Share

Perkataan Konyol Ibu Intan

Mendengar itu Inayah membulatkan matanya dengan sempurna, dia tidak menyangka bila pak guru itu akan berkata seperti itu hingga membuat Inayah bingung untuk menjawab, "Aku rasa aku tak perlu berkata dua kali padamu," kilahnya melirik sinis ke arah Izzan.

Namun, sebagai pria yang penuh tanggung jawab Izzzan berusaha menghentikan langkah Inayah. "Aku tak akan lupa tanggung jawabku jadi aku harap kau mau mengijinkanku bertemu dengan Izzan, mau bagaimana pun dia itu adalah muriku di sekolah."

Inayah menghela napas kasarnya, dia tak tahu lagi apaa yang harus dia katakan agar Izzan mau mengerti karena pria itu sudah pasti sangat keras kepala, meskipun beberapa kali dia mengusuir Izzan. Dia selalu saja datang mengunjungi Athar, "Terserah kau saja."

Melihat hal itu Halwa yang baru saja keluar dari ruang rawat anak berjalan menghampiri Izzan, "Zan, bolehkah kita bicara sebentar?" tanyanya menatap sang kekasih.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" ucap Izzan balik bertanya.

"Mengapa kau begitu perhatian sekali pada perempuan itu? Bukankah tindakanmu ini melebihi batas," sindirnya mengingatkan sang kekasih.

"Kau salah paham, Wa. Aku hanya menunjukkan rasa tanggung jawabku saja sebagai tersangka." Izzan menoleh ke arah Halwa seraya menatap kekasihnya begitu lekat, "Aa kau cemburu ya?" tebaknya tersenyum tipis.

"Tentu saja aku cemburu karena perlakuanmu itu akan membuat si perempuan itu salah paham nantinya."

"Kau terlalu berlebihan, Wa. Kau adalah satu-satunya kekasihku kok." Izzan menyentuh jemari Halwa sambil menggandeng sang kekasih untuk ke taman rumah sakit.

Di situ Izzan menjelaskan dan meminta waktu kepada kekasihnya agar Halwa memakluminya keadaaannya saat ini. "Mungkin untuk satu bulan ini kita akan jaranag jalan bersama atau makan bersama, tetapi aku melakukan itu karena aku ingin fokus dengan kesembuhan Athar, mau bagaimanapun anak itu adalah muridku."

Izzan menoleh ke arah Halwa yang tengah termenung sambil menyentuh jemarinya, pria itu berkata, "Aku harap kau memaklumi ini, Wa."

"Jujur saja, aku tidak ingin kau terlalu memerdulikan ibunya Athar. Sebagai kekasihmu sangat pantas bukan bila aku cemburu padanya namun aku tak bisa mealrang kau untuk membantu kesembuhan anak itu."

"Aku tahu kau adalah perempuan yang baik sekaligus dokter anak terbest deh," guraunya tersenyum kecil.

"Bagaimana kalau malam ini kita makan bersama di restoran langganan kita?"

"Malam ini?! Baiklah," jawab Izzan mengangguk setuju.

Betapa bahagianya Halwa saat itu, tetapi siapa sangka rencana mereka harus gagal karena Halwa yang disuruh lembur malam itu. Sementara Izzan yang sudah lama menunggu Halwa dan dapat kabar itu pun merasa jengah, sejak tadi dia duduk di depan ruangan tunggu guna menunggu sang kekasih.

Terlanjur ada di rumah sakit, Izzan teringat dengan Athar dan berniat untuk menjenguk anak itu. Berdiri tepat di depan pintu ruang rawat anak kecil itu, hanya mengintip dari jendela kaca dan memastikan bahwa Athar bik-baik saja.

"Lho kenapa diluar, ayo masuk," tawar seorang perempuan itu menatap Izzan.

Seingatnya itu adalah ibunya Inayah, "Tidak, Bu. Aku tidak ingin menganggu Inayah," jawabnya menolak karena teringat dengan kata-kata ibunya Athar.

"Tidak apa-apa, ayo masuk," ajak si ibu seraya menarik tangan Izzan.

Mendengar pintu berderit Inayah menoleh ke arah pintu sambil mengernyitkan dahinya ketika medapati sang ibu bersama dengan pria yang enggan untuk ditemuinya. "Bu, kok bisa bersama Izzan?" tanya Inayah heran.

