Share

Dilamar

last update Last Updated: 2021-06-20 05:03:52

Dibawah bentangan langit senja, kini kedua sejoli itu tengah berdiri, menyenderkan tubuhnya pada mobil yang sengaja di parkir di belakangnya.

Hembusan angin sore, begitu menenangkan membuat Anna dan Mario hanyut dalam perasaannya masing-masing.

"Jika diibaratkan senja, aku ingin terbit dan tenggelam membawa sejuta kesan yang mendalam" Mario berujar tanpa menoleh pada Anna. Ia begitu menikmati pemandangan langit senja yang kian menawan.

Anna menoleh, "Senja itu memang lukisan tuhan yang paling indah, namun aku tak begitu menyukainya. Sebab ia selalu saja pergi tanpa kepastian"

Kini, giliran Mario yang menoleh. Tubuhnya berbalik kehadapan Anna yang kini merasakan debaran jantung yang berpacu begitu dahsyatnya. Ah, jika bunyi debaran itu terdengar oleh Mario. Mungkin saat ini, kekasihnya itu akan tertawa puas.

"Tidak akan! aku tidak akan pergi, menghilang begitu saja tanpa kepastian" ucap Mario. Kedua tangannya kini meraih tangan Anna, di kecupnya tangan wanita yang sejak lama menjadi kekasihnya dengan lembut.

Rasanya oksigen di muka bumi ini berkurang drastis, Anna tak bisa bernapas lega saat di perlakukan masih seperti itu oleh Mario.

"Anna, mulai hari ini kamu bukan lagi hanya sekedar kekasihku saja melainkan juga menjadi calon istri untuk menjadi ibu dari anak-anakku. Apa kamu mau menikah denganku?" 

Deg!

Rasa senang tak kepalang, kini Anna rasakan. Sedari dulu yang ia impi-impikan kini telah terwujudkan. Mario, kekasihnya. Hari ini, dengan langit senja sebagai saksi. Ia mengutarakan niat baiknya dengan lantang.

"Will you mary me?" tanya Mario sekali lagi dengan memberikan sebuah kotak terbuka yang berisikan cincin berlian.

"Yes, i will" dengan anggukan Anna menjawab haru tanpa ragu. Kedua matanya bahkan kini kembali berkaca-kaca saat sebuah cincin berlian Mario semangatkan di jari manisnya.

"Tidak lama lagi, kamu akan menjadi nyonya Mario. Istri sekaligus ibu dari anak-anakku" ucap Mario seraya memeluknya hangat.

"Dan kamu akan menjadi suami sekaligus ayah untuk anak-anakku kelak" lirih Anna.

Keduanya saling melepaskan pelukan, manatap lekat satu sama lain dengan senyum yang tak terlepas di wajah mereka.

Hahaha ...

Tawa mereka pecah, seakan saling tatap yang mereka lakukan itu mengeluarkan pemikiran yang sama.

"Lucu ya, Mas kira hubungan kita tidak akan sejauh ini" ungkap Mario. Kedua kakinya melangkah kedepan, netranya kembali memandang semburat jingga dilangit senja.

"Iya Mas, Anna juga gak nyangka. Ternyata komitmen yang kita buat itu akan berakhir indah seperti ini" jawab Anna dengan mensejajarkan tubuhnya pada Mario. Netranya sama-sama menatap semburat jingga.

"Semoga saja kita tidak hanya di persatukan untuk hari ini saja, melainkan untuk besok dan selamnya" ungkapan penuh harap Mario keluarkan. Matanya terpejam, seolah ia sungguh-sungguh menginginkan harapannya di dengar oleh sang maha kuasa.

"Aamiin Mas, semoga saja" 

"Ayo pulang, lagi pula senja juga sudah kian memudar" ajak Mario menuntun Anna berjalan memasuki mobilnya.

***

Rasa bahagia masih saja menyelimuti hati Anna, kejutan demi kejutan di hidupnya masih saja datang silih berganti. 

"Ciee, putri ayah bahagia nih" goda Herman Dirgantara saat melihat putri semata wayangnya tengah melamun sambil senyam-senyum sendiri menatap cincin berlian di jari manisnya.

