Share

Ditolak Lagi

Penulis: Nona Ekha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-18 02:41:35

"Kamu tidak ingin bertanya kita akan pergi ke mana?"

Embun berdeham sejenak, sebenarnya dari tadi juga dia sangat ingin menanyakan hal itu, tapi dia sama sekali tidak memiliki keberanian. Jangankan untuk bertanya, menatap wajah pria itu saja mana mungkin Embun berani. Karena menurutnya pria itu begitu seram.

"Memangnya kita mau pergi ke mana, Pak?" tanya wanita itu pada akhirnya.

"Perlukah aku menjawab? Kamu tidak usah terlalu kepo dengan urusanku," sahut pria itu sinis.

Embun memutar bola matanya malas.

'Tau gitu kenapa tadi nawarin pertanyaan. Sakit sekali dengarnya, yang tadi dia bilang aku jelek aja sakitnya masih membekas, lah dia malah bikin lagi yang baru,' batin wanita itu.

"Tapi, Pak. Saat ini posisinya Anda sedang membawa saya, jadi saya berhak tahu hal itu," kata wanita itu tak terima.

"Yang nyupir itu aku, kamu cuma duduk anteng gitu kok banyak protes," ucap Gio sinis.

Diam-diam Embun mengepalkan tangannya, jelas saja dia geregetan dengan tingkah Gio yang menurut wanita itu begitu semena-mena.

'Lama-lama nanti aku cipok nih, itu mulut lemes amat,' gerutu wanita itu dalam hati.

"Kenapa tanganmu mengepal seperti itu?"

Embun tersentak, jelas saja kaget karena ternyata Gio diam-diam memerhatikannya. Tangan wanita itu yang tadinya mengepal pun kini berganti menjadi menggosok kedua pahanya secara perlahan.

"Nggak apa-apa kok, Pak," jawab wanita itu sekenanya.

Gio manggut-manggut. "Oh, aku kira kamu mau boker, makanya tangannya mengepal seperti itu. Ingat ya, dilarang kentut sembarangan, apalagi di dalam mobilku ini. Awas saja kau, kalau sampai kamu melakukannya, aku nggak akan segan-segan tendang kamu dari mobilku!" ancam pria itu.

'Lah, yang mau boker juga siapa. Nih orang kalau ngomong memang nggak pake perasaan kayaknya. Asal nyablak aja. Pantas aja di kantor dia terkenal sebagai bos galak, cara ngomongnya aja kayak gitu. Nggak kira-kira.'

"Oke, sebelum kita sampai di tempat tujuan. Aku harap ketika kamu bicara padaku, jangan terlalu formal. Bicaralah layaknya kamu berbicara dengan teman kamu pakai bahasa sehar-hari. Paham, kan?'

"Kita sebenarnya mau ke mana sih, Pak?" tanya Embun lagi.

"Nanti juga kamu bakal tahu sendiri. Ingat, kan, tadi apa yang aku katakan?"

"Iya, Pak. Paham kok. Pakai bahasa sehari-hari, kan? Oke, Anda tenang saja, saya akan melakukan tugas dengan sebaik mungkin. Tapi ... saya dibayar, kan, Pak? Udah beberapa hari ini saya nganggur. Butuh pemasukan juga, Pak, hehehehe," ujar wanita itu sambil nyengir lebar.

Gio mendengkus keras. "Suruh siapa kamu nggak kerja? Itu udah jadi resiko kamu ya, kenapa harus minta aku yang buat tanggung jawab. Emangnya aku siapa kamu, hah? Berani-beraninya minta sama aku," kata pria itu kesal.

"Kan Anda sendiri yang bilang kalau kita akan menikah, otomatis saat ini Anda calon suami saya, kan? Jadi ya wajar dong kalau aku minta uang sama calon suami, hehehehe."

"KAU! Beraninya-- arrgghh! Awas aja nanti." Suara pria itu makin mengecil, membuat Embun memberanikan diri untuk membuka mata.

Embun mengerjapkan matanya berkali-kali ketika melihat Gio tidak jadi memarahinya.

"Dengan kamu menjawab seperti itu, itu artinya kamu sangat menyetujui akan menikah denganku."

