Share

Kau Sangat Berani

last update Last Updated: 2025-03-08 10:51:58

"Kenapa dia bisa berada di sini?" Alaric menatap tajam Isadora yang malah terlihat santai. Wanita itu bangkit dari duduknya dan berdiri tepat di depan Alaric.

"Jangan terlalu keras. Dia adalah putramu, Al. Sudah seharusnya dia berada di sini, kan?" Isadora berkata lembut dengan tangan yang membuka lilitan dasi di leher sang suami.

Diperlakukan lembut oleh sang istri, tak membuat Alaric luluh kali ini. Matanya masih mengamati wajah Isadora. Ia yakin, ada sesuatu yang baru saja terjadi saat ia tak ada.

"Grace menemuimu?"

"Tepat sekali." Isadora mengangguk. Ia telah selesai melepas dasi dan menjauhkan dari leher sang suami. Tangannya menepuk pundak pria itu pelan. "Sudahlah, kita bahas ini nanti. Sekarang kau harus menemaniku membeli semua kebutuhan Rayden."

Alaric mengernyit. Ia mencengkram lengan Isadora yang masih berada di pundaknya. Sedang tatapannya tertuju pada Rayden yang tampak duduk santai di atas sofa. "Kenapa kau harus membeli kebutuhannya? Seluruh biaya hidupnya sudah kuberikan pada Grace setiap bulan!" 

Isadora berdecak. "Kau terlalu banyak bertanya, Al!" ketusnya. Ia melepas cekalan Alaric dengan mudah, lalu menarik tangan pria itu ke dekat jendela, tepat di ujung kamar.

Jika Isadora menganggap dengan cara ini ia akan mampu mengendalikan Alaric dan bercerita dengan tenang tanpa terdengar Rayden, maka dugaan wanita itu salah besar. Di sisi ranjang yang dekat jendela ini, justru Alaric malah mendominasi. Pria itu mengukung tubuh sang istri yang sudah lebih dulu ia sandarkan ke dinding.

"Al, lepas! Jangan gila!" decak Isadora sembari berusaha melepaskan diri dari Alaric. Tetapi, tak berhasil. 

Alaric menarik kedua sudut bibirnya tanpa beban. Sebelah alis pria itu terangkat santai. "Bukankah sejak dulu pun aku sudah gila, Sayang?"

Isadora makin sebal. Ia melirik sedikit pada Rayden yang langsung memalingkan muka kala bersitatap dengannya. Lalu, kembali membawa pandangan pada pria menyebalkan di depannya. "Lepas! Apa kau tak malu oleh putramu?" Ia menatap Alaric tajam.

"Untuk apa aku malu?" Pria itu malah balik bertanya, tetapi tak mendapat tanggapan dari Isadora. "Baiklah. Sekarang ceritakan apa yang terjadi selama aku tak ada, juga ... bagaimana bocah itu bisa masuk ke kamar pengantin kita," ucap Alaric penuh penekanan. Jika Isadora belum mau terus terang juga, maka ia akan memaksa wanita itu membuka mulut dengan caranya.

Isadora menarik napas sejenak, mencoba untuk sabar. "Baiklah. Dengarkan aku, karena tak akan ada pengulangan. Tadi Grace ...." Ia mulai menceritakan pertemuannya dengan Grace. Termasuk permintaan wanita itu agar Alaric dan Isadora merawat Rayden.

Mendengar penjelasan istrinya, sontak saja Alaric murka. Ia memukul dinding cukup keras hingga membuat Isadora dan Rayden terlonjak. "Kenapa kau begitu berani mengambil keputusan ini tanpa memberitahuku lebih dulu?" Alaric menatap Isadora tajam.

"Lalu, kenapa kau harus semarah ini?" Wanita itu balik menyerang. "Rayden adalah darah dagingmu, Al! Kenapa kau tak bisa menerimanya?"

