Part ini Author sedih banget...
Menghabiskan pagi bersama Kaisar membuat perasaan Arcelia jauh lebih ringan. Beban di dadanya perlahan menguap, tergantikan oleh kehangatan yang ia rasakan di sisi suaminya.Pagi ini bahkan burung-burung istana ikut bernyanyi riang, seakan merayakan senyum mengembang dari Ratu Iblis.“Makanlah yang banyak,” ujar Azrael sambil menyuapkan buah ke piring Arcelia. “Kemarin aku tak melihatmu makan apa pun. Aku tahu kau mencintaiku, tapi bukan berarti kau tak butuh tenaga. Untuk mencintaiku, kamu butuh kekuatan, Ratuku.”Pipi Arcelia langsung merona. “Bagaimana mungkin hamba bisa makan… jika seluruh nafsu yang ada di dalam diri hamba sudah tersedot habis oleh Yang Mulia,” jawabnya menggoda.Azrael tertawa pelan, matanya memancarkan ketertarikan yang tak tersembunyi. “Benarkah? Sejak kapan kau jadi pandai menggoda seperti ini? Aku masih ingat saat pertama kali kau datang… begitu pemalu dan polos.”Arcelia berdiri dengan senyum nakal, tapi sebelum ia sempat melangkah, Azrael menariknya pelan
Keesokan paginya, Kaisar Azrael melangkah cepat menuju paviliun pribadi sang Ratu. Pikirannya tak bisa tenang sejak matahari dunia bawah menampakkan cahaya samar-samarnya. Bayangan wajah Arcelia terus menghantui benaknya.Begitu pintu paviliun terbuka, Lira langsung memberi hormat dengan menundukkan tubuhnya dalam-dalam.“Hormat kepada Yang Mulia,” ucapnya penuh hormat.Azrael memandang sekeliling. Matanya menyapu seluruh ruangan yang sunyi.“Kenapa... sepi?” tanyanya pelan, namun terdengar jelas. Biasanya, ia akan mendengar suara lembut Arcelia berceloteh kepada tanaman-tanamannya, menyiram bunga dengan senyum kecil yang tak pernah gagal melembutkan hatinya.“Yang Mulia Ratu masih tidur,” jawab Lira hati-hati.“Tidur?” Azrael mengerutkan dahi. “Itu tidak seperti biasanya…”Memang, meski kini berada di dunia iblis, kebiasaan Arcelia sebagai manusia fana belum pudar—ia selalu bangun pagi.Lira menunduk lebih dalam, suaranya gemetar saat ia melapor, “Ampuni hamba, Yang Mulia. Hamba tida
Acara pengangkatan selir telah usai. Para tamu undangan telah kembali ke istana masing-masing, dan Kaisar Azrael pun telah meninggalkan aula menuju paviliun yang telah dipersiapkan khusus untuk malam pertamanya bersama Lyrienne.Sedangkan Arcelia... masih duduk diam di singgasananya. Tegap, bergeming, meski dadanya terasa sempit dan jiwanya terombang-ambing. Ia telah meyakinkan dirinya sejak awal—ini hal yang wajar, ini sudah sering terjadi dalam sejarah Kekaisaran Iblis. Namun tetap saja, hatinya seperti diremas perlahan, dibekap oleh rasa sepi yang sunyi dan getir.Dia memang Ratu Iblis—pemegang gelar dan kehormatan tertinggi di dunia bawah. Tapi jiwanya tetaplah berasal dari dunia fana. Ia adalah seorang wanita… dan seorang wanita tetaplah punya perasaan. Ia mencoba menahan diri agar tidak bersikap kekanak-kanakan, tapi rasa sesak itu menumpuk tanpa bisa diredam.Bayangan Kaisar bersama Lyrienne di paviliun—dalam kamar yang temaram, ranjang megah berlapis seprai sutra merah darah—m
Ruang Paviliun Ratu – Sore Hari Sebelum Upacara Pengangkatan.Langit Dunia Bawah tampak redup keunguan, menandai datangnya sore. Cahaya dari kristal gantung di langit-langit paviliun menyebar lembut. Di sudut ruangan yang penuh tanaman eksotis dan aroma rempah, Arcelia duduk di kursi panjang, mengenakan jubah dalam berwarna biru malam, rambutnya disanggul setengah.Vareth masuk dengan langkah teratur, membawa gulungan berita di tangan.“Hormat kepada Yang Mulia Ratu,” sapa Vareth dengan membungkuk sopan. “Izinkan hamba menyampaikan hal yang perlu diketahui sebelum Upacara berlangsung malam ini.”Arcelia mengangguk tenang. “Silakan, Tuan Vareth. Malam-malam begini datang, pasti ada yang penting,”Vareth berdiri tegak, matanya tajam dan serius. “Mengenai Lady Lyrienne… sesuai perjanjian leluhur, beliau tidak akan menetap di Istana Dunia Bawah. Ia akan kembali ke dunia fana setelah pengangkatan sebagai selir selesai.”Arcelia tak memberi reaksi. Ia hanya mendengarkan dengan kepala tegak.
