Home / Romansa / Dinikahi CEO Dingin Yang Membesarkanku / 4. Pria Yang Berhak untuk Shazia

Share

4. Pria Yang Berhak untuk Shazia

Author: CacaCici
last update Last Updated: 2025-10-27 01:19:53

Shazia langsung mendongak, matanya melebar, dan jantung yang semakin berdebar kencang. Shazia buru-buru meraih foto di lantai, melihat siapa teman tidurnya saat itu.

Deg'

Jantung Shazia terasa berhenti beberapa detik saat melihat siapa pria yang tidur dengannya. Ekspresinya penuh ketakutan, wajah pucat, dan tangannya yang memegang foto bergetar hebat.

Pria yang tidur dengannya adalah Rayden Haitham Malik! Kakaknya sendiri.

Meskipun Rayden hanya kakak angkat dan walau itu hanya sekadar pura-pura tidur, tapi tetap saja …-

"Wanita murahan!" maki Georgie dengan suara kencang, "katakan siapa pria yang tidur denganmu?! Cepat katakan!" bentak Georgie.

Shazia hanya diam, mulutnya terkunci rapat. Tubuhnya mematung, duduk tegang di lantai sambil memegang foto tersebut.

Shazia hanya ingin lepas dari perjodohan gila ini. Namun, kenapa rencananya berakhir kacau?!

"Shazia tidur dengan Rayden. Lihatlah, wajah Rayden sangat jelas di foto ini," ucap Alexander dengan nada penat. Energinya terasa tersedot dari tubuhnya karena melihat foto ini.

"Tidak, Ayah. Rayden masih di luar negeri! Jelas bukan dia pria dalam foto. Aku yakin perempuan hina ini pasti menaruh perasaan pada Rayden, jadi dia mengedit foto itu supaya dia seolah-olah tidur dengan Rayden." marah Georgie.

Shazia menggelengkan kepala secara kuat, menatap kakeknya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Cepat katakan! Kau mengedit foto ini kan? Kau terobsesi pada Rayden, Kakak-mu sendiri. Benar?!" marah Georgie pada Shazia. Dia menarik Shazia untuk berdiri kemudian mengangkat tangan kanan, mengambil ancang-ancang untuk melayangkan tamparan kuat pada Shazia.

Namun, sebelum telapak tangan Georgie menyentuh kulit pipi Shazia, tiba-tiba saja seseorang menarik Shazia lalu menahan tangan Georgie yang berniat memukul pipi Shazia.

Di sisi lain, saat pipinya akan ditampar oleh pamannya, Shazia refleks memalingkan wajah. Matanya ia tutup rapat dan kuat karena takut pada tamparan itu.

Namun, sebelum Shazia merasakan tamparan mengerikan itu, seseorang menariknya lalu mendekap tubuhnya. Dekapan ini membuat Shazia merasa aman.

Hingga tiba-tiba saja aroma parfum yang sangat familiar menusuk indera penciumannya. Shazia dengan cepat mendongak, menatap siapa sosok yang menarik dan memeluknya saat ini.

"Jangan pernah menyentuh milikku, Georgie Malik!" dingin sosok pria yang memeluk Shazia sambil menghempas kasar tangan Georgie yang berniat menampar Shazia. "Dan yah, aku memang tidur dengan Shazia."

Shazia menatap pria tersebut dengan mata bulat sempurna, jantungnya berdebar sangat kencang, punggungnya kembali terasa panas, dan lututnya tiba-tiba lembek seperti jelly.

Rayden Haitham Malik, pria yang saat ini mendekap dan memeluknya secara erat.

Wajah dingin, tatapan tajam, dan garis bibir yang selalu horizontal. Dia masih sama dengan Rayden yang dulu. Hanya saja, auranya terasa semakin mengerikan, wajahnya yang tampan lebih matang dan dewasa. Badannya lebih besar, lalu pundak yang lebih lebar. Dalam pelukan Rayden, Shazia merasa seakan tenggelam dan tertelan.