"Lah, siapa bilang, Pak. Saya tadi hanya bercanda. Anda kenapa serius sekali." Embun tampak kelabakan.

"Terlambat," ujar pria itu seraya tersenyum menyeringai. Tak lama setelah itu Gio memberhentikan mobilnya di depan rumah yang begitu megah. "Sekarang turun," titah pria itu.

"Ini di mana, Pak?"

"Rumah mamaku."

"Hah?!" Embun begitu terkejut mendengarnya. "Ki-kita ngapain ke sini, Pak?"

"Apa lagi? Kamu sebentar lagi, kan, akan menjadi menantunya, jadi mulailah bersikap baik pada mamaku, mengingat awal pertemuan kalian tidak mengenakkan."

Rasanya Embun ingin menangis karena mendengar apa yang pria itu lontarkan, selalu membuat peraturan seenak jidat.

Pertama, yang mau menikah sama pria itu siapa? Yang kedua, kenapa harus dia pula yang berusaha mengambil hati mama Gio, padahal mama Giolah yang sikapnya tidak welcome padanya.

***

"Jadi kalian akan tetap menikah?" tanya Rena seraya menatap Embun dan Gio secara bersamaan.

"Eng--

"Tentu saja!" jawab Gio cepat sambil mencubit pinggang Embun dengan kasar. Hampir saja wanita itu mengatakan yang tidak-tidak. "Iya, kan, Sayang?" tanya Gio dengan suara ditekan.

"Hehehe." Bukannya menjawab, Embun hanya tertawa saja sambil meringis pelan, menahan sakit karena cubitan yang Gio berikan lumayan sakit.

"Awas aja kalau kamu sampai bicara macam-macam. Ingat kata-kataku tadi, bicaralah denganku sesuai dengan bahasa sehari-hari kamu," bisik pria itu di telinga Embun.

Embun manggut-manggut. "Siap," sahut wanita itu dengan suara pelan.

"Jadi kapan pernikahan kalian akan digelar?" tanya Rena lagi.

"Untuk masalah itu, kami masih belum berani tentukan. Tapi yang pasti secepatnya kami akan menikah. Iya, kan, Sayang?" Gio tersenyum ke arah Embun. Akan tetapi senyum pria itu tampak begitu menakutkan.

Embun cepat-cepat menganggukkan kepalanya. "Iya."

Rena tampaknya tidak suka melihat pemandangan itu, dia sama sekali tidak setuju dengan wanita pilihan Gio. Namun dia juga tidak bisa berbuat apa-apa jika anaknya sudah bertindak.

"Ya sudah, terserah kamu saja. Mama harap kamu tidak salah pilih jodoh. Oh ya, satu lagi. acara pernikahan kalian digelar dengan sederhana saja," usul wanita paruh baya itu.

Gio mengerutkan keningnya. "Kenapa bisa begitu?" tanya pria itu. "Ini acara pernikahanku, Ma. Dan aku ini adalah anak tunggal, masa iya mau menggelar pernikahan dilakukan secara sederhana, dan lagi aku seorang bos yang mempunyai banyak karyawan, harusnya membuat pesta yang begitu megah agar mereka semua tahu kalau aku ini sudah menikah!" final pria itu yang tidak bisa dibantah.

"Apa kamu lupa kalau Mama sama sekali tidak setuju dengan pilihanmu itu? Mama yakin pasti papamu juga kecewa dengan keputusanmu itu, Gio."

Pria itu menggeleng tegas. "Sama sama sekali tidak masalah dengan pilihanku."

Rena bangkit dari duduknya, menatap anaknya itu dengan perasaan kecewa. "Terserah kamu saja. Kamu atur apapun yang kamu inginkan, Mama tidak akan ikut campur." Setelah berkata seperti itu, Rena pergi meninggalkan Embun dan Gio.

Embun sedari tadi hanya bisa menunduk, meskipun dia juga tidak setuju dengan pernikahan ini, tapi dari lubuk hati yang paling dalam, sakit juga dengarnya karena dia ditolak mentah-mentah oleh ibu dari pria itu.

