Share

Kok Ngambek?

Author: Nona Ekha
last update Huling Na-update: 2022-12-20 03:23:18

Brak!

"Astaga!" pekik Embun, wanita itu terkejut karena Rika membuka pintu ruangan itu cukup keras. "Buka pintunya bisa pelan-pelan nggak sih?" tanya wanita itu ketus.

Bukannya menjawab, Rika malah berkacak pinggang, seolah tengah menantang Embun.

"Hebat ya jadi kamu. Udah lebih dari empat hari nggak kerja, tapi sama sekali nggak punya muka. Kamu sama sekali nggak merasa bersalah gitu? Baru aja kerja di sini, udah berani bolos banyak. Awas aja, aku bakal kasih tahu kamu sama bos, biar kamu dipecat sama dia," ancam wanita itu.

Embun mengedikkan bahunya acuh. "Kasih tahu aja, siapa takut," jawabnya cuek.

"Oh, jadi kamu nantangin aku? Nggak takut kalau aku kasih tahu beneran? Baiklah, aku akan memberitahukan hal ini pada bos ,biar tahu rasa kamu. Suruh siapa belagu banget jadi orang," ujar Rika seraya berkacak pinggang.

"Ya sana kalau berani. Nih, aku kasih tahu kamu satu rahasia besar ya, tapi jangan bilang sama siapa-siapa. Sebenarnya aku ini ada hubungan khusus sama bos," bisik Embun di telinga Rika.

Rika yang mendengar semua itu langsung tertawa terbahak-bahak. "Hei, hei, hei, kamu lagi halu ya? Atau jangan-jangan kamu tadi malam mimpi, terus kebawa sampai sekarang? Ya ampun. Embun, Embun, kalau halu itu jangan terlalu ketinggian. Ya kali bos mau sama kamu yang kampungan seperti ini. Jangan-jangan kamu bicara seperti ini supaya aku nggak jadi ngadu ke bos ya? Benar, kan, tebakan aku?" Rika tersenyum mengejek.

Embun mengerucutkan bibirnya. Jelas saja dia tampak kesal. "Terserah kamu aja mau percaya apa tidak, yang penting aku udah kasih tahu kamu yang sebenarnya."

"Halah! Siapa juga yang mau percaya. Lebih baik aku aduin aja sekarang. Masih baru kerja di sini kok malah bolos kerja empat hari, emangnya perusahaan ini punya nenek moyang kamu apa? Aku sangat yakin pasti kamu bakalan dipecat sama bos. Hahaha, kamu nggak mau ucapin kata-kata apa gitu sebelum hengkang dari perusahaan ini?" tanya wanita itu sinis.

"Apaan sih, siapa.juga yang mau berhenti kerja." Wajah Embun berubah menjadi jutek. "Sirik banget sih jadi orang. Lagian aku juga udah izin kok, kemarin aku nggak kerja karena lagi sakit."

"Iya, tapi kamu izinnya cuma dua hari, tapi kenapa malah sampai molor empat hari? Asal kamu tahu, kamu nggak kerja, tugas kamu itu jadi aku yang gantiin," gerutu Rika, wanita itu tampak kesal.

"Tapi atasan juga nggak marah kok, kenapa malah kamu yang sewot. Lagian itu juga cuma empat hari. Tadi kamu malah pengin aduin aku sama bos, otomatis kalau aku udah nggak kerja di sini lagi, kamu dong yang gantiin pekerjaan aku. Emangnya kamu mau?"

Rika tampak gelagapan, sepertinya kehabisan kata-kata.

"Nggak usah ngalihin pembicaraan, bilang aja kamu takut kalau aku aduin, kan?"

"Yakin kamu bakal laporin aku ke bos? Yang ada nanti malah kamu yang nyesal sendiri loh," peringat Embun.

Rika tersenyum sinis. "Jangan terlalu percaya diri deh, Embun, dan nggak usah sok bersikap santai seperti itu, aku tahu saat ini hatimu pasti sedang ketar-ketir, kan? Nggak ada yang perlu disembunyikan, aku tahu itu kok. Bye, Embun, sampai ketemu di ruangan bos, dan berakhir dibuang dari perusahaan ini. Mulai dari sekarang siap-siap ya."