"Tadi Nak Izzan ada di depan pintu jadi Ibu menyuruhnya masuk," jawab ibu Intan sembari menoleh ke arah Izzan dan mempersilahkannya duduk.

"Terima kasih, Bu." Izzan membungkukkan badannya kepada Intan seraya hormat kepada Intan.

Sementara Athar yang baru saja membuka matanya menatap Izzan begitu bahagia, "Pak Guru," sapanya tersenyum.

"Iya, Bapak datang ke sini ingin melihat keadaan iron man di sekolah sudah sehat apa belum ya?" guraunya melirik Athar.

"Pak Guru tenang saja, Iron man sebentar lagi akan sembuh kok," jawabnya begitu bersemangat.

Inayah berjalan mendekati Athar sambil membawa sepiring nasi, "Ayo sayang makan dulu yuuk," bujuk Inayah kepada anaknya.

"Athar tidak mau makan, Bu. Athar kenyang."

Nampak jelas sekali bahwa Athar tak mau makan, dengan susah payah Inayah membujuknya namun sang putera masih tetap bersikukuh untuk tidak mau makan.

Izzan yang melihat itu pun mulai berinisiatif, dia menyambar piring yang dipegang Inayah, "Athar, anak yang sholeh 'kan? Tidak ingin Ibunya sedih 'kan? Pak Guru yakin deh kalau Atahr makan maka iron bisa cepet sembuh."

Berbagai bujukan dilakukan oleh Izzan, dia berusaha untuk membuat muridnya itu makan karena Athar harus minum obat, meski sudah sadar namun kondisinya masih begitu lemah.

"Pak Guru sangat senang sekali kalau iron man Atharr mau makan dan besok Pak Guru janji akan membelikan Atahar mainan kalau Athar mau makan."

"Beneran Pak Guru mau membelikan Atahr mainan?"

"Iya, dong. Pak Guru janji."

Akhirnya dengan bujukan seperti itu, Athar mau makan dan disuapi oleh Izzan. Melihat dua orang itu nampak begitu akrab membuat ibu Intan tersenyum tipis, "Kau lihat Inayah, Izzan itu adalah pria yang baik dan juga bertanggung jawab," ucap Intan mengingatkan puterinya.

"Tentu saja dia harus bertanggung jawab karena ini merupakan tanggung jawabnya." Inayah menjawab ketus, dia benar-benar tak suka dengan Izzann namun ada sesuatu hal yang aneh dari Athar.

Selama ini sudah cukup banyak pria yang mau mendekati Inayah namun tak sedikitpun Athar akrab seperti itu, jangankan mau berbicara, menyapa saja dia enggan.

"Kau lihat Nyah. Baru kali ini Athar akrab sama seseorang," ungkap ibu Intan berbisik pelan.

"Itu pasti karrena Izzan adalah gurunya," jawab Inayah ketus.

Ibu Intan tersenyum kecil mendengarkan jawaban Inayah, dia tahu bahwa ibunya Atharr itu membenci Izzan namun berbandingtebalik dengan Intan. Sejak pertma ki bertemu pria itu, beliau sangat menyukai Izzan. Dia yakin sekali bahwa Izzan itu pria yang baik.

Setelah menyuapi Athar makan, Izzan juga membujuk anak itu untuk meminum obat. Menemani Athar sambil menceritakan sebuah cerita dan tak lama Athar pun tertidur. Beranjak dari duduknya Izzan berpamitan karena dia rasa tugasnya sudah selesai.

Ketika hendak berpamitan, Izzan dibuat terkejut ketika ibu Intan mengatakan sesuatu hal, "Kau sudah sangat pantas sekali menjadi ayahnya Athar."

Izzan dan Inayah terkejut mendengar itu, dengan spontan Inayah protes. "Apa yang Ibu katakan? Athar tak akan memiliki ayah."

"Lagian Pak Guru juga sudah memiliki kekasih kok, iya 'kan, Pak." Inayah menoleh ke arah Izzan agar pria itu menganggukkan kepalanya.

Pria tampan itu pun menganggukkan kepalanya, melihat Inayah yang bergegas menarik tangannya membuat Izzan mulai heran. "Apa yang Ibu katakan tadi jangan dimasukkan hati ya? Lagian aku sudah pernah bilang kau tak usah menjenguk Athar lagi."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status