"Lebih baik niat Anda diurungkan saja, Pak." Setelah mereka terdiam cukup lama, akhirnya Embun membuka suara. "Mama Anda saja tidak setuju jika Anda menikah dengan saya. Sebaiknya Anda cari wanita lain saja, yang setara dengan keluarga Anda," usul wanita itu.

Gio menatap tajam wanita itu. "Nggak!" sentaknya. "Dengan ada atau tidaknya restu dari keluargaku, kita tetap akan menikah. Paham?!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bernadette Dalius
I like this story...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dinikahi CEO Galak   Ya udah Ayo! Aku Kasih Jatah

    Bahagia! Itu adalah gambaran sempurna untuk keluarga Gio.Ya, saat ini mereka tengah dikaruniai seorang putri yang begitu cantik, ditambah lagi saat ini sang istri sedang hamil anak kedua, kandungannya sudah berumur tujuh bulan, yang kabarnya anak itu berjenis kelamin laki-laki.Jelas saja kebahagiaan itu semakin lengkap untuk Gio maupun Embun."Dan pada akhirnya si Cinderella pun bahagia dengan pasangannya."Alea menatap ayahnya dengan raut wajah bingung."Kok ceritanya beda kayak yang diceritakan oleh bunda, Yah?" protes anak itu.Pipi Alea menggembung, membuat Gio gemas, dan pada akhirnya dia mencubit kedua pipi Alea itu dengan pelan."Itu kan versi bunda, kalau versi Ayah ya beda dong. Alea kenapa belum tidur? Ayah udah baca dongeng dari tadi loh.""Masih belum ngantuk, Yah. Biasanya kalau bunda yang bacain dongeng, Alea langsung tidur. Tapi kalau sama Ayah kok nggak ya?" tanya anak itu dengan raut wajah bingungnya.Ya bagaimana Alea bisa mau tidur, Gio saja menceritakannya tidak

  • Dinikahi CEO Galak   Kebiri Aja!

    Embun menangis begitu kencang ketika mendengar penuturan dari suaminya. Ya, Gio mengatakan bahwa saat ini dirinya tengah hamil.Awalnya wanita itu tidak percaya dengan ucapan Gio, karena dokter sudah memvonisnya akan susah hamil akibat kecelakaan itu.Namun, keraguan itu seketika sirna karena Gio membawa bukti yang diberikan oleh dokter itu, dan langsung Gio memberikannya pada Embun. Dari situlah baru Embu percaya kalau saat ini tengah ada janin di dalam perutnya."Sayang, udah, jangan nangis terus," tegur Gio sambil mengusap-usap punggung wanita itu secara perlahan."Ini benar-benar nggak mungkin, Mas. Bagaimana bisa aku ... hamil? Sedangkan--""Ssstttt." Gio menempelkan jari telunjuknya di bibir wanita itu. "Nggak ada yang nggak mungkin kalau Tuhan sudah berkehendak, Sayang. Ini adalah takdir kita. Tuhan masih memberikan kepercayaannya pada kita untuk merawat bayi ini. Mungkin waktu itu kita masih belum dikasih kepercayaan karena kita masih belum dewasa, kita masih sama-sama egois.

  • Dinikahi CEO Galak   Tadi Gio Bilang Apa?

    Berkali-kali Gio menciumi telapak tangan Embun. Perasaannya benar-benar campur aduk, tak karuan. Ada rasa khawatir, cemas, emosi dan juga bahagia. Karena perlakuan Gio, membuat Embun dengan perlahan membuka kedua matanya.Kepalanya masih terasa sakit, maka dari itu dia ingin kembali memejamkan matanya, akan tetapi karena ada yang terus menciumi tangannya, pada akhirnya dia mengurungkan niatnya."Mas," panggil wanita itu lirih."Sayang, kamu udah bangun?" tanya pria itu dengan cepat. "Gimana? Apa yang sedang kamu rasakan? Apa ada bagian yang sakit di area tubuhmu?" Pertanyaan beruntun Gio membuat Embun tersenyum tipis.Wanita itu menggeleng pelan. "Nggak ada, Mas. Aku cuma pusing aja, sama lemas juga sih sebenernya," beritahu wanita itu.Embun menatap sekitar, dahinya mengernyit heran karena baru menyadari kalau dia tidak berada di dalam kamarnya, melainkan ruangan yang begitu asing, menurutnya."Kita lagi di mana, Mas?" tanya wanita itu dengan kening berkerut.Gio mendengkus keras. "

  • Dinikahi CEO Galak   Siapa Dia?

