Share

Lagi-lagi yang dibahas Keramas

Sudah beberapa hari ini Embun tidak masuk kerja. Alasannya karena dia enggan bertemu dengan bosnya yang bernama Gio itu. Kejadian waktu itu membuat dirinya membenci pria itu.

Semua rasa kagum yang pernah ia lontarkan pada pria itu, dia tarik kembali karena ternyata Gio adalah laki-laki yang begitu licik.

"Aduh, pengin kerja. Capek juga kalau nganggur kayak gini terus di rumah. Tapi kalau kerja, males juga ketemu sama bos yang rese itu. Ngajakin nikah, tapi caranya kayak gitu, malah jebak aku seolah-olah aku yang melamar dia. Gila nggak tuh, ya aku mana mau," gerutu wanita itu.

Tok ... tok ... tok ...

Embun mendengkus keras ketika ada yang mengetuk pintu rumahnya itu.

"Itu siapa lagi yang datang, masa iya ibu kos nagih bayar kos-kosan, perasaan bulan ini aku udah bayar deh," gerutu wanita itu seraya bangkit dari ranjangnya dan kehaluan yang sempat tadi dia pikirkan pun langsung musnah.

Ketika Embun sudah membukakan pintu, matanya seketika membulat karena melihat kedatangan bosnya, Gio sedang berdiri tepat di ambang pintu.

Beberapa kali Embun mengucek matanya, memastikan kalau dirinya tidak salah lihat.

"Eh, aku lagi nggak mimpi, kan? Kayaknya tingkat haluku udah kadar tinggi banget nih, nggak mungkin bos bakalan datang ke sini," gumam wanita itu.

"Ehem!"

Pria itu berdeham cukup keras seraya menatap Embun dengan tajam.

Mulut Embun menganga lebar karena ternyata yang ada di hadapannya saat ini beneran Gio.

"Demi apa? Jadi ini beneran pak Gio?" tanya wanita itu tak percaya.

"Menurut kamu? Jadi tadi kamu berpikir jika aku ini hantu, huh?" tanya pria itu kesal. "Satu lagi, tutup mulutmu itu, sampai segitunya ngelihat orang ganteng," cibir pria itu.

Embun langsung cepat-cepat menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya.

"Ya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?"

"Menurut kamu kenapa aku bisa sampai datang ke tempat ini, huh?"

"Ya nggak tahu, Pak. Kok malah tanya saya. Saya, kan, nggak bisa baca pikiran Anda. Jadi tujuan Anda datang kemari ada kepentingan apa ya, Pak?" tanya wanita itu sopan.

"Jelas saja aku cari kamu. Kenapa kamu tidak pernah datang ke kantor lagi? Ingin menghindar dariku, heh? Kamu pikir segampang itu? Semenjak kamu masuk ke ruanganku, mulai dari situlah kamu akan selalu berurusan denganku, paham?!" bentak pria itu.

"Saya mohon maaf, Pak, jangan seperti itu pada saya, saya ini, kan, rakyat kecil, bisa apa sih, Pak. Saya itu cuma butuh kerja di perusahaan Anda, bukan cari masalah, Pak. Jadi saya mohon, Anda jangan seperti ini dong sama saya. Saya janji deh, akan mengundurkan diri dari perusahaan Anda, asalkan Anda tidak mengganggu saya lagi," mohon Embun.

Siapa sih yang tidak mau menikah dengan pria ganteng, apalagi pria itu tajirnya nggak ketulungan, hanya saja yang harus Embun pikirkan itu hatinya. Misalkan nih ya, kalau sampai mereka menikah, dan pria itu hanya ingin memperalat Embun saja, ya jelas hati Embun akan sakit.

"Tidak bisa, kamu sudah terikat denganku, dan satu lagi, kita akan menikah. Ingat itu! Atau kalau tidak, video ketika kamu melamarku itu akan aku sebar, memangnya kamu mau?" tanya pria itu seraya tersenyum remeh.

"Saya sama sekali tidak pernah melamar Anda. Anda sendiri yang jebak saya!" kata wanita itu tak terima.

"Terserah, besok aku akan datang ke sini lagi, kita akan mempersiapkan pernikahan kita. Ingat, ketika aku sudah datang, aku harap kamu sudah siap. Satu lagi, jangan lupa keramas, biar nggak selalu garuk-garuk kepala, paham, kan?"

