Share

Tingkah Nakal Halwa

Author: Arrafina
last update Last Updated: 2023-05-05 18:59:23

Apakah kau belum bersedia memaafkanku?" tanya Izzan menoleh ke arahnya.

"Aku sudah memaafkanmu, jadi lebih baik kau menjauh dari kami," jawabnya sedikit ketus.

"Sepertinya aku tidak bisa melakukan itu karena kau..." Izzan menjeda kalimatnya ketika mendengar sang kekasih memanggilnya.

Melihat dokter Halwa mendekati mereka maka itu kesempatan bagi Inayah untuk menjauhi Izzan, perempuan itu langsung melangkah masuk.

"I'm sorry dear, aku tak bisa menepati janji," tandas Halwa seraya memohon maaf.

Sebagai permohanan maafnya, maka gadis cantik berambut panjang itu langsung menggandeng sang kekasih untuk pergi dari rumah sakit, "Jujur saja aku sangat bosan sekali karena harus menangani banyak pasien malam ini," gumamnya sambil bergelayut manja di pundak Izzan.

"Itulah tugasmu sebagai dokter, Wa. Jadi kau tak perlu protes."

"Iya, sayang, malam ini kita makan malam di apartemenku saja, bagaimana?" tanya Halwa menoleh ke arah Izzan.

"Terserah kau saja, tapi sepertinya aku tak akan menginap karena besok akan ada pertemuan di sekolahku," jawabnya sambil membukakan pintu mobil untuk Halwa.

Halwa menganggukkan kepalanya bertanda setuju, meski terkadang Izzan menginap di apartemen kekasihnya namun sebagai cucu dari Al Fattah Shidiq, dia tahu batasan-batasan yang tak akan merugikan Halwa.

Hubungan keluarga Halwa dan Izzan memang sudah dekat sejak dulu. Setiba di apartemen, Halwa membuka pintu apaetemen dan mempersilahkan sang kekasih untuk masuk ke dalam.

"Kok sepi?! Kenapa Tante Hilda?" tanya Izzan kepada Halwa.

"Mama sedang pergi ke luar negeri beberapa hari untuk mengurus bisnisnya," jawab Halwa sambil menyodorkan segelass air putih kepada kekasihnya.

"Kau tunggulah di sini, aku akan memasak makanan yang enak untukmu."

Izzan hanya mengangguk pelan, menghempaskan pantatnya di sofa sambil menatap layar ponselnya. Untuk sesaat kemudian, Izzan menghela napas beratnya, "Maafkan aku, Kak? Aku belum bisa menyampaikan pesanmu kepada perempuan itu."

Pria tampan itu menggeser layar ponselnya dengan pelan menatap sebuah foto seorang pria yang tampan, matanya tiba-tiba saja berlinang melihat foto tersebut.

"Makanan sudah siap, ayo ke dapur sekarang, Zan." Halwa berteriak memanggil Izzan namun pria itu tak juga menghampirinya hingga membuat Halwa nampak heran apakah kekasihnya itu tertidur sehingga dia pun memeriksanya.

"Zan, ayo kita makan," ajaknya memanggil Izzan namun pria itu tak juga meresponnya hingga membuat Halwa mulai kesal dan berteriak. "Izzan.."

"Oh, ada apa, Wa?" ucap Izzan menoleh ke arah kekasihnya.

"Apa sih yang kau pikirkan hingga kau tak mendengar panggilanku?" tanya Halwa kesal.

"Aku hanya merindukan Kakakku," jawabnya beranjak dari duduknnya.

Mendengar Izzan menyebut kakak membuat Halwa paham betul siapa orang yang dirindukan oleh kekasihnya itu. "Aku paham tapi kau juga harus melanjutkan hidupmu, tidak baik bukan berlarut dalam kesedihan."

"Mari kita makan," ajnya smabil menarik tangan Izzan.

Gadis cantik itu mendudukkan Izzan di kursi makan seraya meletakkan sebuah piring di mejanya, "Apakah sudah cukup?" tanya Halwa melirik Izzan yang sedang menumpahkan nasi ke piring.

"Cukup, aku tidak ingin menjadi gendut nantinya," gurau Izzan tersenyum.

