Share

Kok Ngambek?

Brak!

"Astaga!" pekik Embun, wanita itu terkejut karena Rika membuka pintu ruangan itu cukup keras. "Buka pintunya bisa pelan-pelan nggak sih?" tanya wanita itu ketus.

Bukannya menjawab, Rika malah berkacak pinggang, seolah tengah menantang Embun.

"Hebat ya jadi kamu. Udah lebih dari empat hari nggak kerja, tapi sama sekali nggak punya muka. Kamu sama sekali nggak merasa bersalah gitu? Baru aja kerja di sini, udah berani bolos banyak. Awas aja, aku bakal kasih tahu kamu sama bos, biar kamu dipecat sama dia," ancam wanita itu.

Embun mengedikkan bahunya acuh. "Kasih tahu aja, siapa takut," jawabnya cuek.

"Oh, jadi kamu nantangin aku? Nggak takut kalau aku kasih tahu beneran? Baiklah, aku akan memberitahukan hal ini pada bos ,biar tahu rasa kamu. Suruh siapa belagu banget jadi orang," ujar Rika seraya berkacak pinggang.

"Ya sana kalau berani. Nih, aku kasih tahu kamu satu rahasia besar ya, tapi jangan bilang sama siapa-siapa. Sebenarnya aku ini ada hubungan khusus sama bos," bisik Embun di telinga Rika.

Rika yang mendengar semua itu langsung tertawa terbahak-bahak. "Hei, hei, hei, kamu lagi halu ya? Atau jangan-jangan kamu tadi malam mimpi, terus kebawa sampai sekarang? Ya ampun. Embun, Embun, kalau halu itu jangan terlalu ketinggian. Ya kali bos mau sama kamu yang kampungan seperti ini. Jangan-jangan kamu bicara seperti ini supaya aku nggak jadi ngadu ke bos ya? Benar, kan, tebakan aku?" Rika tersenyum mengejek.

Embun mengerucutkan bibirnya. Jelas saja dia tampak kesal. "Terserah kamu aja mau percaya apa tidak, yang penting aku udah kasih tahu kamu yang sebenarnya."

"Halah! Siapa juga yang mau percaya. Lebih baik aku aduin aja sekarang. Masih baru kerja di sini kok malah bolos kerja empat hari, emangnya perusahaan ini punya nenek moyang kamu apa? Aku sangat yakin pasti kamu bakalan dipecat sama bos. Hahaha, kamu nggak mau ucapin kata-kata apa gitu sebelum hengkang dari perusahaan ini?" tanya wanita itu sinis.

"Apaan sih, siapa.juga yang mau berhenti kerja." Wajah Embun berubah menjadi jutek. "Sirik banget sih jadi orang. Lagian aku juga udah izin kok, kemarin aku nggak kerja karena lagi sakit."

"Iya, tapi kamu izinnya cuma dua hari, tapi kenapa malah sampai molor empat hari? Asal kamu tahu, kamu nggak kerja, tugas kamu itu jadi aku yang gantiin," gerutu Rika, wanita itu tampak kesal.

"Tapi atasan juga nggak marah kok, kenapa malah kamu yang sewot. Lagian itu juga cuma empat hari. Tadi kamu malah pengin aduin aku sama bos, otomatis kalau aku udah nggak kerja di sini lagi, kamu dong yang gantiin pekerjaan aku. Emangnya kamu mau?"

Rika tampak gelagapan, sepertinya kehabisan kata-kata.

"Nggak usah ngalihin pembicaraan, bilang aja kamu takut kalau aku aduin, kan?"

"Yakin kamu bakal laporin aku ke bos? Yang ada nanti malah kamu yang nyesal sendiri loh," peringat Embun.

Rika tersenyum sinis. "Jangan terlalu percaya diri deh, Embun, dan nggak usah sok bersikap santai seperti itu, aku tahu saat ini hatimu pasti sedang ketar-ketir, kan? Nggak ada yang perlu disembunyikan, aku tahu itu kok. Bye, Embun, sampai ketemu di ruangan bos, dan berakhir dibuang dari perusahaan ini. Mulai dari sekarang siap-siap ya."

Embun mendengkus keras ketika melihat Rika sudah hilang dari hadapannya.

"Itu orang kenapa sih, nggak suka banget lihat aku damai dikit," gumamnya sambil membersihkan ruangan itu dengan sedikit kasar.