"Eh, ayah" kaget Anna mendongak kearah Dirgantara yang berdiri di sampingnya.

"Habis di lamar ya?" tebak Dirgantara. 

"Kok ayah tau?" heran Anna dengan semburat merah merona tampak di pipinya.

"Taulah, sebelum Mario melamar kamu dia telah lebih dulu mengutarakan niatnya sama ayah" jawab Dirgantara dengan sombongnya.

"Ck. Pantesan aja, ayah sama ibu biasa-biasa saat aku pulang"

"Hahaha, memangnya ayah harus bagaimana? Tertawa hahahihi menyambut kedatangan putri ayah yang habis dilamar ini?"

Tawa Dirgantara pecah saat melihat wajah putri semata wayangnya itu kini memerah bak tomat rebus.

"Ish, gak gitu juga kali Yah. Ucapin selamat kek, apa kek" kesal Anna.

"Iya sayang, selamat ya. Selamat, karena akhirnya cinta yang kamu pertahankan akan berakhir indah di pelaminan. Satu pesan ayah, jadilah istri yang taat serta anak yang baik. Jangan lupakan kami selagi kamu bersamanya" 

"Makasih Yah,Anna janji tidak akan pernah melupakan ayah dan ibu meski Anna telah sah menjadi nyonya Mario. Lagi pula ayah sama ibu itu orangtua kandung Anna, gak mungkinlah Anna lupain kali. Nanti jadi anak yang berdosa lagi" 

"Duh duh, lagi pada asik ngapain sih. Kok kelihatannya bahagia sekali" seru Ajeng, ibu dari Anna yang menghampiri mereka dengan membawa cemilan serta tiga cangkir teh madu untuk menikmati suasana malam ini.

"Ini loh bu, putri kita lagi bahagia. Mario udah melamar Anna tadi sore" cerita Dirgantara dengan kekehan. Tangannya mengambil secangkir teh madu yang baru saja Ajeng letakan di hadapannya.

"Apa?" kaget Ajeng yang sama sekali belum mengetahui kabar menggembirakan ini.

"Loh, kok kaget? Jangan-jangan ayah belum cerita ya sama ibu" tuduh Anna yang keheranan melihat ekspresi kaget sang ibu di hadapannya.

"Belum nak," ucap Dirgantara dengan cengiran.

"Terus gimana? Kapan Mario dan keluarganya datang kesini?" tanya Ajeng antusias. Bagaimana tidak, hubungan Mario dan Anna yang sudah terjalin lama membuatnya resah. Ya, resah! Namanya juga seorang ibu, hati mana sih yang tak merasakan keresahan saat putri semata wayangnya bertahun-tahun menjalin hubungan tanpa ada kejelasan.

"Belum tahu sih bu, cuma kayanya tidak lama lagi deh" jawab Anna santai. 

"Loh, kamu ini gimana sih Na? Kalau cuma lamaran sekedar ngasih cincin gitu doang belum tentu Mario serius. Ayah kamu aja dulu, kalau memang benar-benar serius datang kerumah sama keluarganya. Langsung lamar ibu dihadapan keluarga besar, gak gitu. Kalau cuma gitu, itu belum benar-benar dia serius" kesal Ajeng yang melihat Anna begitu santainya menjawab pertanyaan darinya.

"Bu, dia sudah bilang sama ayah. Dia janji akan segera membawa keluarganya kerumah setelah urusan rumah sakit yang ia kelola selesai. Tidak lama lagi kok bu, paling dua mingguan" jelas Dirgantara yang paham akan perasaan istrinya itu.

"Dua minggu itu bukan waktu yang sebentar Mas. Lama! Ibu gak mau tau, kalau Mario benar-benar serius sama Anna cepat segera datang sama keluarganya ke sini. Lagi pula ngapain coba nungguin urusan rumah sakit selesai? Kita tuh gak butuh hartanya dia tapi butuh kejelasannya!" ucap Ajeng penuh tekanana.