Pertanyaannya, kapan pria ini pulang dan bagaimana dia bisa ada di sini?!

"Rayden?" Suara Georgie memelan, terkejut karena tiba-tiba saja pria ini ada di sini.

"Rayden," ucap Alexander, sama terkejutnya dengan Georgie. Kapan cucunya pulang dan kenapa Rayden tak mengabarinya?

Rayden melepas pelukannya kemudian menarik Shazia untuk duduk bersebelahan dengannya.

Shazia terus menundukkan kepala, antara malu dan takut pada sosok yang duduk di sebelahnya. Sedikit demi sedikit, dia bergeser tempat duduk supaya menciptakan jarak dengan Rayden.

Demi apapun, saat ini jantung Shazia terus berdebar sangat kencang! Dia memang selamat dari Georgie, akan tetapi … bisa dipastikan dia tak selamat dari pria di sebelahnya.

"Foto ini-" Rayden meraih salah satu foto dirinya dengan Shazia, dia menatap sejenak lalu menatap datar ke arah Georgie, kakeknya, dan pria yang akan dijodohkan dengan adiknya. "Ini memang aku dan Shazia."

"Apa-apan kau, Rayden?!" marah Georgie.

"Kau yang apa-apaan, Georgie!" geram Rayden marah, "tanpa memberitahuku, tanpa persetujuanku, kau mengatur perjodohan untuk Shazia. Memangnya kau siapa?"

"Pa-Paman hanya berniat meringankan bebanmu. Shazia sudah dewasa dan besar, tanggung jawabmu padanya seharusnya sudah berakhir, Nak," ujar Georgie, memelankan suara dan mendadak lunak.

Rayden adalah pewaris sah keluarga Malik. Pribadinya yang tegas, berwibawa, dingin, dan misterius, membuat Georgie selalu berhati-hati setiap berhadapan dengan Rayden.

"Jadi sebaiknya kita menikahkannya supaya kau benar-benar bebas dari tanggung jawabmu padanya," lanjut Georgie.

"Aku sudah tidur dengan Shazia dan aku yang akan menikahinya," jawab Rayden enteng.

Alexander mengamati cucunya secara saksama, tiba-tiba dia menghela napas lalu geleng-geleng kepala sambil memijat pelipis. "Kalau sudah seperti ini, kau memang harus menikahi Shazia, Rayden. Kakek tak mau terjadi sesuatu pada cucu kesayangan Kakek."

"Tidak bisa, Ayah!" Georgie menentang, "Rayden dan Shazia sepasang kakak adik. Apa kata orang-orang jika mereka menikah? Akan terjadi kericuhan, para investor akan menarik saham dari perusahaan kita karena ini akan mempengaruhi citra perusahaan, Ayah!"

"Kalau begitu sembunyikan pernikahannya," putus Alexander cepat.

"Tidak bisa, Ayah! Pak Sandi sudah datang untuk melamar Shazia," ucap Georgie lagi, keukeuh untuk menikahkan Shazia dengan Sandi.

Rayden langsung menoleh ke arah Sandi. Tatapannya begitu tajam dan membunuh, memperlihatkan ketidak sukaannya pada pria 45 tahun tersebut. Lalu, Rayden menoleh dingin pada pamannya.

"Akulah yang membesarkan, mendidik, dan merawat Adena. Jadi akulah yang paling berhak atas hidup Adena," tegas Rayden, di mana aura mengerikan menguar dari tubuhnya–membuat suasana menjadi tegang, "termasuk menikahinya. Aku pria paling berhak!" lanjutnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
CacaCici
Wkwkwk ... Shazia memang harus dilindungi. Soalnya nakal abiz, Kak. (⁠≧⁠▽⁠≦⁠)(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)
goodnovel comment avatar
Valenka Lamsiam
ihhhh keren sekali pangeran tak berkuda yang jadi pelindung shazya. terus kamu bisa apa paman?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dinikahi CEO Dingin Yang Membesarkanku   92. Perpisahan?