    Langkah Gio begitu tergesa-gesa. Terlihat begitu jelas raut wajahnya tampak cemas.Tadi, ketika Embun yang menghubunginya, ternyata yang Gio dengar bukan suara istrinya, melainkan suara orang lain, yang lebih parahnya lagi adalah suara seorang pria.Marah? Tentu saja! Siapa yang begitu berani meneleponnya mengunakan nomor istrinya? Bukan itu poin pentingnya, melainkan kenapa ponsel istrinya bisa di tangan orang lain? Terlebih lagi seorang pria."Ha-halo."Mata Gio membulat ketika bukan suara istrinya yang terdengar."Siapa kamu? Kenapa ponsel istriku bisa di tanganmu? Mana istriku?" sentak pria itu cepat."Ma-maaf. Aku akan menjelaskannya nanti--""Kenapa harus nanti? Cepat jelaskan sekarang!" kata Gio dengan suara yang begitu nyaring."Aku akan menjelaskannya nanti, sekarang ada yang lebih penting yang harus kita urus. Ini tentang Embun, dia saat ini pingsan!" Pria yang tak Gio ketahui siapa namanya itu juga ikut berteriak.Gio tersentak, bukan karena bentakan pria itu, akan tetapi d

  • Dinikahi CEO Galak   Halo, Sayang, Halo

    "Untuk pembangunan di sebelah selatan delapan puluh persen sudah jadi, Pak, sebentar lagi akan rampung," beritahu Rizal.Gio tampak manggut-manggut. "Terima kasih atas laporannya, Rizal. Kamu memang bisa diandalkan. Nggak sia-sia aku kasih kamu kesempatan sekali lagi buat kerja sama aku," ucap pria itu bangga.Rizal tersipu malu. "Anda terlalu banyak memuji, Pak. Saya bisa seperti juga berkat Anda. Terima kasih karena saya sudah dikasih kepercayaan penuh oleh Anda, Pak."Gio kembali mengangguk seraya menepuk pundak Rizal berkali-kali.Dulu, waktu pertama kali Gio mempekerjakan Rizal, Rizal memang sangat payah, tidak mempunyai keahlian ataupun cekatan, tapi berkat kesabaran Gio dan juga ketelatenan pria itu dalam mendidik Rizal, pada akhirnya asistennya pun berubah menjadi semenakjubkan seperti ini. Gio bangga pada Rizal yang mau berjuang dan berusaha. Maka dari itu Gio tidak mungkin melepaskan Rizal begitu saja.Rizal pun demikian. Dia begitu bangga mempunyai bos seperti itu. Mungkin

  • Dinikahi CEO Galak   Astaga! Apa yang Sudah Kulakukan?

    "Kok lama banget sih datangnya," keluh Dimas ketika melihat Embun sudah datang.Embun mendengkus keras. "Syukur-syukur aku dateng, gitu aja protes," celetuk wanita itu tak terima."Iya, iya. Jangan ngambek gitu dong. Kan jadi makin cantik aja."Embun memutar bola matanya malas, agak jengah juga karena Dimas semakin terang-terangan menunjukkan rasa tertariknya padanya."Mau ngomong apa?" tanya wanita itu to the poin."Eits! Santai dulu dong, ngapain pakai buru-buru segala sih. Aku aja belum pesanin kamu minum. Mau minum apa?"Embun mengibas-ngibaskan tangannya. "Masalahnya aku belum izin sama suami, takutnya nanti dia malah salah paham. Lebih cepat lebih baik, lebih cepat juga aku pulangnya. Jadi kamu mau ngomongin apa?" desak Embun. "Kamu bilang ini tentang masa depan aku, emangnya aku itu kenapa? Apa yang akan terjadi di masa depan?" cerocos wanita itu panjang lebar.Raut wajah Dimas tampak berubah ketika Embun mengatakan tentang suami."Kamu beneran cinta nggak sih sama suami kamu i

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status