Share

Apa Syaratnya?

last update Last Updated: 2025-03-04 06:28:35

"Aku pastikan kau akan selamanya mendekam dalam jeruji besi ini, Rico!" Isadora menatap nyalang pria yang hampir saja menjadi suaminya. Beruntung Tuhan masih memberi jalan agar ia bisa melihat wajah asli pria brengsek itu.

"Dan akan kupastikan, kau akan menyesal, Isa!" Rico membalas tak kalah tajam dari balik jeruji.

Isadora hanya menarik tipis kedua sudut bibirnya, kemudian berlalu dari sana. Selesai sudah urusan ia dengan Rico, begitu pun keluarganya. Pesta pernikahan yang sudah siap 50% terpaksa harus batal.

Ah, tidak terpaksa. Sebenarnya sejak awal, Isadora tak pernah sedikitpun mengharapkan pernikahan ini. 

Senyum wanita cantik dengan tubuh yang dibalut dress merah elegan itu terus terpatri selama menuju pintu keluar dari kantor polisi. Tetapi, senyum indahnya seketika pudar kala melihat sesosok pria tampan berdiri di samping mobil miliknya.

"Untuk apa dia di sana?!" geramnya.

Alaric menunggu dengan sabar. Punggungnya ia sandarkan ke mobil milik Isadora. Sudah dibilang, jika harus menunggu seumur hidup pun, ia rela.

"Mau apa kau ke sini?" tanya Isadora ketus. 

Alaric lebih dulu berdiri dengan benar. Melepas kacamata hitam yang sejak tadi bertengger di hidungnya, lalu tanpa aba-aba ia melabuhkan sebuah kecupan di pipi Isadora.

Mata wanita cantik itu membulat seketika. Ia hendak melayangkan tamparan, tetapi tangan Alaric lebih cekatan menahan. 

"Aku datang untuk menemanimu," cetus pria itu yang membuat kening Isadora mengerut.

"Aku lebih suka ditemani sopir daripada pria sepertimu!" tukasnya yang justru di sambut Alaric dengan tawa.

"Oh, aku lupa memberitahu. Sopirmu baru saja pergi. Jadi, aku yang menggantikannya sekarang."

"Apa?"

Isadora tak percaya. Ia mengitari mobil dan coba membuka pintu kemudi, tapi tak bisa. Sopir yang ia minta untuk menunggu, benar-benar tak ada di dalam. 

"Dasar, bodoh! Untuk apa dia mematuhi ucapan seorang Alaric?" geramnya dalam hati.

Pandangan wanita itu kemudian tertuju pada Alaric yang tengah memamerkan kunci mobil miliknya. Tidak ada pilihan lain. Lagi-lagi Isadora harus mengikuti permainan pria gila itu.

***

"Apa maumu?" tanya Isadora to the point, kala ia sudah berada di sebuah kafe bersama Alaric. Dari awal ia sudah menduga jika pria itu tak mungkin langsung membawanya pulang. Bertahun-tahun menjalin kasih, cukup membuat Isadora paham watak keras kepala seorang Alaric.

"Aku ingin membahas tentang ... pertolonganku malam itu."

"Kau perlu uang?" Isadora tersenyum meremehkan. Meski begitu, jantungnya tetap berdegup kencang karena tahu bukan uang yang Alaric perlukan.

Pria itu sudah memiliki kekayaan dan kedudukan sejak dulu. Tidak mungkin masih mengincar uang dengan dalih balasan karena menolong seorang wanita.

Alaric menarik tubuhnya hingga condong ke depan. Dari jarak yang sangat dekat ini, ia bisa melihat mata indah dan hidung mancung Isadora. Jangan lupakan bibir ranumnya yang pernah membuat ia gila.

"Aku ingin lebih dari itu."

"Apa?"

"Menjadikanmu milikku."

Degh!

Dunia Isadora serasa berhenti seketika. Ia menyadarkan punggung pada kursi agar terdapat jarak dengan wajah Alaric. 