Suasana nampak senyap ketika mereka berdua melahap makan malam tersebut, sudah etrbiasa di dalam dua keluarga itu tak boleh makan sambil berbicara, setelahnya barulah Izzan bangun dari duduknya namun tangan Halwa menghentikannya.

"Zan, apakah kau akan serius dengan hubungan kita ini?" tanya gadis itu sangat penasaran.

"Tentu saja, mana mungkin aku tidak serius padamu."

"Kalau begitu..." Halwa beranjak dari duduknya dan langsung mendekati kekasihnya sembari menghempaskan pantatnya duduk dipangkuan Izzan.

Sontak saja hal itu membuat Izzan langsung bangun dan mendorong tubuh Halwa. "Apa-apaan kau, Wa?" ucapnya menaikkan sedikit ritme nada suaranya.

"Bukankah sebentar lagi aku akan menjadi istrimu jadi sangat wajar bukan bila aku bermanja padamu."

"Hubungan kita ini masih sekadar sepasang kekasih dan aku tidak mau menodai cinta kita ini," jawabnya ketus.

Melihat Izzan hendak membalikkan tubuhnya membuat Halwa spontan menarik tangannya. "Kau mau ke mana, Zan? Aku masih ingin berdua denganmu."

"Maaf, Wa. Sebaiknya aku pulang saja, terima kasih untuk makan malamnya."

Halwa berlari melihaat Izzan begitu cepat berjalan, menghadang langkahnya sambil bertanya sesuatu hal, "Apakah kau kecewa padaku, Zan?"

"Sepertinya aku tak perlu menjawabnya karena kau sudah tahu pasti jawabannya namun harus kau ingat satu hal, jika sikapmu begini terus maka jangan salahkan aku bila aku akan menjaga jarak denganmu."

"Tapi, Zan. Aku ing--" Belum menyelesaikan kaa-katanya, Izzan langsung menutup pintu apartemen dengan kasar.

Halwa menarik napas kasarnya, sejujurnya hal itu dia lakukan karena dia merasa cemburu dengan perlakuan Izzan kepada Inayah, dia tidak rela bila Izzan berpaling darinya karena seorang janda beranak satu itu.

"Aku tidak bisa tinggal diam bila kau terus berdekatan dnegan Inayah itu."

Sementara Izzan yang tengah duduk di dalam mobil memukul setir mobilnya, dia tidak menyangka bila Halwa akan melakukan hal serendah itu. "Kenapa Halwa berubah sejak berada di sini?" tanyanya dalam hati.

Meski bukan gadis yang begitu alim namun Izzan tahu betul bahwa Halwa adalah gadis yang baik dan selalu saja sopan. Dia mengenal Halwa itu bukan satu atau dua tahun. Bahkan mereka saling mengenal puluhan tahun jadi hal ini sungguh membuat Izzan sangat heran dengan sikap gadis itu.

Melajukan mobilnya menuju jalan pulang, Al Fattah terlihat tengah berdiri di depan pintu seraya mondar-mandir. Izzan tahu betul bahwa sang kakek sedang menunggunya. Mwndengar suara mobil si pria paruh baya itu berdehaam keras dan melontarkan banyak pertanyaan kepada Izzan.

"Kau dari mana saja? Jam segini baru pulang," tanya sang kakek nampak khawatir.

"Aku dari rumah sakit menjenguk Athar lalu makan malam bersama Halwa, Kek." Izzann selalu berkata jujur kepada sang kakek karena beliau yang mengajarinya sejak kecil.

"Tidak baik makan malam berdua sampai larut malam seperti ini," ucapnya mengingatkan.

"Iya, Kek. Aku paham."

Izzan hendak masuk ke dalam namun langkahnya terhenti ketika mendengar kakeknya bertanya tentang kondisi Athar.

"Alhamdulillah anak itu sudah siuman, Kek."

"Syukurlah kalau begitu, jadi kau tak perlu mendekam di penjara karena hal itu."

"Meski aku tidak mendekam di penjara namun aku akan tetap bertanggung jawab kepada Athar dan Inayah, Kek."

Sontak saja kalimat yang teerlontar dari mulut cucunya itu membuat Al Fattah Shidiq bertanya, "Bertanggung jawab? Maksudnya?"