Pria tampan dengan tatapan tajam itu beralih menangkup pipi wanita tercintanya. "Karena tak seharusnya bocah sialan itu lahir dari rahim wanita yang tidak pernah aku cinta!"

Tatapan Isadora berubah kian tajam. Ia tak menyangka jika Alaric sungguh bak iblis gila. Merasa pria itu sudah keterlaluan, ia mengangkat tangan untuk memberinya pelajaran.

Plak!

"Kau sudah keterlaluan, Al! Jika memang kau tak mau mengurus Rayden, biar aku yang mengurusnya!"

***

Matahari begitu terik ketika Isadora dan Rayden keluar dari dalam mobil. Ya, tak ada Alaric yang menemani. Sejak perdebatan tadi, ia langsung meninggalkan hotel bersama Rayden. Kini keduanya mulai menyusuri pusat perbelanjaan terbesar di sana. 

"Emh ... apa yang harus kita cari pertama kali, Ray?"

"I dont know."

Wanita cantik itu sedikit menunduk demi bisa menelisik wajah Rayden. Dari suaranya yang terdengar sedikit parau, ia yakin jika bocah itu tengah tak baik-baik saja. 

"Tidak apa-apa. Kau tak perlu dengarkan apa yang Daddy-mu bilang. Ada Aunty," ucap Isadora dengan seutas senyuman.

Rayden yang semula menunduk pun, perlahan mendongak. Ia tatap mata Isadora lamat-lamat. "Aunty tidak akan seperti Daddy?"

"Tentu," balas Isadora cepat. Wanita itu mengganti posisi jadi berjongkok di depan Rayden. Ia genggam kedua tangan bocah itu. "Aunty akan jadi Mommy yang baik untukmu."

"Promise?"

Isadora mengangguk cepat sembari mengukir senyum yang sangat manis. Ia memeluk tubuh Rayden sejenak agar bocah itu sedikit tenang. Setelah dirasa cukup, keduanya kembali melanjutkan perjalanan.

"Aku ingin membeli sepatu. Boleh, Aunty?" pinta Rayden saat melihat gerai sepatu nan megah di depan sana.

"Tentu. Beli sepatu manapun yang kau mau." Isadora menjawab sembari mengusap lembut puncak kepala bocah itu.

Tanpa keduanya sadari, seorang pria tampan tengah membuntuti sejak tadi. Ia berjalan perlahan dan bersembunyi kala Isadora tiba-tiba menghentikan langkah.

"Sial! Kenapa Dora-ku malah lebih perhatian pada bocah sialan itu?!" geramnya dalam hati. 

Kaki Alaric terus melangkah hati-hati. Ia ikut menyusul masuk ke dalam gerai sepatu yang dikunjungi sang istri, berpura-pura menjadi pembeli.

Mata tajam Alaric mengamati setiap gerak-gerik Isadora dari jarak aman. Ketika wanita itu menoleh, segera ia menurunkan topi lebarnya agak tak ketahuan.

"Apa dia bisa merasakan keberadaanku? Oh, Sayang ... kau memang benar-benar manis meski kadang menyebalkan," gumamnya dalam hati. Ia tersenyum menatap punggung Isadora yang setengah membungkuk. Akan tetapi, senyuman itu seketika pudar kala seorang pria yang tak ia kenal menghampiri Isadora.

Tak cukup sampai di situ, pria tersebut tampak memeluk Isadora sejenak. Tentu saja hal itu membuat amarah Alaric memuncak hingga ke kepala. 

Tanpa menunggu lagi, Alaric melangkah cepat menghampiri sang istri. Isadora yang tiba-tiba mendapati kehadiran sang suami pun sontak terkejut bukan main.

"Al?" Mata wanita itu membola menatap Alaric.

Alaric tak memedulikan keterkejutan Isadora. Fokusnya adalah pada pria lancang yang malah terlihat berdiri santai di samping istrinya. Tanpa aba-aba, ia mengepalkan tangan dan langsung memberi pria tersebut sebuah bogeman.

Bugh!