    Sama seperti ayahmu yang sangat ingin melenyapkanku," tambah Rayden, langsung mengayunkan tongkat baseball ke arah kepala Luna. Bug' Rayden senyum cerah saat memukul kepala Luna, sama sekali tak merasa bersalah–malah senang ketika melakukannya. Semua atas rasa dendam yang dipendam olehnya selama bertahun-tahun, dan dia tidak peduli pada yang namanya kemanusiaan. Setelah membunuh Luna, Rayden lanjut membunuh Carmila. Selesai dari sana, dia mendekat ke arah kakeknya. Rayden melepas lakban yang menutup mulut Alexander, menunjukan smirk evil pada pria tua itu sambil duduk tenang di depan Alexander–di sebuah kursi yang bodynya terbuat dari kayu. Rayden kemudian mengeluarkan rokok, di mana dia merokok santai di hadapan Alexander. "Ra-Rayden, a-apa maksudmu melakukan semua i-ini? Ke-kenapa kau membiarkan ke-kegelapan di hatimu menguasaimu, Nak?" ucap Alexander dengan suara serak, menangis melihat cucunya yang sudah seperti iblis. "Kenapa?" Rayden membeo, "coba tanya pada

  • Dinikahi CEO Dingin Yang Membesarkanku   91. Dendam yang Terkumpul

    "Rayden, apa yang kau lakukan, Nak?!" ujar Alexander dengan nada tinggi. Namun, Rayden sama sekali tak peduli. Dia melempar tongkatnya, mengeluarkan pistol dari balik jas kemudian …- Dor' Suara tembakan menggema. Semua orang yang ada di ruangan itu menjerit ketakutan. Carmila dan Luna begitu histeris, menangis dan menjerit melihat Rayden menembak Georgie–di pundak. "Argkkk …." Georgie menjerit sakit, setelah itu tak sadarkan diri–kaget oleh suara tembakan. "Bawa dia ke rumah sakit," titah Rayden pada anak buahnya. "Dia tidak boleh mati!" gumam Rayden pelan, di mana anak buatnya segera membawa Gerogie ke rumah sakit. "Rayden, kau sudah gila?!" bentak Alexander, menatap Rayden dengan mata berkaca-kaca. "Jika kau seperti ini, terpaksa Kakek melawanmu!" ujarnya lagi sambil memberi isyarat supaya anak buahnya mengepung Rayden. Sedangkan Arland dan Jaren, mereka langsung mengerahkan seluruh anak buah yang mereka bawa untuk menahan para anak buah Alexander. Lalu Jaren sendi

  • Dinikahi CEO Dingin Yang Membesarkanku   90. Sebuah Dendam

    Rayden tak mengatakan apa-apa, berjalan dengan menggunakan tongkat di sebelah kiri karena kaki kirinya sedang terluka. Di belakangnya ada Jarren dan seorang pria baru. Dia adalah kepercayaan Rayden di luar negeri, ikut kembali ke negara ini untuk memastikan Rayden dan Jaren baik-baik saja. Hansel sendiri, pria itu pulang ke rumahnya bersama dengan putranya. Mereka tidak ikut ke sini karena kondisi Hansel sama parahnya dengan Rayden. Terakhir kali Rayden bertelponan dengan istrinya–di mana itu adalah pertama kalinya Shazia menghubunginya, sekitar dua minggu lalu. Saat itu Rayden sangat sibuk, karena hari itu bisa dikatakan adalah puncak masalah sekaligus penyelesaian yang ia lakukan. Emosinya dipermainkan, lelah membuatnya gampang marah, tetapi dia tidak bisa berhenti katsja hari itu juga dia harus menyelesaikan seluruh masalahnya. Rayden mengerahkan seluruh kemampuannya, memutar otak untuk menyelesaikan masalah kantor yang sangat parah, dan di waktu yang bersamaan juga harus mena