"Memilikiku? Bukannya kau sendiri yang dulu melepasku?" Wanita itu tersenyum pedih tanpa mau menatap Alaric. "Aku bukan mainanmu, Alaric!"

"Kau milikku, bukan mainanku!" tegas Alaric. Ia bangkit dari duduknya, lalu pindah di samping Isadora. Kedua tangan kekarnya mengurung tubuh wanita itu.

"Semua yang kulakukan, ada perhitungannya, Dora. Dan kau harus membayarnya dengan menjadi istriku," bisik pria itu yang membuat darah di tubuh Isadora serasa mendidih.

Wajah putih Isadora kini berubah jadi merah, begitupun dengan matanya. Gejolak amarah di dalam tengah meletup-letup, siap untuk meledak kapan saja.

"Aku tahu kau masih mencintaiku, Honey. Maka dari itu, mari kita menikah."

Isadora tak tahan lagi. Dengan sekali gerakan, ia berbalik dan mengacungkan telunjuknya ke depan wajah Alaric. "Dasar, duda gila! Aku tak akan sudi menikah dengan pria pengkhianat sepertimu!"

"Aku bukan pengkhianat, Darling."

"Lalu apa? Oh, kau adalah seorang pengecut. Kau pengecut, Alaric!" 

Dengan emosi yang masih menguasai diri, Isadora bangkit dan menyambar kunci mobil dari atas meja. Kakinya melangkah meninggalkan Alaric yang ternyata tak berniat mengejarnya.

"Syukurlah ...." Isadora bernapas lega ketika tiba di samping mobilnya. "Semoga aku tidak akan pernah bertemu dia lagi!"

Akan tetapi, harapan itu harus pupus kala Isadora membaca sebuah pesan yang masuk ke ponselnya. 

[Kau yakin dengan keputusanmu, Dora? Ingat, publik belum tahu alasan Rico ditahan karena hampir melecehkanmu. Kira-kira, apa tanggapan mereka jika tahu putri satu-satunya Julian Harrison hampir kehilangan kehormatan di tangan tunangannya sendiri?]

Isadora meremas ponselnya kuat. Amarah yang sejak tadi belum tuntas dikeluarkan pun, kini kian bertambah hingga tak bisa lagi ditahan.

"Aarrgh! Alaric sialan!" teriaknya.

Tanpa ia sadari, pria yang membuatnya emosi tengah tersenyum di belakang sana. Alaric benar-benar yakin jika rencananya kali ini akan berhasil. "Aku menunggu keputusan barumu, Sayang."

***

Perkiraan Alaric sama sekali tak meleset. Tepat pukul 8 malam, Isadora mengirim pesan yang meminta ia untuk datang ke kediaman Harrison. Tentu dengan senang hati ia menerima undangan tersebut.

Kini, pria tampan berstatus duda anak 1 itu telah berdiri gagah di depan pintu kediaman keluarga Harrison yang perlahan terbuka. Tatapannya lurus, tak menghiraukan para pelayan yang menyambut di sepanjang jalan menuju ruang tamu. 

"Selamat malam," sapanya pada tiga orang yang sudah berdiri menyambut.

"Selamat malam." Hanya Julian dan Celine yang membalas. Sedangkan Isadora memilih bungkam sembari memalingkan wajahnya.

"Silakan duduk!" Julian mempersilakan.

Alaric mengambil duduk di depan satu keluarga itu. Tak perlu menunggu lama untuk ia mendapat jawaban atas undangan yang diberikan, sebab Julian langsung memaparkan. 

Dengan tegas pria berusia 50 tahun itu berkata, "Saya tidak mau membuat citra keluarga Harrison menjadi buruk di mata publik. Maka dari itu, saya mengizinkan kamu untuk menikahi Isadora. Tapi ... dengan satu syarat."