"Aku akan membantu mereka sampai Athar dinyatakan benar-benar sembuh."

Pria paruh baya itu bernapas lega setelah mendengar jawaban cucunya sambil mengelus dadanya karena dia telah berpikir yang tidak-tidak. Hal itu tersorot oleh Izzan hingga dia pun bertanya, "Memangnya apa yang Kakek pikirkan?"

"Kakek pikir kau akan menikahi perempuan itu."

"Jika itu memang diperlukan maka akan aku lakukan," jawabnya membuat si kakek terbelalak kaget.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dinikahi Guru Tampan Putraku   Akhir Yang Bahagia (End)

    Izzan mengusap wajahnya dengan frustrasi. “Halwa, apakah kau sudah kehilangan akal sehatmu?” tanya Izzan kalut.“Pilihanmu hanya satu, Zan. Kembali padaku atau aku akan mendorong Inayah,” jawab Halwa yang sudah kesetanan.Di saat yang sama, Jody dan Aldi sampai di jembatan itu. Mereka sengaja memarkirkan mobilnya agak jauh dari jembatan supaya tidak ada yang tahu tentang kedatangan mereka.“Astaga, apa yang sedang Halwa lakukan?” gumam Aldi sambil membelalakkan matanya.Posisi Halwa yang membelakangi Aldi dan Jody membuat mereka kesulitan untuk memahami apa yang terjadi. Hingga akhirnya mereka mendengar ancaman demi ancaman yang terlontar dari bibir tipis Halwa.“Kita harus menyelamatkan Inayah dari sana sebelum Halwa mendorongnya,” ucap Jody lirih supaya Halwa tidak mendengar.“Bagaimana caranya? Apakah kau tidak melihat jika Halwa mengikat Inayah di jembatan?” gerutu Aldi cemas.“Pasti ada caranya, Al. Selalu ada cara untuk menyelamatkan seseorang,” balas Jody dengan yakin.Sementa

  • Dinikahi Guru Tampan Putraku   Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

    "Apa kau mendengar suara itu, Al?" tanya Alita ingin tahu."Iya, sepertinya suara itu berasal dari ruangan ini." Aldi menyentuh knop pintu dan ternyata pintunya terkunci. Pria brewok itu mencoba mengetuk pintu sambil bertanya, "Ada siapa di dalam?" Merasa tidak ada jawaban, dua orang itu pun memutar balik namun baru dua langkah memutar balik tiba-tiba terdengar kembali suara orang meminta tolong, dengan sigap Aldi langsung mengetuk pintu itu kembali dan bertanya, "Halo Ada siapa di dalam?" tanya Aldi ingin memastikan."Tolong!!" Terdengar ada jawaban yang meminta tolong akhirnya Aldi bergegas mendobrak pintu tersebut dan alangkah terkejutnya dua orang itu ketika mendapati Al Fattah Shidiq sedang tergeletak di anak tangga bagian bawah dengan posisi kursi roda menimpa tubuhnya."Astagfirullah, Kakek. Bagaimana bisa ini terjadi di mana Izzan dan Inayah?" tanya Alita dan Aldi bersamaan. Aldi dan Alita membantu pria tua itu untuk duduk kembali di atas kursi rodanya, "Izzan edang me

  • Dinikahi Guru Tampan Putraku   Tipu Daya Daniel

    Dan segerombolan pria berseragam datang sembari menyodorkan sebuah pistol ke arah pria tadi. "Borgol dia sekarang," titah pria itu melirik dua orang pria di belakangnya."Kalian tidak akan bisa menangkapku!" serunya masih mengenakan sebuah masker yang menutupi wajahnya."Apa kau masih bermimpi?! Lekas bangun dari ilusimu karena kami sudah menangkapmu sekarang!" jawab seorang pria yang kini sedang berada di daun pintu dengan napas yang ngos-ngosan."Jody," sebut Izzan pelan. Inayah meminta Alita untuk mendekat ke arah Izzan, "Apa kau baik-baik saja, Zan?" tanya Inayah nampak khawatir."Apa kau mulai mengkhawatirkanku?" tanyanya dengan alis terangkat."Tentu saja, kau terluka seperti ini karena melindungiku dan kakek." Inayah menyentuh jemari Izzan dan membawanya untuk segera duduk di atas sofa, melirik sahabatnya untuk ikut membantu maka Alita pun langsung bergegas cepat. "Aku akan memanggil perawat," ucap Alita mengerti bahwa Inayah tidak ingin sampai terlambat mengobati Izzan.