Azrael mondar-mandir di hadapan Vareth. Pikirannya kacau. Ia tidak tahu bagaimana harus menyampaikan kepada Arcelia tentang kesepakatan kuno antara leluhur dua dunia: bahwa jika Ketua Klan Penjaga Dunia memberikan pertolongan demi menjaga keseimbangan dua dunia, maka Kaisar Iblis wajib menerima ketua klan itu sebagai salah satu selirnya."Yang Mulia, bisakah Anda sedikit tenang?" ucap Vareth pelan, mencoba meredakan ketegangan."Tenang? Kau bilang tenang?" Azrael menatapnya tajam. "Bagaimana aku bisa tenang? Bagaimana jika aku melukai perasaan Ratu dengan mengambil selir lain?" Ia berhenti, menghela napas panjang. "Memiliki banyak selir memang wajar bagi seorang Kaisar, tapi bersama Arcelia… semuanya berbeda.""Yang Mulia, semua masih sesuai dengan aturan. Ratu pasti mengerti. Tidak ada satu istri untuk seorang Kaisar," kata Vareth, menjaga nada suaranya tetap sopan."Vareth, kau tidak mengerti...""Yang Mulia, Anda adalah Kaisar Iblis. Mengapa sekarang berpikir seperti manusia?" Varet
Sebuah gerakan secepat kilat menyambar ke arah Arcelia yang tengah terhuyung, nyaris kembali terjerembab ke tanah. Seseorang menangkap tubuhnya sebelum jatuh.“Ratuku... apa yang terjadi?” suara itu terdengar panik, gemetar, seolah ketakutan kehilangan sesuatu yang sangat berharga.Arcelia menatap wajah Azrael yang pucat karena cemas. Ia melingkarkan lengannya di leher sang Kaisar, mencoba tersenyum meski tubuhnya masih diliputi nyeri yang membakar.“Yang Mulia...” napasnya berat, namun suaranya terdengar tegas dalam kelemahan, “...apakah kau pernah mendengar tentang Wakil Bayangan Dunia?”Azrael menyipitkan mata, rahangnya mengeras. “Penjaga dunia?” gumamnya. “Mereka adalah penakluk dari para iblis perusak yang mencoba menaklukkan dunia fana.”“‘Mereka’? Jadi jumlah mereka lebih dari satu?” tanya Arcelia, bibirnya bergetar namun matanya tetap tajam.Azrael mengangguk pelan. “Ya... mereka bukan satu. Tapi mereka memiliki seorang pemimpin—selalu seorang wanita. Karena hanya kelembutan
Setelah kembali dari dunia fana dan dia sudah selesai dengan masa pemulihan, Arcelia masih bingung mencari jawaban. Sebagai Ratu Iblis yang mengemban tugas menjaga keseimbangan dua dunia sebagaimana diamanatkan oleh leluhur, Arcelia harus memiliki tekad dan juga keberanian di atas rata-rata.Jika para tetua, penasehat istana atau pun para pangeran bahkan Azrael pun tak bisa membantu memberikan jawaban maka dia harus belajar dan mencarinya sendiri. Konon, segala hal tentang masa lalu ada tertulis di kitab-kitab kuno yang ada di perpustakaan tertua di negeri iblis, hanya para bangsawan yang bisa masuk kesana.Perpustakaan Tertua di Istana Iblis…Tempat itu sunyi seperti makam kuno. Cahaya merah redup dari lentera iblis memantulkan bayangan panjang di rak-rak buku berabad-abad usianya. Arcelia duduk membungkuk di depan meja batu yang penuh dengan manuskrip kuno, matanya menari cepat di atas huruf-huruf yang hampir tak terbaca.Punggungnya tegang. Rambutnya yang panjang dibiarkan terurai
Api merah yang menyelamatkan Arcelia belum sepenuhnya padam.Asap hangat menyelimuti tubuhnya seperti pelindung, namun dari tengah cahaya membara itu, perlahan, siluet seorang pria muncul. Langkah demi langkah ia menjadi nyata. Rambut gelap sebahu, mata menyala merah menyala, jubah panjang berkibar pelan seperti bayangan neraka. Wajah dingin dan agungnya muncul dari balik cahaya api—Azrael.Tubuhnya berdiri kokoh di belakang Arcelia. Satu tangannya terulur, melingkari pinggang sang ratu, menariknya mendekat ke sisi kirinya. Perlindungan yang sekaligus menjadi pernyataan: ini milikku.Eden menatap tak percaya, gemetar. “Siapa… siapa kau?”Azrael menatap Eden tanpa berkedip. Sorot matanya tajam seperti pisau yang tak perlu bergerak untuk menyayat.“Aku adalah Kaisar dari Neraka,” katanya pelan, namun suaranya menggema ke segala arah, “Dan kau baru saja mencoba menyakiti Ratuku.”Nada bicaranya tidak meninggi. Tapi bumi di bawah kaki Eden retak pelan.Eden mundur, napasnya memburu. “Kau…
Langit iblis yang biasanya merah darah perlahan memudar menjadi kelabu. Tak ada pertanda kehancuran, namun udara terasa gelisah. Arcelia berdiri di balkon istana, memandangi celah antara langit dan tanah yang perlahan memancar cahaya aneh. Cahaya itu… tidak berasal dari dunia ini.Lucien datang terburu-buru. “Ratu… sesuatu muncul di celah antara dunia. Portal terbuka… tapi bukan karena kita.”Azrael segera memanggil para penasehat. Ternyata, celah tersebut bukan milik iblis, bukan pula dari dunia fana biasa. Itu... adalah lubang waktu, retakan kecil dari masa lalu yang menginginkan jawaban.“Portal itu terhubung ke masa lalu seseorang. Dan satu-satunya yang bisa melewatinya adalah orang yang masih memiliki ikatan batin kuat dengan tempat itu,” ujar Vareth.Semua mata tertuju pada Arcelia.“Haruskah?” Tanya Arcelia.“Yang Mulia, jangan khawatir kekuatan Yang Mulia di sana masih berfungsi dengan baik jika pun ada hal-hal yang membuat Yang Mulia harus bertempur” Jelas Vareth.Arcelia mena