Anna terdiam, melihat wajah ibunya yang merah padam membuat rasa ragu dihatinya kini menyapa. Ibu benar, lamaran yang belum resmi itu belum tentu menandakan keseriusan.

Ah, harus bagaimana ia sekarang? Kembali meragukan cintanya Mario atau berusaha meyakinkah hati ibunya yang begitu khawatir dengan kejelasan hubungan mereka seperti ini? 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
alanasyifa11
sejauh ini suka banget ama ceritanya! bakal lanjut baca setelah ini~ btw author gaada sosmed kah? aku pingin follow nih
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dinikahi CEO berstatus Duda   Epilog

    Suara kumandang adzan subuh terdengar saling bersahutan dibeberapa mesjid yang tak jauh dari kediaman rumah megah tiga lantai itu yang mereka sebut dengan mansion itu berdiri paling mewah disekitaran perumahan warga. Didalamnya, gemericik suara air keran berjatuhan membelah kesunyian. Nampak, seorang wanita yang sudah mengenakan mukena berwarna putih itu bersandar di ambang pintu. Menatap remang-remang cahaya dihadapannya, menunggu kehadiran sang suami yang sepertinya tengah berwudhu.Seorang pria dewasa, berkoko putih lengkap dengan sarung hitamnya keluar dari kamar mandi dengan pandangan menunduk membuat rambutnya yang basah terkena air wudhu itu menetes. Tangannya cukup sibuk menurunkan lengan baju kokonya yang tersingkap. Matanya memindai kearah lemari, hendak mencari kopiah yang akan dikenakannya untuk shalat subuh hari ini. Setelah menemukannya, ia kenakan rapih kopiah ke kepalanya dengan sedikit menunduk, ia mendongak. Lantas terperanjat kaget saat melihat siluet berwarna puti

  • Dinikahi CEO berstatus Duda   Dibikahi CEO berstatus duda

    "Assalamualaikum, bu. Saya MUA yang dipesan bapak Adrian, bolehkah saya masuk"Anna menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba mengalihkan pikirannya dari kebingungannya. "Waalaikumsalam," jawabnya akhirnya, sambil membuka pintu untuk MUA yang datang.Seorang wanita muda dengan riasan wajah profesional dan perlengkapan lengkap memasuki kamar. "Selamat pagi, Bu Anna. Kita akan mulai dengan riasan dan hijab stylish. Bapak Adrian sudah memesan semua perlengkapan yang dibutuhkan."Anna mengangguk, berusaha tenang. "Silakan, mari kita mulai."Selama proses riasan, hai Anna mulai tidak enak pasalnya riasan yang sedang MUA itu lakukan padanya seperi riasan untuk seorang pengantin dan itu membuat Anna terus-menerus memikirkan apa yang akan terjadi. Masa iya Anna akan menjadi pengantin lagi? Ia kan hanya mengajukan syarat agar Adrian melakukan ijab kabul saja didepan orang tua dan saksi. Udah itu aja, bukan meminta mengadakan pesta besar-besaran. Saat MUA menyelesaikan riasan dan Anna berdiri di

  • Dinikahi CEO berstatus Duda   Dibuat secara berlebihan

    Seminggu telah berlalu, Adrian kini masih berada di kediamannya Anna. Ia masih dalam proses penyembuhan, dan dalam seminggu ini Adrian hanya tidur sendiri di ranjang besar milik istrinya itu. Sementara Anna memilih untuk tidur disofa yang lumayan besar disudut kamarnya. Cukup nyamanlah untuk dipakai tidur. Seperti malam ini, Anna baru saja memasuki kamarnya dan terkejut saat menoleh pada Adrian yang kini tengah merebahkan tubuhnya disofa yang biasa Anna tempati sembari menonton beberapa siaran berita seputaran bisnis minggu ini. "Awas," usir Anna dengan cepat. Adrian mendongak, "mau tidur sekarang?" tanyanya bangkit dari pembaringan. Anna mengangguk, berjalan mengambil bantal dan selimut didalam lemari. "Jangan tidur dulu ya, mas mau ngobrol." pinta Adrian lembut. Anna mendengus sebal, ia meletakan bantal yang dibawanya keatas sofa. "Ngapain? Udah malam, aku ngantuk" tolak Anna halus.Anna malah merebahkan tubuhnya diatas sofa, padahal Adrian masih duduk disana.Adrian melihat ra

  • Dinikahi CEO berstatus Duda   Rujuk?