"Syarat apapun akan saya penuhi, jika itu menyangkut Isadora," respon Alaric cepat. Matanya melirik sejenak pada wanita cantik yang tengah menatapnya nyalang, kemudian kembali fokus pada Julian. "Jadi, apa syaratnya?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dinikahi Duda Cinta Pertamaku   Menjadi Milikku

    Alaric dan Isadora sama-sama terdiam di dalam mobil. Diselimuti hening sejak mereka keluar dari kafe setelah mendengar pengakuan mengejutkan dari Jessica.Sungguh semuanya terasa seperti mimpi. Semua sakit dan dendam yang dilalui Isadora bertahun lamanya, seolah tiada arti. Karena faktanya ia dan Alaric hanya dua manusia yang dipermainkan oleh tangan nakal."Aku sangat bodoh. Jika saja dulu bisa lebih teliti, mungkin kita tidak akan pernah melalui masa pahit itu, Dora," ucap Alaric lirih.Isadora tak menanggapi. Namun, pikirannya tengah kembali tertarik pada saat dalam kafe tadi."Aku ... aku yang dulu menjebak Tuan Alaric agar tidur dengan Nyonya Grace."Hanya satu kalimat, tapi mampu membuat tubuh Alaric dan Isadora seketika membeku. Keduanya menatap Jessica penuh tanda tanya."Bagaimana kau bisa mengenal Grace?" tanya Alaric. Matanya berubah tajam menatap Jessica."Tahan, Tuan. Biarkan Jessica menjelaskan semuanya lebih dulu agar tidak terjadi kesalahpahaman." Frans berusaha melera

  • Dinikahi Duda Cinta Pertamaku   Memutar Otak

    Isadora sungguh bingung. Di satu sisi, ia ingin ikut bersama Alaric untuk menemui Frans juga Jessica. Namun di sisi lain, sulit untuknya pergi bersama pria itu.Belum lama, sang suami mengirim ulang pesan yang ia dapat dari Jessica. Dan tentu, rasa penasaran dan bingung pun seketika menyelimuti hati Isadora."Mommy ....""Ada apa?" Rayden yang melihat sang ibu bersikap aneh sejak tadi pun, tak kuat lagi menahan rasa penasaran.Isadora tersadar. Ia lupa jika di sampingnya masih ada Rayden. Wanita itu segera menggelengkan kepalanya. "Ah, tidak apa-apa, Sayang."Sebenarnya Rayden tidak percaya dengan jawaban Isadora. Namun, bocah tampan itu mengangguk saja."Apakah aku sudah terlalu lama di sini, Mommy?" tanya Rayden. Ia coba mengingat berapa lama waktu yang sudah dihabiskan dalam ruangan itu.Isadora menatap jam dinding sejenak sebelum menjawab, "Emh ... 1 jam, Ray. Kamu sudah 1 jam berada di sini. Memangnya kenapa?"Bocah itu tak lantas menjawab. Ia malah menghela napas kasar sembari m

  • Dinikahi Duda Cinta Pertamaku   Dosa Apa?

    Beberapa hari, tepatnya setelah keluar dari rumah sakit, hobi Isadora hanya menyendiri. Wanita cantik itu akan menghabiskan waktunya di dalam kamar seharian. Duduk di dekat jendela dan menatap langit hingga bosan.Seperti sekarang.Meski telah berjam-jam duduk di atas sofa single yang menghadap langsung ke jendela kamar, rasa bosan itu belum juga datang. Mau tak mau Isadora harus berdiam diri lebih lama.Setelah dunianya direnggut secara paksa, ia benar-benar kehilangan arah. Bahkan melakukan apapun rasanya sudah tak berguna.Memang, sopir truk yang menyebabkan Isadora kecelakaan sedang diproses secara hukum. Namun, itu semua tetap tak bisa mengembalikan statusnya sebagai seorang ibu."Anakku yang malang," gumamnya dengan pandangan menerawang.Tangan wanita yang mengenakan dress sederhana itu mengusap bagian perut. Tempat di mana pernah bersemayam sebuah kehidupan yang akhirnya diambil kembali secara paksa."Apa aku tidak pantas untuk bahagia, Tuhan? Mengapa kau mengambilnya dariku?"