***

Tok ... tok ... tok ...

Gio mendengkus keras karena ada yang mengetuk pintu ruangannya, dia paling tidak suka jika pekerjaannya diganggu, oleh siapapun itu.

"Masuk!"

"Permisi, Pak."

Gio memutar bola matanya malas ketika melihat siapa yang datang.

"Aku bilang, ruangan ini tidak perlu kamu lagi yang bersihkan, jadi untuk apa kamu datang ke sini lagi?" tanya pria itu dengan suara dingin.

"Bukan, saya bukan ingin membersihkan ruangan Anda, tapi saya ingin melaporkan kalau ada karyawan baru bolos kerja lebih dari tiga hari."

Gio berdecak seraya memutar bola matanya malas, dia sama sekali tidak peduli dengan hal itu.

"Terus?" tanya pria itu, tampak tak peduli.

"Terus ... terus harusnya Anda berikan hukuman saja dia. Satu lagi, tadi dia juga berkata kalau Anda dengan dia ada hubungan khusus, bukankah itu sesuatu yang sangat lancang?"

Gio tersenyum sinis, sepertinya dia sudah mulai paham siapa orang yang wanita itu maksud.

'Wah, wah, wah. Rupanya wanita itu sudah mulai banyak tingkah sekarang,' batin pria itu.

"Benarkah dia berbicara seperti itu?"

Rika mengangguk penuh semangat. "Benar sekali, Pak. Apa perlu saya bawa orangnya langsung ke sini?

"Dengan senang hati," sahut pria itu dengan nada santai.

Rika tersenyum licik.

'Mampus kamu, Embun. Sebentar lagi kamu bakal ditendang dari perusahaan ini, suruh siapa terlalu percaya diri, rasakan sendiri akibatnya.'

Rika pun langsung menemui Embun, dia harus segera membawa wanita itu ke ruangan bosnya, dan meyakinkan bosnya kalau tadi dia berbicara apa adanya, sama sekali tidak mengada-ada.

"Embun!" panggil wanita itu dengan suara nyaring.

Yang namanya dipanggil menatap Rika begitu sinis, entah kenapa melihat Rika ada di hadapannya, moodnya selalu menjadi buruk.

"Apa lagi? Bisa nggak sih jangan selalu bikin masalah sama aku. Selama aku kerja di sini, aku nggak pernah loh senggol kamu duluan, kamunya kenapa sih. Atau merasa kurang cantik dari aku?" tanya wanita itu dengan penuh percaya diri.

"Idih, aku kurang cantik? Hello, dari segi manapun akulah yang lebih cantik dibandingkan kamu. Nggak percaya? Oke, aku buktikan. Dimas, sini dulu," panggil wanita itu seraya melambaikan tangannya agar teman yang tadi dia panggil segera mendekat.

"Apaan?"

"Udah, sini dulu bentar. Aku mau tanya, tapi kamu jawab dengan jujur ya. Menurut pandangan laki-laki nih ya, cantikan aku atau Embun?" tanya wanita itu dengan penuh percaya diri. "Harus jawab dengan jujur loh ya."

"Jawab jujur nih? Oke, kalau menurut aku sih, cantikan ... Embun. Dia lebih kelihatan anggun, dan sikapnya yang pendiam itu terlihat sangat mahal," jawab pria itu jujur.

Mendengar hal itu, jelas saja Embun menahan tawa, sedangkan Rika, jangan ditanya lagi, raut wajahnya seketika berubah.

"Ish! Kamu ini, udah sana-sana," usir Rika jengkel.

"Loh, kok ngambek? Kan, tadi kamu yang nyuruh aku buat jawab jujur, aku udah jawab dengan jujur loh."

"Cepat pergi sana!" bentak Rika.

"Iya, iya," ucap pria itu pada akhirnya, dan pria itu pun langsung pergi.

Ketika melihat pria itu pergi, kini tatapan Rika langsung tertuju pada Embun.

"Udah, nggak usah senyum-senyum nggak jelas, sekarang kamu ikut aku ke ruangan pak Gio, nggak lama lagi kamu bakal dikeluarkan dari sini, hahahaha," ejek Rika.

Embun hanya bisa menghela napas pasrah, entah apa lagi kali ini rencana wanita itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status