  • Dinikahi Guru Tampan Putraku   Terjadi Perkelahian

    Inayah sontak tertegun, jujur saja dia bingung untuk menjawab apa. Mengingat bagaimana Irsyad dulu pernah ditolak oleh kedua orang tuanya ketika ingin melamar Inayah. "Atas nama orang tuaku, aku memohon maaf.""Maaf untuk apa, Nay?" tanya pria tua itu tak mengerti."Mungkin penolakan orang tuaku beberapa tahun lalu telah menyakiti hati Kakek." Inayah tertunduk malu dan merasa bersalah, jika saja ibunya tidak menulis surat mana mungkin dia bisa tahu bahwa Irsyad pernah berbicara kepada orang tuanya perihal ingin melamar Inayah."Oh, masalah itu Kakek juga tidak terlalu ingat namun waktu itu Irsyad melarang Kakek untuk menemui orang tuamu." Izzan yang ada di ruangan tersebut sontak menatap Inayah, "Apa maksud ucapanmu itu, Nay?" tanya Izzan sangat penasaran, bukankah selama ini yang Izzan tahu bahwa kak Irsyad belum sempat untuk meminangnya, meski dia sudah menyiapkan semua perlengkapan lamaran."Jangan bilang kalau..." Izzan menelisik tajam ke arah Inayah. Seolah dia bisa menebak

  • Dinikahi Guru Tampan Putraku   Ingin Meminang Inayah

    "Jalan satu-satunya adalah membawa beliau pergi ke Singapura untuk pengobatan." Dokter hanya berkata seperti itu namun hal tersebut sungguh sangat membubat Izzan bingung."Akan aku usahan, Dok." Izzan mengangguk pelan ndan akan berusaha untuk membujuk kakeknya agar mau melakukan pengobatan. Pria tampan itu kembali masuk ke dalam ruangana tersebut sambil melirik Al Fattah Shidiq yang nampak sangat akrab sekali dengan Inayah, membuat pria itu nampak tersenyum tipis. "Apakah Kakek sudah merasa baikan?" tanya Izzan melirik kakeknya."Alhamdulillah, lumayan membaik, Zan. Bisakah kau bawa Kakek pulang ke rumah?" ucapnya menoleh ke arah cucunya."Kakek kenapa mau pulang? Kondisi Kakek belum membaik sepenuhnya," imbuh Izzan menolak dengan pelan. Pria berlesung pipi itu mencoba untuk menjelaskan bahwa kakeknya harus dirawat di rumah sakit sampai tubuhnya sudah membaik. Izzan habis kata-kata meliha Al Fattah Shidiq selalu saja menolak dan bersikukuh untuk pulang. Melihat Izzan yang t

  • Dinikahi Guru Tampan Putraku   Cerita Yang Sebenarnya

    "Bisakah kau berhenti membekapku?" ketus Alita tak senang. Gadis cantik itu menoleh ke arah Aldi sambil bertanya, "Memangnya apa yang terjadi?" Aldi mengedarkan sepasang bola matanya melihat ke penjuru arah lalu berjalan mendekati Alita, menarik tangan gadis itu untuk mendekatinya sambil berbisik dan mengatakan kejadian yang terjadi dan penyebab Inayah terluka."Apa? Dasara gadis licik!" ketusnya tak senang."Maka dari itu, sebelum Izzan pulang kita harus menjaga mereka dengan baik. Perhatikan dokter dan perawat yang masuk," imbuh Aldi mengingatkan Alita."Kau tenang saja ku paling ahli dalam memeriksa orang, memangnya Izan pergi ke mana?" tanya Alita ingin tahu."Izzan pergi memeriksa perusahaan I2 Group, ada sedikit masalah yang mendadak jadi dia pergi ke sana. Bila ada Izzan maka hal ini tidak akan terjadi, andai saja aku tidak menerima telpon maka hal seperti ini tak akan terjadi," tandasnya penuh sesal dan merasa bersalah. Alita menghela napas beratnya, dia tidak pernah t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status