    Anna duduk di tepi tempat tidur, menatap hujan yang terus menerpa jendela kamar. Suasana di luar yang dingin dan suram mencerminkan perasaannya saat ini. Suara tetesan hujan yang monoton dan gelegar petir membuat suasana hatinya semakin berat. Ia merasa terombang-ambing antara harapan dan ketidakpastian.Hujan ini seolah memberikan penekanan pada kebingungan dan rasa sakit yang ia rasakan. Hujan diluar nampaknya mulai agak mereda, membuat Anna bangkit untuk membuka jendela sekedar untuk menghirup udara pagi ini. Ia harap bau basah tanahnya yang menguar akan mampu menenangkan pikirannya dan berharap Adrian segera pergi dari rumahnya setelah ia menolak untuk bertemu dengannya.Jujur saja, Anna masih merasakan sakit hati atas perbuatan Adrian padanya tapi ia juga merindukananya namun logika Anna kali ini sedang berjalan, ia tidak akan luluh begitu saja saat ibunya bilang jika Adrian tidak memberikan surat yang Anna maksud melainkan Adrian datang ingin memperbaiki hubungan mereka. Jujur s

  • Dinikahi CEO berstatus Duda   Harus Berjuang lebih keras lagi

    Sesubuh ini, hujan deras sudah melanda kota Surabaya. Sesekali petir menyambar bumi, dan Anna kini tengah memanfaatkan keadaan, seusai shalat subuh ia masih setia duduk diatas sejadah dengan menengadah berdoa sebanyak mungkin. Anna percaya, salah satu waktu mustajabnya doa ialah diwaktu hujan turun, dan Anna yakin Allah akan mendengar segala keluh kesah serta doa-doa dirinya.Anna memejamkan matanya, membiarkan suara hujan dan petir mengisi kesunyian sekelilingnya. Dalam kegelapan pagi itu, pikirannya melayang jauh, menelusuri berbagai harapan dan impian yang belum terwujud. Ia berdoa untuk kesehatan orang-orang tercintanya, untuk ketenangan dalam hidupnya, dan untuk petunjuk yang jelas dalam menghadapi jalan hidup yang penuh ketidakpastian, terutama untuk keutuhan rumahtangganya. Anna harap, Adrian tidak sungguh-sungguh dengan perceraian itu. Tak lama setelah ia berdoa, samar-samar ia mendengar bell rumah berbunyi. Entah siapa yang bertamu sepagi ini. Anna membuka matanya perlahan d

  • Dinikahi CEO berstatus Duda   Titik balik dalam gelap

    Setelah kepergian Aruni beberapa menit yang lalu, Adrian masih setia menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya dengan kepala yang menengadah, menatap langit-langit. Ia bingung, apa yang harus ia lakukan sekarang. Ucapan Aruni seperti perintah baginya, namun apakah harus secepat ini? Bahkan Adrian belum memiliki persiapan untuk bertemu dengan Anna beserta mertuanya. Tiba-tiba tubuh Adrian bergidik ngeri saat mengingat wajah ayah mertuanya yang terlihat begitu tegas nan berwibawa. Ia begitu malu, jika harus menghadap Dirgantara malam itu juga. Entahlah, nyali Adrian selalu menciut jika dirinya tau sudah melakukan kesalahan. Ah, memikirkan hal itu membuat kepalanya pening. Lebih baik ia sekarang bergegas pulang, menemui anak-anaknya. Rindu sekali ia bercanda dengan mereka. Ia pun bergegas pulang, mengendarai mobilnya sendiri tanpa ditemani Rama. Sengaja beberapa minggu ini Adrian membiarkan Rama untuk menjaga Aruni, menemani adik kesayangannya itu agar traumanya cepat sembuh. Seper

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status