  • Dinikahi Duda Cinta Pertamaku   Sebentar Saja

    Tidak pernah terbesit sedikit pun di hati Alaric jika ia akan benar-benar dipisahkan dari Isadora sejak hari itu. Dunianya kembali hancur. Malah lebih hancur karena kini ia tahu sang istri tidak bersalah.Setelah dipaksa pergi oleh Julian dari rumah sakit, ia langsung pulang ke rumah dan menginterogasi Wienny."Maafkan saya, Tuan. Tapi ... saya terpaksa melakukan itu."Sungguh alasan yang sangat klasik dan tak ingin Alaric dengar sama sekali."Langsung saja. Siapa yang menyuruhmu? Lalu bagaimana kau bisa masuk ke rumahku?" cecar Alaric kala itu.Seketika Wienny tertunduk. Kedua tangannya saling meremas karena gugup. Wajahnya sudah basah oleh air mata sesal karena telah salah memercayai orang.Ya, Grace bilang bahwa ia akan aman. Tidak mungkin semuanya terbongkar. Namun, yang terjadi justru sebaliknya."Jika saya jujur ... apakah Tuan akan melepaskan saya?" tanya wanita itu dengan nada putus asa."Aku tidak memintamu bertanya!" Alaric paling tidak suka dengan orang yang banyak berbicar

  • Dinikahi Duda Cinta Pertamaku   Maafkan Aku ... Dora

    Isadora dan Frans melerai pelukan. Keduanya kompak menoleh ke arah pintu ruangan. Seketika itu juga, jantung Isadora berdegup kencang. Sementara Frans justru tersenyum senang."Syukurlah Jessica berhasil membuat Alaric bisa masuk ke sini," gumamnya dalam hati. Setelah ini, ia harus mengucapkan banyak terima kasih pada Jessica.Alaric masih berdiri dengan tatapan lurus pada Isadora. Percayalah, kedua lututnya begitu bergetar hingga sulit untuk digerakkan."D-Dora ...."Hanya nama itu yang bisa ia sebut di setiap langkah lemahnya. Melihat Alaric yang kian mendekat, segera Frans berdiri dan pergi. Meninggalkan dua manusia itu di dalam ruangan untuk menyelesaikan kesalahpahaman.Langkah Alaric tiba di samping bangsal Isadora. Ditatapnya wajah sang istri yang basah, dan itu sungguh membuat hatinya sakit tak terkira."D-Dora ....""Al ...."Alaric tak mampu menahan lagi. Ia peluk tubuh wanita tercintanya itu. "M-maafkan aku, Dora. Aku yang salah. Maafkan aku ...."Isadora tak mengeluarka

  • Dinikahi Duda Cinta Pertamaku   Menyesal

    Hancur sehancur-hancurnya. Itulah yang dirasakan Alaric sekarang. Pria yang tampak kacau itu hanya bisa terduduk lemas di lantai setelah mengetahui sebuah fakta mengejutkan."Kau tahu? Saat kau mengusir putriku, dia sedang mengandung anakmu! Anakmu, Alaric! Dan kau lihat akibatnya? Sekarang putriku sudah kehilangan calon anaknya!"Kalimat yang diucapkan Julian ratusan menit lalu, masih terdengar menggelegar di telinga Alaric. Rentetan kata demi kata yang membuat hatinya hancur berkeping-keping. "Kenapa kau tidak memberitahuku, Dora? Kenapa kau tidak bilang bahwa sedang mengandung calon anak kita?" gumamnya dengan suara lirih.Alaric menyesal. Sangat ... menyesal. Namun, penyesalan itu sungguh tak ada artinya sekarang. Semuanya sudah terlambat."Aku bersumpah, tidak akan pernah membiarkan putriku kembali, bahkan bertemu dengan pria brengsek sepertimu!" Kalimat yang Julian ucapkan dengan penuh amarah tadi, berhasil membuat Alaric menjadi manusia rapuh. Bagaimana tidak? Di tengah kondi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status