"Pak, nggak bisa gitu dong. Pak, Pak Gio. Tunggu dulu, saya belum selesai bicara, Pak. Pak!" teriak Embun.

Namun sayangnya teriakan wanita itu sama sekali tak digubris oleh pria itu. Gio dengan santainya masuk ke dalam mobil, lalu mengendarai mobil itu dengan kecepatan sedang.

"Arrghhh! Dasar laki-laki gila! Siapa juga yang mau nikah sama kamu, dan apa tadi katanya? Aku disuruh keramas? Hei, kamu kira aku ini nggak pernah keramas apa?!" teriak wanita itu, berharap jika Gio mendengar suaranya itu.

***

Embun mengerang frustrasi ketika melihat mobil Gio sudah terparkir di depan rumahnya.

"Ya ampun, ini masih jam berapa sih, masih pagi banget, kenapa dia cepat sekali datangnya," gerutu wanita itu.

Tok ... tok ... tok ...

"Embun! Cepat buka pintunya!"

Embun sengaja tidak bangkit dari tempat tidurnya, membiarkan pria itu terus saja mengetuk-ngetuk pintunya.

"Biarin ajalah, nanti juga dia pasti bakalan pergi juga," gumam wanita itu.

"Embun! Nggak usah pura-pura nggak dengar ya! Aku tahu kalau kamu itu ada di dalam. Cepat buka pintunya atau aku dobrak pintu ini!" ancam pria itu.

Embun terkesiap, dia langsung bangun dari tempat tidurnya itu. Bisa gawat kalau dia membiarkan pria itu mendobrak pintu rumahnya itu, masalahnya ini bukan rumah dia sendiri, dia di sini cuma ngontrak. Kalau sampai ketahuan sama ibu kosnya sudah pasti dia akan dimintai denda, sedangkan dia saat ini sama sekali tidak mempunyai uang lebih.

"Kenapa sih bisanya nyusahin orang aja," ujar wanita itu seraya berlari terbirit-birit menuju pintu itu.

Ketika pintu itu sudah dibuka oleh Embun, tatapan Gio langsung tertuju pada wanita itu. Tiba-tiba saja pria itu mendengkus keras.

"Kamu belum mandi?" tanya pria itu ketus.

"Belum, Pak, masih ngantuk juga. Anda sih datang ke sini terlalu kepagian. Kita perginya nanti aja ya, Pak," pinta wanita itu.

"Nggak bisa!" bantah pria itu, suara Gio membuat Embun terkejut karena saking kerasnya.

"Masih pagi loh, Pak."

"Masih pagi apanya? Ini sudah jam delapan, itu sudah sangat siang! Daripada kamu banyak omong, sebaiknya cepat siap-siap. Aku tidak mau menunggu lebih lama lagi," titah pria itu.

"Tapi, Pak, saya masih--"

"Apa perlu aku mandikan?" sela pria itu cepat.

Mata Embun seketika membulat. "Ya jangan dong, Pak, emangnya saya ini cewek apaan. Oke-oke, saya akan segera mandi."

"Jangan lupa keramas!"

"Ish, perasaan itu terus yang Anda bahas, Pak. Ya udah kalau gitu silakan Anda cari saja wanita yang suka keramas, bila perlu cari yang mandi keramas satu menit sekali, biar Anda puas," sahut Embun ketus.

Gio menggeleng. "Sayangnya aku lebih dulu ketemu sama kamu, maka dari itu terima saja kenyataan. Lagian nikah sama aku nggak ada rugi-ruginya juga. Apapun yang kamu mau, pasti akan selalu terpenuhi, kecuali satu, tubuhku dan juga hatiku."

"Pak, yang mau nikah sama Anda itu siapa sih. Kenapa Anda ngebet banget nikah sama saya sih, padahal saya nggak cantik-cantik amat deh."

"Itu dia, aku mau nikah sama kamu karena kamu kurang cantik, lebih tepatnya nggak cantik," bisik pria itu.

Mata Embun mengerjap beberapa kali ketika mendengar penuturan dari pria itu.

'Kok dengernya nyesek ya,' batin wanita itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status