Embun mendengkus keras ketika melihat Rika sudah hilang dari hadapannya.

"Itu orang kenapa sih, nggak suka banget lihat aku damai dikit," gumamnya sambil membersihkan ruangan itu dengan sedikit kasar.

***

Tok ... tok ... tok ...

Gio mendengkus keras karena ada yang mengetuk pintu ruangannya, dia paling tidak suka jika pekerjaannya diganggu, oleh siapapun itu.

"Masuk!"

"Permisi, Pak."

Gio memutar bola matanya malas ketika melihat siapa yang datang.

"Aku bilang, ruangan ini tidak perlu kamu lagi yang bersihkan, jadi untuk apa kamu datang ke sini lagi?" tanya pria itu dengan suara dingin.

"Bukan, saya bukan ingin membersihkan ruangan Anda, tapi saya ingin melaporkan kalau ada karyawan baru bolos kerja lebih dari tiga hari."

Gio berdecak seraya memutar bola matanya malas, dia sama sekali tidak peduli dengan hal itu.

"Terus?" tanya pria itu, tampak tak peduli.

"Terus ... terus harusnya Anda berikan hukuman saja dia. Satu lagi, tadi dia juga berkata kalau Anda dengan dia ada hubungan khusus, bukankah itu sesuatu yang sangat lancang?"

Gio tersenyum sinis, sepertinya dia sudah mulai paham siapa orang yang wanita itu maksud.

'Wah, wah, wah. Rupanya wanita itu sudah mulai banyak tingkah sekarang,' batin pria itu.

"Benarkah dia berbicara seperti itu?"

Rika mengangguk penuh semangat. "Benar sekali, Pak. Apa perlu saya bawa orangnya langsung ke sini?

"Dengan senang hati," sahut pria itu dengan nada santai.

Rika tersenyum licik.

'Mampus kamu, Embun. Sebentar lagi kamu bakal ditendang dari perusahaan ini, suruh siapa terlalu percaya diri, rasakan sendiri akibatnya.'

Rika pun langsung menemui Embun, dia harus segera membawa wanita itu ke ruangan bosnya, dan meyakinkan bosnya kalau tadi dia berbicara apa adanya, sama sekali tidak mengada-ada.

"Embun!" panggil wanita itu dengan suara nyaring.

Yang namanya dipanggil menatap Rika begitu sinis, entah kenapa melihat Rika ada di hadapannya, moodnya selalu menjadi buruk.

"Apa lagi? Bisa nggak sih jangan selalu bikin masalah sama aku. Selama aku kerja di sini, aku nggak pernah loh senggol kamu duluan, kamunya kenapa sih. Atau merasa kurang cantik dari aku?" tanya wanita itu dengan penuh percaya diri.

"Idih, aku kurang cantik? Hello, dari segi manapun akulah yang lebih cantik dibandingkan kamu. Nggak percaya? Oke, aku buktikan. Dimas, sini dulu," panggil wanita itu seraya melambaikan tangannya agar teman yang tadi dia panggil segera mendekat.

"Apaan?"

"Udah, sini dulu bentar. Aku mau tanya, tapi kamu jawab dengan jujur ya. Menurut pandangan laki-laki nih ya, cantikan aku atau Embun?" tanya wanita itu dengan penuh percaya diri. "Harus jawab dengan jujur loh ya."

"Jawab jujur nih? Oke, kalau menurut aku sih, cantikan ... Embun. Dia lebih kelihatan anggun, dan sikapnya yang pendiam itu terlihat sangat mahal," jawab pria itu jujur.

Mendengar hal itu, jelas saja Embun menahan tawa, sedangkan Rika, jangan ditanya lagi, raut wajahnya seketika berubah.

"Ish! Kamu ini, udah sana-sana," usir Rika jengkel.

"Loh, kok ngambek? Kan, tadi kamu yang nyuruh aku buat jawab jujur, aku udah jawab dengan jujur loh."

"Cepat pergi sana!" bentak Rika.

"Iya, iya," ucap pria itu pada akhirnya, dan pria itu pun langsung pergi.