"Al!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dinikahi Duda Cinta Pertamaku   Menjadi Milikku

    Alaric dan Isadora sama-sama terdiam di dalam mobil. Diselimuti hening sejak mereka keluar dari kafe setelah mendengar pengakuan mengejutkan dari Jessica.Sungguh semuanya terasa seperti mimpi. Semua sakit dan dendam yang dilalui Isadora bertahun lamanya, seolah tiada arti. Karena faktanya ia dan Alaric hanya dua manusia yang dipermainkan oleh tangan nakal."Aku sangat bodoh. Jika saja dulu bisa lebih teliti, mungkin kita tidak akan pernah melalui masa pahit itu, Dora," ucap Alaric lirih.Isadora tak menanggapi. Namun, pikirannya tengah kembali tertarik pada saat dalam kafe tadi."Aku ... aku yang dulu menjebak Tuan Alaric agar tidur dengan Nyonya Grace."Hanya satu kalimat, tapi mampu membuat tubuh Alaric dan Isadora seketika membeku. Keduanya menatap Jessica penuh tanda tanya."Bagaimana kau bisa mengenal Grace?" tanya Alaric. Matanya berubah tajam menatap Jessica."Tahan, Tuan. Biarkan Jessica menjelaskan semuanya lebih dulu agar tidak terjadi kesalahpahaman." Frans berusaha melera

  • Dinikahi Duda Cinta Pertamaku   Memutar Otak

    Isadora sungguh bingung. Di satu sisi, ia ingin ikut bersama Alaric untuk menemui Frans juga Jessica. Namun di sisi lain, sulit untuknya pergi bersama pria itu.Belum lama, sang suami mengirim ulang pesan yang ia dapat dari Jessica. Dan tentu, rasa penasaran dan bingung pun seketika menyelimuti hati Isadora."Mommy ....""Ada apa?" Rayden yang melihat sang ibu bersikap aneh sejak tadi pun, tak kuat lagi menahan rasa penasaran.Isadora tersadar. Ia lupa jika di sampingnya masih ada Rayden. Wanita itu segera menggelengkan kepalanya. "Ah, tidak apa-apa, Sayang."Sebenarnya Rayden tidak percaya dengan jawaban Isadora. Namun, bocah tampan itu mengangguk saja."Apakah aku sudah terlalu lama di sini, Mommy?" tanya Rayden. Ia coba mengingat berapa lama waktu yang sudah dihabiskan dalam ruangan itu.Isadora menatap jam dinding sejenak sebelum menjawab, "Emh ... 1 jam, Ray. Kamu sudah 1 jam berada di sini. Memangnya kenapa?"Bocah itu tak lantas menjawab. Ia malah menghela napas kasar sembari m

  • Dinikahi Duda Cinta Pertamaku   Dosa Apa?

    Beberapa hari, tepatnya setelah keluar dari rumah sakit, hobi Isadora hanya menyendiri. Wanita cantik itu akan menghabiskan waktunya di dalam kamar seharian. Duduk di dekat jendela dan menatap langit hingga bosan.Seperti sekarang.Meski telah berjam-jam duduk di atas sofa single yang menghadap langsung ke jendela kamar, rasa bosan itu belum juga datang. Mau tak mau Isadora harus berdiam diri lebih lama.Setelah dunianya direnggut secara paksa, ia benar-benar kehilangan arah. Bahkan melakukan apapun rasanya sudah tak berguna.Memang, sopir truk yang menyebabkan Isadora kecelakaan sedang diproses secara hukum. Namun, itu semua tetap tak bisa mengembalikan statusnya sebagai seorang ibu."Anakku yang malang," gumamnya dengan pandangan menerawang.Tangan wanita yang mengenakan dress sederhana itu mengusap bagian perut. Tempat di mana pernah bersemayam sebuah kehidupan yang akhirnya diambil kembali secara paksa."Apa aku tidak pantas untuk bahagia, Tuhan? Mengapa kau mengambilnya dariku?"