  • Dinikahi CEO Dingin Yang Membesarkanku   89. Selamat Tinggal

    Hari ini Shazia kembali ke kantor, bukan untuk bekerja akan tetapi melakukan suatu hal. Untungnya tanpa ada yang curiga, Shazia berhasil melakukan hal tersebut–mengambil semua desain miliknya yang akan diluncurkan bulan ini lalu menghapus data yang tertinggal di komputer, tanpa meninggalkan jejak sedikitpun. Setelah itu, Shazia mulai merapikan meja kerja. Namun, dia hanya mengambil barang paling penting agar tak ada yang curiga dengan rencananya. Setelah mengemasi barangnya, saat makan siang, Shazia segera pergi dari kantor. Agar tidak curiga, dia pamit untuk menemui Kania. Bian? Beberapa minggu yang lalu, dia dan ayahnya pergi ke luar negeri untuk menyusul Rayden. Sama seperti Rayden, Bian juga tak ada kabar. Ketika dia di lobi, dia bertemu dengan Evelyn, Luna, dan Georgie. Evelyn terlihat bangga, langsung memasang wajah angkuh pada Shazia, akan tetapi Gerogie pergi begitu saja–enggan menatap Shazia. Aneh! "Wow, mentalmu kuat juga," ucap Luna, bersedekap angkuh sambil m

  • Dinikahi CEO Dingin Yang Membesarkanku   88. Georgie VS Shazia?

    "Yah, Shazia," sahut Evelyn dari tempatnya, sengaja memegang perutnya di hadapan Shazia, "aku sedang hamil anak Tuan Rayden dan Tuan berjanji akan menikahiku setelah urusan Tuan di luar negeri selesai," ucap Evelyn dengan nada manis, akan tetapi menatap angkuh pada Shazia. Kali ini, dia pastikan dialah pemenangnya. Shazia benar-benar akan tersingkirkan olehnya. "Apa buktinya?" tanya Shazia dengan nada lemas, mencoba tetap tegar walaupun hatinya bergetar sakit. Ini seperti mimpi buruk! Dunianya terasa runtuh, gelap, dan hancur. Gilanya, ini terjadi di hari ulang tahunnya. "Ini." Evelyn mengeluarkan bukti laporan medis dan sebuah foto saat dia bersama Rayden. Shazia mengambil catatan medis dan juga foto yang diberikan oleh Evelyn. Hatinya begitu pedih saat melihat foto Rayden dan Evelyn tidur bersama, di mana dalam foto tersebut wajah Rayden begitu tenang dan sedikit pucat–terlihat tidur pulas. Lalu ada Evelyn di sebelahnya yang sedang senyum lebar dan manis. Foto tersebut

  • Dinikahi CEO Dingin Yang Membesarkanku   87. Ulang Tahun yang Berdarah

    Hari ini Shazia pergi ke rumah sakit untuk cek kesehatan. Dia merasa beberapa hari ini, tubuhnya jauh lebih lemah, kurang semangat, seting pusing, dan bahkan tadi pagi dia mual. Awalnya Shazia ingin mengabaikan karena mungkin itu efek dari rindu dan beban pikirannya, di mana beberapa hari ini Rayden tidak lagi menghubunginya. Namun, tadi pagi dia muntah-muntah, pada akhirnya Shazia memutuskan untuk tes kesehatan. "Ih, seharusnya kamu bahagia, Zia Sayang," ucap Kania sambil merangkul Shazia. Hasil laporan medis Shazia sudah keluar dan Shazia maupun Kania sudah melihat hasilnya. Sebenarnya dokter yang memeriksanya sudah memberitahu kondisi Shazia, hanya saja bukti laporan medis ini memperjelas kondisinya. "Senyum dong, Shazia," gumam Kania, menatap Shazia dengan campur aduk. "Aku senang kok." Shazia berkata dengan nada pelan, menoleh pada Kania sambil menatap sayu pada sahabatnya tersebut, "tapi aku takut. Mas Rayden pernah bilang kalau dia tidak mau punya anak." "Ti-tidak mungk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status