Ketika melihat pria itu pergi, kini tatapan Rika langsung tertuju pada Embun.

"Udah, nggak usah senyum-senyum nggak jelas, sekarang kamu ikut aku ke ruangan pak Gio, nggak lama lagi kamu bakal dikeluarkan dari sini, hahahaha," ejek Rika.

Embun hanya bisa menghela napas pasrah, entah apa lagi kali ini rencana wanita itu.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Dinikahi CEO Galak   Ya udah Ayo! Aku Kasih Jatah

    Bahagia! Itu adalah gambaran sempurna untuk keluarga Gio.Ya, saat ini mereka tengah dikaruniai seorang putri yang begitu cantik, ditambah lagi saat ini sang istri sedang hamil anak kedua, kandungannya sudah berumur tujuh bulan, yang kabarnya anak itu berjenis kelamin laki-laki.Jelas saja kebahagiaan itu semakin lengkap untuk Gio maupun Embun."Dan pada akhirnya si Cinderella pun bahagia dengan pasangannya."Alea menatap ayahnya dengan raut wajah bingung."Kok ceritanya beda kayak yang diceritakan oleh bunda, Yah?" protes anak itu.Pipi Alea menggembung, membuat Gio gemas, dan pada akhirnya dia mencubit kedua pipi Alea itu dengan pelan."Itu kan versi bunda, kalau versi Ayah ya beda dong. Alea kenapa belum tidur? Ayah udah baca dongeng dari tadi loh.""Masih belum ngantuk, Yah. Biasanya kalau bunda yang bacain dongeng, Alea langsung tidur. Tapi kalau sama Ayah kok nggak ya?" tanya anak itu dengan raut wajah bingungnya.Ya bagaimana Alea bisa mau tidur, Gio saja menceritakannya tidak

  • Dinikahi CEO Galak   Kebiri Aja!

    Embun menangis begitu kencang ketika mendengar penuturan dari suaminya. Ya, Gio mengatakan bahwa saat ini dirinya tengah hamil.Awalnya wanita itu tidak percaya dengan ucapan Gio, karena dokter sudah memvonisnya akan susah hamil akibat kecelakaan itu.Namun, keraguan itu seketika sirna karena Gio membawa bukti yang diberikan oleh dokter itu, dan langsung Gio memberikannya pada Embun. Dari situlah baru Embu percaya kalau saat ini tengah ada janin di dalam perutnya."Sayang, udah, jangan nangis terus," tegur Gio sambil mengusap-usap punggung wanita itu secara perlahan."Ini benar-benar nggak mungkin, Mas. Bagaimana bisa aku ... hamil? Sedangkan--""Ssstttt." Gio menempelkan jari telunjuknya di bibir wanita itu. "Nggak ada yang nggak mungkin kalau Tuhan sudah berkehendak, Sayang. Ini adalah takdir kita. Tuhan masih memberikan kepercayaannya pada kita untuk merawat bayi ini. Mungkin waktu itu kita masih belum dikasih kepercayaan karena kita masih belum dewasa, kita masih sama-sama egois.

  • Dinikahi CEO Galak   Tadi Gio Bilang Apa?

    Berkali-kali Gio menciumi telapak tangan Embun. Perasaannya benar-benar campur aduk, tak karuan. Ada rasa khawatir, cemas, emosi dan juga bahagia. Karena perlakuan Gio, membuat Embun dengan perlahan membuka kedua matanya.Kepalanya masih terasa sakit, maka dari itu dia ingin kembali memejamkan matanya, akan tetapi karena ada yang terus menciumi tangannya, pada akhirnya dia mengurungkan niatnya."Mas," panggil wanita itu lirih."Sayang, kamu udah bangun?" tanya pria itu dengan cepat. "Gimana? Apa yang sedang kamu rasakan? Apa ada bagian yang sakit di area tubuhmu?" Pertanyaan beruntun Gio membuat Embun tersenyum tipis.Wanita itu menggeleng pelan. "Nggak ada, Mas. Aku cuma pusing aja, sama lemas juga sih sebenernya," beritahu wanita itu.Embun menatap sekitar, dahinya mengernyit heran karena baru menyadari kalau dia tidak berada di dalam kamarnya, melainkan ruangan yang begitu asing, menurutnya."Kita lagi di mana, Mas?" tanya wanita itu dengan kening berkerut.Gio mendengkus keras. "

  • Dinikahi CEO Galak   Siapa Dia?

