“Loh, Mas? Kok, balik lagi?” Renjana mengangkat kedua alis heran saat pintu terbuka bukan Endah yang ia dapati, melainkan sang suami.Bumi yang tak menampakkan ekspresi sengaja tak menjawab. Ia melangkah mendekat, langsung mengapit tangan kiri Renjana, lalu menutup pintu. Kemudian dibawanya sang istri menuju sofa.Keanehan yang tengah terjadi sekarang membuat Renjana bertanya-tanya dalam hati. Hal apa yang membuat suaminya sampai kembali lagi? Apakah karena melupakan sesuatu?Renjana yang kini posisinya sudah duduk di sebelah Bumi lantas menoleh. Dalam diam ia tatap sejenak wajah kaku sang suami yang selalu tak bisa ditebak sikapnya itu.“Mas lupa bawa apa? HP? Dompet? Atau ada sesuatu yang mau mas ambil di rumah?” tanya Renjana membuka bicara, tak bisa menahan rasa penasaran.“Saya haus ....” Tanpa menatap sang istri, Bumi menyahut pelan. Ia bersandar, lalu tiba-tiba saja pria itu sudah menanggalkan satu kancing kemeja bagian atas.Meskipun lagi-lagi hanya bisa keheranan, Renjana yan
Pembahasan mereka semalam mengenai Davon, tangan kanan Renjana di toko bunga rupanya jadi perkara cukup serius bagi Bumi.Perasaannya mulai terganggu. Benar-benar tak nyaman dengan kehadiran lelaki remaja itu yang tentu saja berpotensi besar menganggu rumah tangganya dengan Renjana.Sejak mulai mengenali gelagat Davon yang berbeda terhadap Renjana, Bumi sebenarnya sudah bisa menebak jika remaja itu tertarik dengan istrinya.Siapa yang tak akan kepincut jika Renjana saja dasarnya memang cewek friendly. Mudah berbaur dengan orang-orang yang ramah dengannya.Setelah semalam dibuat jengkel setengah mati, pagi ini Bumi kembali harus merasakan hal itu.Sekembalinya dari dapur saat membawa susu Renjana, ia malah mendapati sang istri tengah melakukan video cool yang tentu sudah bisa ditebak pasti dengan Davon.Memangnya siapa lagi coba yang berani menganggu pagi hari Renjana selain remaja itu?Mana respon Renjana juga ceria sekali dan beberapa kali ia tertawa. Bumi mendadak jadi jengkel berka
Renjana sedikitnya merasa lega mendengar Bumi yang cepat tergerak untuk memberikan pengakuan tanpa perlu harus susah payah ia paksa.“Apa pun nanti pengakuan itu, aku nggak bakal marah, Mas. Asal mas udah bener-bener jujur. Jangan pernah coba sembunyiin sesuatu dari aku ... aku yang ada di sini statusnya bukan orang lain bagi mas. Sekecil apa pun itu bakal jadi perkara besar kalau mas mulai nggak jujur dari awal. Apalagi kalau sampai nanti aku malah taunya dari orang lain. Yang kayak gitu sakit dan kecewanya nggak main-main.Aku juga mau ingetin, jangan bohong karena sekali mas bohong, pasti bakal ada kesempatan yang mendorong mas buat bohong lagi dan kelakuan kayak gitu kalau dimaklumi terus bakal jadi hobi,” tutur Renjana bersungguh-sungguh.Mendengar penuturan panjang istrinya yang tumben sekali berbobot itu, jelas Bumi semakin tersentil. Semakin bersalah juga menyesal.Andai saja Bumi tahu dari awal pemikiran Renjana akan secerah ini mungkin ia tak memilih jalan pintas. Bersusah-s
“Ciri-cirinya bagaimana, Ran?” tanya Amaris setelah tadinya hanya diam karena berpikir. Ia penasaran dengan rupa wajah dari sosok yang mau menemuinya itu. Perasaannya juga tiba-tiba dilingkupi oleh keraguan untuk pergi menemui.Selama berada di luar negeri, Amaris memang tak pernah berani menemui orang asing. Biasanya hanya dengan orang-orang yang telah membuat janji lebih dulu saja.Namun, seringnya jika ada janji, Amaris selalu menyarankan agar bertemu di luar, dan kebanyakan dari mereka adalah teman-teman wanitanya saja. Jarang ada pria yang mengajak bertemu.Amaris berlaku seperti itu tentu karena tak ingin orang-orang menyambangi tempat tinggalnya yang tersembunyi.Sengaja ia memilih tempat tinggal yang letaknya susah ditemukan karena selain menghindari didatangi oleh sang mama, Amaris juga menghindari seseorang.Pria yang pernah ada di masa lalu, yang pernah terlibat skandal dengannya.Meskipun pria itu mustahil datang lagi menganggu. Namun, Amaris sebisa mungkin siaga lebih dul
“Mas Sayang, aku pulang!” Lengkingan suara Renjana seketika memenuhi rumah. Kedua matanya berbinar-binar saat sudah berada di dalam, sebuah pertanda jika ada hal yang baru saja membuatnya senang.Perempuan yang usia kandungannya sudah memasuki sembilan bulan itu baru saja pulang dari toko bunga pemberian Bumi yang sudah beberapa bulan belakangan ini di kelolanya bersama orang-orang yang berbesar hati mau membantu.Sejak hamil trimester tiga dan memutuskan untuk cuti kuliah sejenak, Renjana memang sesekali menyibukkan diri di toko bunganya. Hanya sekedar untuk mengusir rasa bosan yang kerap selalu datang tanpa sebab.Sebenarnya sore hari seperti sekarang, Renjana paling malas keluar. Sebab, gerak banyak ia selalu merasa cepat lelah. Makanya sebisa mungkin mulai meminimalisir aktivitas yang menguras tenaga. Namun, karena tadi ada karyawan yang menghubungi, memintanya agar datang, Renjana tentu tak punya alasan menolak.Apalagi jika itu persoalan mengenai pelanggan di toko bunganya.“Mas
Sabtu pagi, Renjana tak ada mata kuliah. Bumi pun turut meliburkan diri, sebab teringat jika Renjana pernah beberapa kali berkata bosan melihat suasana rumah yang terlalu sepi karena mereka hanya tinggal berdua saja.Bumi sudah tak mempekerjakan ART lagi di rumahnya. Ia merasa lebih nyaman jika mereka tinggal berdua.Demi membantu menghilangkan rasa bosan Renjana, ia pun mengajak Renjana pergi ke rumah mamanya. Menginap satu malam di sana. Sebenarnya minggu lalu mereka juga sudah berkunjung, tapi Bumi ingin berkunjung lagi.Rumah Endah memang lagi ramai-ramainya karena adik Bumi yang tinggal di luar daerah kebetulan pulang beberapa minggu lalu.Binar namanya. Wanita beranak satu yang tingkat kecerewetannya di atas rata-rata.Terbukti saat Renjana sudah tiba di sana, ia dan Arsyila, anaknya yang berumur enam tahun paling heboh menyambut.“Aunty, dedek bayinya kira-kira sekarang lagi apa di dalam perut?” tanya Arsyila penasaran saat meletakkan jarinya di perut Renjana.Keduanya kini ber