazia hanya diam, mulutnya terkunci rapat. Tubuhnya mematung, duduk tegang di lantai sambil memegang foto tersebut. Shazia hanya ingin lepas dari perjodohan gila ini. Namun, kenapa rencananya berakhir kacau?! "Shazia tidur dengan Rayden. Lihatlah, wajah Rayden sangat jelas di foto ini," ucap Alexander dengan nada penat. Energinya
Shazia memegang bibirnya sebab tak nyaman, berkedut dan terasa sedikit lebih besar. Shazia baru bangun. Tidurnya sangat nyenyak tapi entah kenapa bibirnya terasa kebas. "Bibirku kenapa yah?" gumam Shazia mendekat ke arah cermin untuk memeriksa bibirnya. Dia bertanya-tanya sendiri, namun karena pada akhirnya tetap tak menemukan jawabannya, Shazia memilih mengabaikan. Dia segera membersihkan diri. Setelah itu, Shazia buru-buru turun ke lantai satu untuk sarapan. Setelah selesai sarapan Shazia balik lagi ke lantai tiga, buru-buru ke kamar kakaknya. Dia sering menggunakan kamar mandi Rayden karena memiliki bath up yang luas. Namun, karena dia khawatir Rayden tiba-tiba pulang tanpa memberi kabar pada siapapun, Shazia harus segera memindahkan perlengkapan mandinya yang sengaja ia tinggalkan di kamar mandi dalam kamar Rayden. Ceklek' Shazia membuka pintu kamar Rayden lalu masuk begitu saja ke dalam. Seseorang yang duduk di balkon, menoleh ke arah kamar–lebih tepatnya ke arah pere
Shazia telah tiba di rumah, akan tetapi dia tak menemukan tanda-tanda kepulangan sang kakak. Ruang depan kosong, makan malam hanya disiapkan untuk satu orang, dan lampu taman pada halaman samping juga tak menyala. Sebelum kakaknya ke luar negeri untuk mengurus bisnis mendiang orang tuanya, setiap malam lampu taman akan dibuatkan menyala. Namun, karena Shazia terganggu dengan cahaya lampu taman yang, jadi hanya satu lampu yang ia nyalakan setelah kakaknya pergi. Kamarnya berada di atas taman halaman samping. "Ck, kalian semua pembohong," ujar Shazia saat akan masuk ke dalam lift, "kalian sengaja mengatakan Kakak pulang supaya aku cepat-cepat kembali kan? Ah, kalian mah nggak asik. Padahal aku belum ketemuan dengan teman-temanku untuk merayakan hari wisudaku," gerutu Shazia pada seorang maid di depan lift. "Tidak, Nona. Kami tidak berbohong--"Shazia langsung memotong. "Udahlah. Kalian semua memang terlalu patuh pada Kak Rayden. Dia nggak di sini. Semisal dia menelpon Ibu, ya … tingg
Seorang perempuan duduk dengan begitu tegang di pinggir ranjang, dalam sebuah kamar hotel. Dia sedang menunggu model pria yang telah ia sewa untuk tidur dengannya. Ceklek' Mendengar suara pintu yang dibuka, Shazia Adena Malik–perempuan berusia 22 tahun itu menoleh ke arah sumber suara untuk melihat siapa yang datang. Namun, dia sama sekali tak bisa melihat apa-apa sebab matanya tertutup rapat. Dia sengaja merekatkan bulu mata bawah dengan bulu mata atas, menggunakan lem bulu mata palsu. Dia melakukan itu karena dia tak ingin mengenali wajah model yang dia sewa, tujuannya agar dia dan pria yang ia sewa tak canggung apabila bertemu di kemudian hari. "Kamu temannya kakaknya Kania yah?" tanya Shazia, ketika dia merasa jika pria itu telah berdiri depannya. Pria yang ia sewa adalah seorang model yang merupakan teman dari kakak sahabatnya. Sebenarnya Shazia tak ingin benar-benar tidur dengan model pria ini. Dia hanya ingin mengambil foto dirinya dan pria ini yang tidur di ranjang, seolah