  • Dinikahi Duda Cinta Pertamaku   Sebentar Saja

    Tidak pernah terbesit sedikit pun di hati Alaric jika ia akan benar-benar dipisahkan dari Isadora sejak hari itu. Dunianya kembali hancur. Malah lebih hancur karena kini ia tahu sang istri tidak bersalah.Setelah dipaksa pergi oleh Julian dari rumah sakit, ia langsung pulang ke rumah dan menginterogasi Wienny."Maafkan saya, Tuan. Tapi ... saya terpaksa melakukan itu."Sungguh alasan yang sangat klasik dan tak ingin Alaric dengar sama sekali."Langsung saja. Siapa yang menyuruhmu? Lalu bagaimana kau bisa masuk ke rumahku?" cecar Alaric kala itu.Seketika Wienny tertunduk. Kedua tangannya saling meremas karena gugup. Wajahnya sudah basah oleh air mata sesal karena telah salah memercayai orang.Ya, Grace bilang bahwa ia akan aman. Tidak mungkin semuanya terbongkar. Namun, yang terjadi justru sebaliknya."Jika saya jujur ... apakah Tuan akan melepaskan saya?" tanya wanita itu dengan nada putus asa."Aku tidak memintamu bertanya!" Alaric paling tidak suka dengan orang yang banyak berbicar

  • Dinikahi Duda Cinta Pertamaku   Maafkan Aku ... Dora

    Isadora dan Frans melerai pelukan. Keduanya kompak menoleh ke arah pintu ruangan. Seketika itu juga, jantung Isadora berdegup kencang. Sementara Frans justru tersenyum senang."Syukurlah Jessica berhasil membuat Alaric bisa masuk ke sini," gumamnya dalam hati. Setelah ini, ia harus mengucapkan banyak terima kasih pada Jessica.Alaric masih berdiri dengan tatapan lurus pada Isadora. Percayalah, kedua lututnya begitu bergetar hingga sulit untuk digerakkan."D-Dora ...."Hanya nama itu yang bisa ia sebut di setiap langkah lemahnya. Melihat Alaric yang kian mendekat, segera Frans berdiri dan pergi. Meninggalkan dua manusia itu di dalam ruangan untuk menyelesaikan kesalahpahaman.Langkah Alaric tiba di samping bangsal Isadora. Ditatapnya wajah sang istri yang basah, dan itu sungguh membuat hatinya sakit tak terkira."D-Dora ....""Al ...."Alaric tak mampu menahan lagi. Ia peluk tubuh wanita tercintanya itu. "M-maafkan aku, Dora. Aku yang salah. Maafkan aku ...."Isadora tak mengeluarka

  • Dinikahi Duda Cinta Pertamaku   Menyesal

    Hancur sehancur-hancurnya. Itulah yang dirasakan Alaric sekarang. Pria yang tampak kacau itu hanya bisa terduduk lemas di lantai setelah mengetahui sebuah fakta mengejutkan."Kau tahu? Saat kau mengusir putriku, dia sedang mengandung anakmu! Anakmu, Alaric! Dan kau lihat akibatnya? Sekarang putriku sudah kehilangan calon anaknya!"Kalimat yang diucapkan Julian ratusan menit lalu, masih terdengar menggelegar di telinga Alaric. Rentetan kata demi kata yang membuat hatinya hancur berkeping-keping. "Kenapa kau tidak memberitahuku, Dora? Kenapa kau tidak bilang bahwa sedang mengandung calon anak kita?" gumamnya dengan suara lirih.Alaric menyesal. Sangat ... menyesal. Namun, penyesalan itu sungguh tak ada artinya sekarang. Semuanya sudah terlambat."Aku bersumpah, tidak akan pernah membiarkan putriku kembali, bahkan bertemu dengan pria brengsek sepertimu!" Kalimat yang Julian ucapkan dengan penuh amarah tadi, berhasil membuat Alaric menjadi manusia rapuh. Bagaimana tidak? Di tengah kondi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status