    Langkah Gio begitu tergesa-gesa. Terlihat begitu jelas raut wajahnya tampak cemas.Tadi, ketika Embun yang menghubunginya, ternyata yang Gio dengar bukan suara istrinya, melainkan suara orang lain, yang lebih parahnya lagi adalah suara seorang pria.Marah? Tentu saja! Siapa yang begitu berani meneleponnya mengunakan nomor istrinya? Bukan itu poin pentingnya, melainkan kenapa ponsel istrinya bisa di tangan orang lain? Terlebih lagi seorang pria."Ha-halo."Mata Gio membulat ketika bukan suara istrinya yang terdengar."Siapa kamu? Kenapa ponsel istriku bisa di tanganmu? Mana istriku?" sentak pria itu cepat."Ma-maaf. Aku akan menjelaskannya nanti--""Kenapa harus nanti? Cepat jelaskan sekarang!" kata Gio dengan suara yang begitu nyaring."Aku akan menjelaskannya nanti, sekarang ada yang lebih penting yang harus kita urus. Ini tentang Embun, dia saat ini pingsan!" Pria yang tak Gio ketahui siapa namanya itu juga ikut berteriak.Gio tersentak, bukan karena bentakan pria itu, akan tetapi d

  • Dinikahi CEO Galak   Halo, Sayang, Halo

    "Untuk pembangunan di sebelah selatan delapan puluh persen sudah jadi, Pak, sebentar lagi akan rampung," beritahu Rizal.Gio tampak manggut-manggut. "Terima kasih atas laporannya, Rizal. Kamu memang bisa diandalkan. Nggak sia-sia aku kasih kamu kesempatan sekali lagi buat kerja sama aku," ucap pria itu bangga.Rizal tersipu malu. "Anda terlalu banyak memuji, Pak. Saya bisa seperti juga berkat Anda. Terima kasih karena saya sudah dikasih kepercayaan penuh oleh Anda, Pak."Gio kembali mengangguk seraya menepuk pundak Rizal berkali-kali.Dulu, waktu pertama kali Gio mempekerjakan Rizal, Rizal memang sangat payah, tidak mempunyai keahlian ataupun cekatan, tapi berkat kesabaran Gio dan juga ketelatenan pria itu dalam mendidik Rizal, pada akhirnya asistennya pun berubah menjadi semenakjubkan seperti ini. Gio bangga pada Rizal yang mau berjuang dan berusaha. Maka dari itu Gio tidak mungkin melepaskan Rizal begitu saja.Rizal pun demikian. Dia begitu bangga mempunyai bos seperti itu. Mungkin

  • Dinikahi CEO Galak   Astaga! Apa yang Sudah Kulakukan?

    "Kok lama banget sih datangnya," keluh Dimas ketika melihat Embun sudah datang.Embun mendengkus keras. "Syukur-syukur aku dateng, gitu aja protes," celetuk wanita itu tak terima."Iya, iya. Jangan ngambek gitu dong. Kan jadi makin cantik aja."Embun memutar bola matanya malas, agak jengah juga karena Dimas semakin terang-terangan menunjukkan rasa tertariknya padanya."Mau ngomong apa?" tanya wanita itu to the poin."Eits! Santai dulu dong, ngapain pakai buru-buru segala sih. Aku aja belum pesanin kamu minum. Mau minum apa?"Embun mengibas-ngibaskan tangannya. "Masalahnya aku belum izin sama suami, takutnya nanti dia malah salah paham. Lebih cepat lebih baik, lebih cepat juga aku pulangnya. Jadi kamu mau ngomongin apa?" desak Embun. "Kamu bilang ini tentang masa depan aku, emangnya aku itu kenapa? Apa yang akan terjadi di masa depan?" cerocos wanita itu panjang lebar.Raut wajah Dimas tampak berubah ketika Embun mengatakan tentang suami."Kamu beneran cinta nggak sih sama suami kamu i

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status